Hadapi Puncak Kemarau, WALHI Lampung Minta Pemerintah Mitigasi Karhutla

Hadapi Puncak Kemarau, WALHI Lampung Minta Pemerintah Mitigasi Karhutla. Foto: Ist.
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Provinsi Lampung mulai memasuki puncak musim kemarau yang diprediksi akan berlangsung hingga bulan Oktober mendatang.
Puncak kemarau pada Oktober 2024 diprediksi akan terjadi di sebagian daerah diantaranya di Kabupaten Tanggamus, Pringsewu, serta di sebagian besar Kabupaten Pesawaran.
Manager Advokasi dan Kampanye Walhi Lampung, Edi Santoso mengatakan, potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di daerah setempat cukup tinggi apalagi saat ini sudah mulai memasuki puncak musim kemarau.
"Hal ini bisa kita rasakan beberapa hari ini suhu panas yang berlebihan dan mencapai 36 derajat. Tentu ini menjadi salah satu penyebab rentannya karhutla karena kondisi hutan dan lahan yang kritis juga atau kekeringan dan aktivitas manusia," kata dia saat dimintai keterangan, Selasa (3/9/2024).
Menurutnya, berdasarkan Peta Drought Code tingkat kemudahan terbakar di lapisan bawah permukaan tanah dari BMKG yang berlaku pada 2 September 2024, menunjukan Provinsi Lampung sangat rentan terjadinya karhutla.
"Dimana kita lihat hampir seluruh provinsi Lampung berwarna merah (sangat mudah terbakar). Kondisi lapisan permukaan tanah bagian bawah dalam kondisi sangat kering dan mulai mencapai kondisi ekstrim," tuturnya.
Sehingga hal tersebut harus menjadi alarm bagi pemerintah daerah untuk segera mengantisipasi dan memitigasi terjadinya karhutla dengan membentuk satgas dan pos-pos pantau yang siaga serta kontak pengaduan yang mudah diakses langsung oleh masyarakat.
"Sosialisasi dan pelarangan kegiatan pembakaran lahan sangat perlu digalakkan untuk menjaring dan melibatkan semua elemen masyarakat khusunya masyarakat sekitar lokasi potensi karhutla untuk bersama-sama dalam upaya mitigasi," sambungnya.
Menurutnya ketika sudah terjadi kebakaran maka situasi akan berubah dan merugikan masyarakat Provinsi Lampung dengan dampak yang ditimbulkan baik itu eksistensi hutan dan lahan yang berkurang akibat terjadinya kebakaran.
"Serta kondisi lingkungan yang semakin buruk dengan menurutnya kwalitas udara sampai pada masalah kesehatan masyarakat sekitar terjadi nya karhutla," katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Yanyan Ruchyansyah mengatakan, jika sejak bulan Januari hingga Juli kebakaran hutan dan lahan di Lampung mencapai 1.750,80 hektar.
Jumlah luasan lahan dan hutan yang terbakar itu menurun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023 yakni 4.853,36 hektar.
"Kondisi lahan yang sering mengalami kebakaran hutan sebagian besar berupa belukar, padang ilalang, dan tanah terbuka lainnya," kata Yanyan.
Yanyan mengatakan, kebakaran di dalam kawasan hutan lindung atau hutan produksi sering kali dipicu oleh aktivitas pembukaan lahan.
Sementara itu, kebakaran di dalam kawasan hutan konservasi, terutama Taman Nasional Way Kambas (TNWK), diduga dilakukan oleh pemburu.
"Berdasarkan data Sistem Pemantauan Karhutla Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, luas hutan dan lahan yang terbakar di Lampung memang berkurang cukup signifikan," katanya.
Namun ia mengatakan jika pihaknya bersama instansi terkait terus melakukan berbagai upaya antisipasi dan mitigasi sehingga karhutla di Lampung bisa terus ditekan.
"Saat ini kami terus melakukan pemantauan hotspot dan kejadian karhutla di berbagai lokasi serta koordinasi antarpihak dalam rangka penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Lampung," kata Yanyan.
Pada 1-2 September 2024, terpantau ada 12 titik panas yang tersebar di empat kabupaten di Lampung, yakni Way Kanan, Lampung Tengah, Lampung Utara, dan Pesisir Barat.
Satu titik panas terpantau dengan tingkat kepercayaan tinggi, sementara 11 titik panas lainnya terpantau dengan tingkat kepercayaan sedang.
Pemerintah Provinsi Lampung juga membuat surat edaran ke bupati dan wali kota di 15 daerah di Lampung terkait antisipasi dan mitigasi karhutla.
"Pemerintah juga mengaktifkan posko bencana, memastikan sarana dan prasarana penanggulangan karhutla tersedia dan memadai, memprioritaskan deteksi dini, dan melakukan monitoring secara rutin dan berkala," papar Yanyan. (*)
Berita Lainnya
-
Setiap Tahun 29.200 Lulusan Kampus di Lampung Menganggur
Jumat, 12 September 2025 -
Cegah Banjir, Pemprov Lampung Perkuat Mitigasi Lewat Pelestarian Hutan
Kamis, 11 September 2025 -
8.536 Mahasiswa Baru Unila 2025 Resmi Registrasi, Kadin Lampung Ingatkan Pentingnya Pilih Jurusan Sesuai Tren Industri
Kamis, 11 September 2025 -
5.891 Honorer di Bandar Lampung Akan Diangkat Jadi PPPK Paruh Waktu, Wajib Lengkapi Syarat Kesehatan
Kamis, 11 September 2025