• Sabtu, 28 September 2024

Jalan Desa Batu Keramat Kotaagung Timur Jadi Langganan Longsor, Warga Keluhkan Tidak Ada Jalur Alternatif

Jumat, 27 September 2024 - 09.35 WIB
31

Longsor di Jalinbar ruas Batu Keramat, Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus, Kamis malam (26/9/2024) membuat arus lalulintas mati total. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Tanggamus – Hujan deras menyebabkan pohon tumbang dan longsor di Ruas Jalan Lintas Barat (Jalinbar) di Pekon (Desa) Batu Keramat, Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus, Kamis malam (26/9/2024) sekitar pukul 21.30 WIB. Akibatnya arus lalu lintas terhenti total selama beberapa jam.   

Pengendara dari arah Kotaagung dan sekitarnya terjebak dalam kemacetan selama dua jam, menunggu evakuasi pohon yang menghalangi jalan. 

Petugas Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Tanggamus segera dikerahkan ke lokasi kejadian untuk melakukan evakuasi bersama tim dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) dan warga setempat. Selain itu, petugas PLN turut memperbaiki kabel listrik yang terkena dampak dari pohon tumbang tersebut. 

"Proses evakuasi berjalan lancar dan arus lalu lintas sudah kembali normal sekitar pukul 23.00 WIB setelah pemotongan dan pembersihan pohon selesai dilakukan," kata Bripka Yohanes Seven dari Satlantas Polres Tanggamus. 

Meski jalan telah kembali bisa dilalui, ia mengimbau warga untuk tetap berhati-hati selama musim hujan dan sebisa mungkin menghindari perjalanan saat cuaca buruk. 

Ruas Jalinbar di Pekon (Desa) Batu Keramat, dikenal sebagai jalur rawan longsor dan pohon tumbang. Ketiadaan jalur alternatif membuat pengendara terpaksa menunggu berjam-jam setiap kali terjadi longsor atau pohon tumbang. 

Kondisi jalan di Batu Keramat semakin mengkhawatirkan, terutama di musim hujan. Berada di kawasan perbukitan, titik ini sering kali tertutup material longsoran yang membahayakan keselamatan pengendara. 

Tanah longsor dari tebing-tebing curam di sepanjang jalan kerap menimbulkan kemacetan parah, membuat warga dan pengguna jalan merasa terjebak tanpa pilihan alternatif untuk melanjutkan perjalanan. 

"Saya sering melihat bebatuan besar dan tanah yang menutupi jalan setelah hujan deras. Kami kadang harus menunggu lama sampai jalan bisa dibersihkan," kata Herman (52), warga setempat yang rutin melintasi jalur ini. 

Ia mengeluhkan ketiadaan jalur alternatif yang memaksa pengendara tetap menggunakan jalan rawan tersebut, meskipun mengetahui risikonya. 

Masyarakat di sekitar Batu Keramat dan pengguna jalan berharap ada langkah-langkah konkret untuk mencegah bencana longsor, seperti pemasangan dinding penahan tanah atau terasering di sepanjang tebing-tebing rawan. 

Namun, hingga kini, upaya pencegahan tersebut masih minim, membuat longsor dan pohon tumbang terus menjadi ancaman yang berulang setiap kali musim hujan tiba. 

Ketiadaan rute alternatif membuat setiap kejadian longsor atau pohon tumbang di ruas ini memicu kemacetan parah yang tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari, tetapi juga mengancam keselamatan jiwa. 

"Pembangunan jalur alternatif sangat diperlukan. Kami juga butuh dinding penahan di sepanjang tebing untuk mencegah longsor. Setiap kali melintas di sini, kami selalu was-was," ujar Helmi, warga lainnya. 

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Tanggamus telah mengajukan permohonan penanganan kepada pemerintah pusat untuk menangani titik-titik longsor di Batu Keramat, namun hingga saat ini belum ada tindakan signifikan yang dilakukan. 

"Kami sudah beberapa kali menyampaikan laporan dan permintaan penanganan longsor di Batu Keramat. Harapan kami agar pemerintah pusat segera merespon kondisi ini," ungkap salah seorang pejabat PUPR Tanggamus, Jumat (27/9/2024).

Tanpa upaya yang lebih serius dari pihak terkait, ancaman longsor dan pohon tumbang akan terus menghantui para pengguna jalan di Batu Keramat, membuat wilayah ini tetap menjadi salah satu titik paling berbahaya di jalur Lintas Barat Lampung. (*)