• Rabu, 09 Oktober 2024

Umat Hindu di Wonosobo Tanggamus Gelar Upacara Hari Raya Galungan

Rabu, 25 September 2024 - 15.18 WIB
41

Umat Hindu di Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus merayakan Hari Raya Galungan dengan menggelar upacara persembahyangan, Rabu (25/9/2024). Foto: Sayuti/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Tanggamus - Umat Hindu di Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus merayakan Hari Raya Galungan dengan menggelar upacara persembahyangan sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara. Kegiatan ini dilaksanakan di Pura Sabha Mantra, Pekon Kalirejo, Rabu (25/9/2024).

Dipimpin oleh Pemangku Pura Sabha Mantra, Bagiyono Sabdo Palon, bersama Pemangku Pura Puspa Samiyanto, dan Pemangku Pura Mulya Mantra Sunarjo, umat Hindu berkumpul untuk menjalankan persembahyangan bersama. Setiap langkah upacara penuh makna, mencerminkan kemenangan kebaikan (dharma) atas kejahatan (adharma), sesuai dengan esensi Hari Raya Galungan.

“Hari Raya Galungan adalah perayaan kemenangan kebenaran atas ketidakbaikan. Inilah saat bagi umat Hindu untuk merenungkan dan memperkuat diri agar senantiasa berpegang teguh pada kebaikan dan kebenaran,” ungkap Mangku Bagiyono Sabdo Palon.

Mangku Bagiyono juga menambahkan bahwa Galungan dikenal sebagai "Rerahinan Gumi," yang berarti seluruh umat Hindu wajib melaksanakan perayaan ini agar terhindar dari berbagai marabahaya. Dalam perayaan ini, umat Hindu mendapatkan kekuatan spiritual yang membantu mereka memilah antara perbuatan baik dan buruk, menguatkan pikiran, perkataan, dan tindakan untuk selalu berada di jalan kebenaran.

Suasana di Pura Sabha Mantra tampak tenang dan khidmat. Setelah persembahyangan, pemangku memercikkan Tirta (air suci) kepada umat sebagai simbol penyucian diri. Kemudian, seluruh umat saling bersalaman, memberikan maaf dan harapan akan kedamaian.

Salah satu hal menarik dari Hari Raya Galungan adalah kehadiran penjor di setiap tepi jalan di depan rumah umat Hindu. Penjor, sebuah tiang bambu yang tinggi dengan lengkungan di ujungnya dan dihiasi janur serta pernak-pernik, bukan sekadar hiasan.

Penjor melambangkan Naga Basuki, simbol kesejahteraan dan kemakmuran, serta dianggap sebagai gunung yang suci oleh umat Hindu. Penjor ini menjadi pemandangan khas yang selalu muncul saat perayaan Galungan dan Kuningan.

Galungan dirayakan setiap 210 hari dalam kalender Bali, tepatnya pada hari Budha Kliwon Dungulan. Kata ‘Galungan’ berasal dari bahasa Jawa kuno yang berarti ‘bertarung,’ melambangkan perjuangan kebaikan melawan kejahatan. Hari Raya ini juga merupakan peringatan atas penciptaan alam semesta beserta isinya, mengingatkan umat untuk selalu mengendalikan hawa nafsu, terutama yang negatif, agar hidup lebih harmonis.

Perayaan Galungan di Wonosobo bukan hanya menjadi ritual spiritual, namun juga momen kebersamaan yang mempererat tali persaudaraan antarumat. Kemeriahan dan ketenangan bersatu dalam satu perayaan, membawa harapan bagi kesejahteraan dan kedamaian di Kabupaten Tanggamus.

Dengan penjor yang menghiasi jalan-jalan, doa-doa yang terlantun, dan kebersamaan yang terjalin, Hari Raya Galungan di Wonosobo menjadi bukti nyata betapa kuatnya tradisi dan spiritualitas umat Hindu dalam menjaga nilai-nilai kebaikan dan kebenaran di tengah kehidupan sehari-hari. (*)