• Jumat, 31 Januari 2025

Teror Buaya di Pantai Harapan Tanggamus Buat Nelayan Waswas

Minggu, 25 Agustus 2024 - 14.53 WIB
455

Penampakan buaya di pesisir Pantai Harapan Pekon Penyandingan, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Tanggamus - Matahari terbit di atas cakrawala Pantai Harapan, menebarkan cahayanya yang lembut di atas air yang biasanya tenang. Namun, ketenangan itu kini terguncang. Ombak yang biasanya membawa ketentraman, kini membawa ancaman.

Di balik gemuruh laut, muncul bayangan gelap buaya-buaya yang tak terduga hadir di tengah kehidupan masyarakat Pekon Penyandingan, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus.

Warga Pantai Harapan, yang selama ini hidup berdampingan dengan laut, kini menghadapi ketakutan yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Lima ekor buaya telah terlihat berkeliaran di sekitar pantai, membuat hati warga berdebar setiap kali ombak memukul pantai.

“Kemunculan buaya ini sangat mengkhawatirkan. Kami takut terjadi konflik antara manusia dan buaya yang merupakan hewan dilindungi oleh pemerintah,” ungkap Syarif Zulkarnain, Kepala Pekon Penyandingan, dengan nada serius, Minggu (25/8/2024).

Selama puluhan tahun, buaya tidak pernah menampakkan diri di Pantai Harapan. Laut yang seharusnya menjadi sumber kehidupan bagi nelayan kini terasa asing dan penuh ancaman.

Kehadiran predator ini telah merusak ritme kehidupan warga, khususnya para nelayan yang menggantungkan hidup mereka pada laut. Mereka yang biasanya melaut dengan tenang kini dipenuhi rasa cemas, takut bertemu dengan makhluk yang bisa merenggut nyawa dalam sekejap.

“Harapan saya, buaya-buaya tersebut dapat dievakuasi agar tidak mengganggu aktivitas warga, terutama nelayan yang mencari nafkah di pinggir pantai,” lanjut Syarif dengan penuh harap.

Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Nelayan-nelayan yang setiap hari menggantungkan hidupnya pada hasil laut kini terpaksa mengurangi aktivitas mereka, memilih untuk tidak melaut di saat-saat tertentu demi keselamatan diri.

Hasan, seorang nelayan yang tinggal di tepi pantai, merasakan dampak langsung dari kemunculan buaya ini.

"Kami sangat cemas, apalagi buaya-buaya itu sering muncul di siang hari saat anak-anak kami bermain di pantai. Sekarang, kami harus lebih berhati-hati, bahkan di saat mencari nafkah. Laut yang dulu menjadi tempat kami mencari rezeki kini terasa mengancam,” tuturnya.

Menyikapi situasi ini, Polsek Limau tidak tinggal diam. Begitu laporan tentang penampakan buaya diterima pada Minggu, 25 Agustus 2024, Kapolsek Limau Iptu Dedi Yanto bersama jajarannya segera berkoordinasi dengan Unsur Pimpinan Kecamatan (Uspika) setempat.

Langkah-langkah pengamanan dirancang dengan tujuan memastikan keselamatan warga, terutama para nelayan yang kerap berhadapan langsung dengan laut.

"Kami mengimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati dan waspada, terutama bagi para nelayan dan warga yang sering beraktivitas di pinggir pantai,” ujar Iptu Dedi Yanto.

Imbauan ini menjadi pengingat bagi warga untuk selalu waspada, menjaga keselamatan di tengah ancaman yang tak terlihat.

Kasat Polair Tanggamus, Iptu Zulkarnaen, turut memberikan peringatan. “Kami telah berkoordinasi dengan kepala pekon, camat, dan kapolsek setempat untuk mencegah terjadinya konflik antara manusia dan buaya. Warga diimbau untuk sementara waktu mengurangi aktivitas di pesisir pantai, terutama pada malam hari, hingga tindakan lebih lanjut diambil," jelasnya.

Hari-hari yang biasanya penuh dengan aktivitas nelayan yang menggulung jaring mereka kini berubah menjadi lebih sunyi dan penuh kehati-hatian.

Nelayan Pantai Harapan, yang biasanya berani melawan ombak dan badai, kini harus berhadapan dengan ancaman dari predator yang tiba-tiba hadir di tengah mereka. Laut, yang selama ini menjadi teman setia, kini menjadi tempat yang harus diwaspadai.

Namun, di balik ketakutan ini, ada harapan bahwa tindakan cepat dari pihak berwenang akan membawa kembali ketenangan yang dirindukan warga.

Hingga saat itu tiba, mereka akan terus berjaga, menatap lautan dengan penuh kewaspadaan, berharap agar predator sunyi itu segera pergi, dan kehidupan mereka kembali seperti sediakala—tenang, damai, dan penuh rasa syukur. (*)