• Selasa, 01 Oktober 2024

Tekat Kuat Masa Kecil Arinal Djunaidi Dalam Pendidikan Menghantarkanya Jadi Pemimpin Lampung

Selasa, 01 Oktober 2024 - 10.04 WIB
90

Arinal Djunaidi, saat mengikuti podcast dengan tema 'Mengenal Lebih Dalam Sosok Arinal Djunaidi', di kantor Kupas Tuntas yang berlokasi di Jalan Turi Raya Nomer 101. Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung, Selasa (1/10/2024). Foto: Yudha/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Arinal Djunaidi, Gubernur Provinsi Lampung periode 2019-2024 memiliki masa kecil di daerah terdalam Kabupaten Waykanan. Meskipun begitu, dirinya memiliki tekat yang kuat untuk terus mendapatkan pendidikan yang layak untuk mencapai cita-citanya.

Hal itu diungkapkan oleh Arinal Djunaidi, saat mengikuti podcast dengan tema 'Mengenal Lebih Dalam Sosok Arinal Djunaidi', di kantor Kupas Tuntas yang berlokasi di Jalan Turi Raya Nomer 101. Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung, Selasa (1/10/2024).

"Saya tahun 1956 lahir berada di Desa Daerah Kabupaten Waykanan dan Sekolah Dasar disana. Didalam fikiran saya, kalau lulus gak ada lagi, karena gak ada SMP atau sekolah setingkatnya disana," ungkap Arinal.

Oleh karena itu kata Arinal, dirinya berusaha dengan sekuat tenaga agar dapat mengenyam pendidikan lebih daripada SD hingga mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi.

"Itu yang saya syukuri, bahwa saya ada saat kelas 5 SD telah berfikir untuk masa depan agar dapat kuliah di Tanjung Karang, agar bisa sukses," bebernya.

Dalam perjalanan mengenyam pendidikan itu kata Arinal, bukan perkara yang mudah. Dirinya harus menempuh pendidikan dengan berjalan kaki sekitar 7 KM.

"Saya sekolah berjalan kaki sekitar 7 KM, saya tiap hari lewat jalan setapak di Antasari. Setelah saya berhasil lulus SMP, saya mendengar ada sekolah yang langsung jadi PNS saya sekolah kesana, tapi ternyata saya juga harus mengenyam pendidikan tinggi dan pada akhirnya saya berkuliah," bebernya.

Arinal mengatakan, dalam perjalanan pendidikanya, pintar dalam akademik itu penting, namun juga harus diimbangi dengan kepandaian yang diraihnya dengan organisasi. 

"Saya udah berifkir bahwa sekolah saja tidak cukup, harus berorganisasi, maka saya belajar disana. Saya punya cita-cita ingin bisa menjadi pemimpin. Dalam pendidikan itu, saya mampu jadi ketua organisasi. Saya berfikir bagaimana pemimpin itu bukan pintar, tapi kita harus pandai membuat orang lain senang," jelasnya.

"Pintar diraih karena pendidikan, pandai itu karena etika dan berorganisasi menyelsaikan suatu masalah. Orang pandai itu adalah yang mampu melakukan lobi, persoalan sulit bisa selesai," tambahnya. (*)