• Selasa, 26 November 2024

Bendungan Jabung Akan Dibuka, 3.000 Hektare Sawah di Palas Lamsel Terhindar dari Gagal Panen

Kamis, 05 September 2024 - 15.19 WIB
225

Petani di Kecamatan Palas, Lamsel, menunggu dibukanya Bendungan di Jabung, Lampung Timur, untuk mencegah gagal panen. Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Lampung Selatan - Sebelumnya sebanyak 3.000 hektare sawah di Kecamatan Palas, Lampung Selatan (Lamsel), terancam gagal panen akibat kekeringan dan masuknya air asin dari laut.

Namun, kabar baik datang dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Mesuji Sekampung yang akan membuka Bendungan Gerak Jabung di Lampung Timur untuk mengaliri sawah di tujuh desa di Kecamatan Palas.

Tujuh desa yang akan menerima pasokan air tersebut meliputi Bandan Hurip, Palas Jaya, Pulau Tengah, Mekar Mulya, Bali Agung, Bumirestu, dan Pulau Jaya.

Keputusan ini diambil setelah adanya kesepakatan pembagian air Sungai Way Sekampung di hilir Bendungan Gerak Jabung antara pihak BBWS, perwakilan petani, dan didampingi oleh Bhabinkamtibmas Polsek Palas, Polres Lampung Selatan, dalam rapat yang digelar di Kantor UPTD Karya Tani, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur, Kamis (5/9/2024).

Salah satu perwakilan petani dari Desa Bumirestu, Suranto, menyampaikan bahwa ada beberapa kesepakatan yang telah dicapai dalam pertemuan tersebut.

"Disepakati bahwa pintu penguras dan pintu banjir Bendungan Gerak Jabung akan dibuka pada tanggal 7 September 2024, pukul 00.00 WIB, selama lima hari ke depan," ujar Suranto.

Ia menjelaskan bahwa jika dalam lima hari kualitas air yang diuji menunjukkan air tawar, maka air dari bendungan tersebut dapat langsung dialirkan ke daerah irigasi Jabung Kiri. Koordinasi antar pengguna air di wilayah hilir akan dilakukan untuk memastikan distribusi air berjalan lancar.

"Selain itu, juga disepakati untuk menyusun rencana pola tanam tahun 2025, yang nantinya akan dilaporkan ke Komisi Irigasi Provinsi Lampung. Pola tanam ini harus dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan para petani," tambah Suranto.

Sebelumnya, salah satu petani dari Desa Bandan Hurip, Koko Priansyah, mengeluhkan bahwa ia terpaksa menggunakan air payau untuk mengairi sawahnya karena dampak kekeringan. Namun, jika air asin terus masuk, mereka harus menghentikan pengairan karena dapat merusak tanaman padi.

"Kalau air asin terus masuk, padinya bisa mati. Air asin sangat berbahaya bagi tanaman, menyebabkan hasil panen tidak maksimal. Padi jadi kopong dan putih," jelas Koko.

Ia juga menyampaikan bahwa masalah masuknya air asin ini sudah menjadi kendala tahunan setiap musim kemarau, yang menyebabkan penurunan hasil panen secara drastis.

Dari hasil panen yang biasanya mencapai 28-30 juta rupiah per hektare, kini petani hanya mendapatkan sekitar 3 juta rupiah.

Kepala UPTD Pertanian Kecamatan Palas, Uning, mengaku telah berkoordinasi dengan Dinas TPH Bun dan BBWS untuk mengatasi permasalahan ini.

Menurutnya, jika dalam dua minggu ke depan tidak ada hujan, para petani dipastikan akan mengalami gagal panen. Namun, dengan dibukanya pintu air Bendungan Gerak Jabung, diharapkan situasi ini bisa diatasi dan sawah-sawah di tujuh desa tersebut dapat terselamatkan.

"Jika pintu air dibuka, mudah-mudahan ribuan hektare sawah di tujuh desa ini bisa terhindar dari gagal panen," tutup Uning. (*)