Pulau Pasaran: Simbol Kebangkitan Kampung Nelayan Modern di Bandar Lampung

Sejumlah fasilitas mulai dari kios mini dan sentra kuliner serta Gen X Coffee & Space, dan cold storage yang menjadi perekonomian baru bagi para ibu-ibu pengolah dan nelayan. Foto: Sri/kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Pulau Pasaran, yang terletak di Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Kota Bandar Lampung, kini menjelma menjadi simbol kebangkitan kampung nelayan modern (Kalamo).
Status baru ini resmi disandang Pulau Pasaran pada 7 Februari 2024, setelah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menobatkannya sebagai Kalamo, menjadikannya yang kedua di Indonesia setelah Kalamo di Biak Numfor, Papua.
Perubahan ini bukan sekadar pergantian nama, tetapi juga membawa transformasi signifikan bagi kehidupan lebih dari 1.500 penduduk Pulau Pasaran, yang mayoritas bekerja di sektor perikanan, khususnya pengolahan ikan teri.
Pulau Pasaran, yang dulu dikenal sebagai kampung nelayan tradisional, kini menjadi pusat hilirisasi perikanan modern. Berkat dukungan KKP, kehidupan nelayan mengalami perbaikan besar.
Salah satu fasilitas penting yang dibangun adalah cold storage berkapasitas 10 ton, yang memungkinkan nelayan menyimpan hasil tangkapan lebih lama dan menjaga kualitas produk.
Toto, seorang pengolah ikan teri setempat, menyatakan bahwa cold storage tersebut telah membantu mengatasi masalah penyimpanan hasil tangkapan yang melimpah.
"Dulu, kami sering kebingungan saat hasil tangkapan melimpah karena tidak ada tempat penyimpanan yang memadai. Sekarang, dengan adanya cold storage, kami bisa menyimpan ikan hingga 10 ton, sehingga kualitasnya tetap terjaga dan siap dipasarkan kapan saja," ungkap Toto, Kamis (22/8/2024).
Selain cold storage, hadirnya kios mini, sentra kuliner, serta kafe Gen X Coffee & Space telah membuka peluang ekonomi baru bagi para ibu-ibu pengolah ikan dan nelayan.
"Sekarang warga bisa menjual produk olahan langsung kepada konsumen, seperti pempek, otak-otak, dan berbagai masakan berbahan dasar ikan teri lainnya," tambahnya.
Sentra kuliner ini juga menjadi magnet bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana pulau, terutama pada sore dan malam hari, sambil mencicipi lezatnya hidangan laut segar.
Koperasi: Tulang Punggung Ekonomi Nelayan
Salah satu pilar keberhasilan Kalamo di Pulau Pasaran adalah keberadaan koperasi nelayan yang berfungsi dengan baik. Meski baru dibentuk kurang dari setahun, koperasi ini telah memberikan dampak signifikan bagi masyarakat.
Ketua Koperasi Kalamo Pulau Pasaran, Said Bin Radi, menyatakan bahwa koperasi sangat membantu nelayan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menjadi pusat perdagangan yang vital di pulau tersebut.
"Dengan adanya koperasi, kami tidak hanya memiliki tempat untuk menjual produk, tetapi juga mendapatkan harga yang lebih adil untuk kebutuhan sehari-hari. Ini sangat membantu meningkatkan kesejahteraan kami," ujar Said.
Ia menambahkan bahwa koperasi ini diharapkan dapat terus berkembang, mengingat semakin banyak warga yang memahami pentingnya koperasi dalam mendukung perekonomian lokal. Omzet dari sentra kuliner saja bisa menembus Rp70 juta per bulan.
Pulau Pasaran terdiri dari dua RT, yaitu RT09 dengan 181 KK dan RT10 dengan 190 KK, yang mayoritas warganya adalah nelayan pengolah ikan teri.
Infrastruktur Pendukung dan Dampak Jangka Panjang
Transformasi Pulau Pasaran menjadi Kalamo juga mencakup pembangunan infrastruktur yang signifikan. Sebelum Kalamo terbentuk, kendaraan yang bisa masuk ke Pulau Pasaran hanya roda dua, namun sekarang kendaraan roda empat sudah bisa masuk karena jembatan telah diperlebar.
KKP juga membangun dan merenovasi berbagai fasilitas umum, termasuk 9 unit kios nelayan, sentra kuliner ikan, gedung beku portabel, rumah pengering ikan, serta kendaraan ber-refrigerasi.
Selain itu, perbaikan jalan umum sepanjang 2,4 km, rehabilitasi balai pertemuan nelayan, dan pemasangan tujuh titik penerangan jalan umum turut meningkatkan kualitas hidup masyarakat Pulau Pasaran.
Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Budi Sulistyo, menekankan pentingnya menjaga dan memanfaatkan fasilitas ini dengan baik.
"Fasilitas ini bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk masa depan. Kami berharap masyarakat Pulau Pasaran dapat menjaga dan memelihara fasilitas ini agar terus bermanfaat bagi generasi mendatang. Teri Pulau Pasaran harus mendunia," ujar Budi.
Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin, juga mengapresiasi keberpihakan KKP terhadap masyarakat Pulau Pasaran.
"Keberadaan Kalamo di Pulau Pasaran adalah bukti nyata bahwa pemerintah hadir untuk mendukung kesejahteraan masyarakat. Saya berharap, dengan adanya off taker, nilai tambah produk ikan teri dari Pulau Pasaran dapat terus meningkat, baik untuk pasar domestik maupun ekspor," kata Sudin.
Potensi Wisata Edukasi dan Tantangan Lingkungan
Selain menjadi pusat pengolahan ikan teri, Pulau Pasaran memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata edukasi. Wisatawan dapat belajar langsung dari para nelayan tentang proses pengolahan ikan teri, mulai dari penangkapan hingga menjadi produk siap jual.
Dengan pemandangan alam yang memukau, termasuk hutan mangrove yang hijau dan jembatan panjang yang menghubungkan pulau dengan daratan, Pulau Pasaran menawarkan pengalaman wisata yang unik dan mendidik.
Said Bin Radi berharap agar pemerintah daerah dan provinsi, serta KKP, dapat berkolaborasi dalam mengembangkan pariwisata di Pulau Pasaran.
"Kami berharap Pulau Pasaran bisa menjadi ikon wisata baru di Lampung, di mana pengunjung tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga mendapatkan edukasi tentang pengolahan hasil laut yang berkelanjutan. Ini bisa menjadi sumber pendapatan tambahan bagi nelayan di sini," ujarnya.
Namun, Pulau Pasaran juga menghadapi tantangan pencemaran lingkungan. Eko Efendi, akademisi dari Universitas Lampung (Unila), mengingatkan pentingnya pengelolaan limbah yang baik untuk mencegah dampak buruk pada lingkungan.
Pencemaran di wilayah ini disebabkan oleh berbagai sumber, seperti limbah rumah tangga, industri, aliran sungai, serta aktivitas pelabuhan di sekitar Teluk Lampung.
"Pencemaran di Pulau Pasaran sudah terjadi sejak lama, terutama dari limbah rumah tangga dan aliran sungai. Dampak dari pengolahan ikan di Kalamo mungkin tidak terlalu signifikan, tetapi tetap perlu dikelola dengan baik agar tidak memperburuk kondisi lingkungan," ujar Eko, Dosen Jurusan Perikanan dan Kelautan.
Beberapa solusi yang diusulkan mencakup pelestarian hutan mangrove untuk menyerap limbah organik, pembangunan instalasi pengolahan limbah, serta diversifikasi pemanfaatan limbah pengolahan ikan menjadi produk bernilai tambah, seperti pupuk cair atau tepung ikan.
"Dengan koordinasi yang baik antara masyarakat, pemerintah, dan pihak terkait, Pulau Pasaran diharapkan tetap menjadi pusat ekonomi produktif sekaligus menjaga kelestarian lingkungan," pungkasnya. (*)
Berita Lainnya
-
Disdikbud Lampung Beberkan Alasan Belum Semua Sekolah Dapat Progam MBG
Jumat, 25 April 2025 -
Rektor Universitas Teknokrat Inisiasi Salat Jumat Perdana di Masjid Al Hijrah Kota Baru
Jumat, 25 April 2025 -
Mulai 2026, Pemkot Bandar Lampung Bayarkan BPJS Ketenagakerjaan ASN
Jumat, 25 April 2025 -
Program kolaboratif Jadi Komitmen Pemprov Lampung dalam Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme
Jumat, 25 April 2025