CJL Kenalkan Peluang Ekonomi Lewat Urban Farming
Kupastuntas.co, Metro - Komunitas
Cabe Jawa Lampung (CJL) memperkenalkan peluang peningkatan ekonomi masyarakat
lewat pola pertanian perkotaan alias urban farming dengan komoditas pertanian
tertentu.
Dari pantauan
Kupastuntas.co, komunitas tersebut melakukan panen raya puluhan batang
komoditas cabe jawa berbagai varietas di Jalan Adipati II, Kelurahan Margorejo,
Kecamatan Metro Selatan, Senin (12/8/2024).
Ketua CJL, Ramil menjelaskan
bahwa metode urban farming dengan penanaman komoditas cabai Jawa memiliki
prospek menguntungkan bagi warga yang memanfaatkan lahan sempit perkotaan
dengan pola penanaman urban farming.
"Jadi kami dengan
rekan-rekan petani cabe jawa dan beberapa rekan-rekan penghobi melihat bahwa
halaman rumah kami di Kota Metro sangat kecil sehingga kita berinovasi untuk
mengembangkan cabai Jawa melalui tabulampot atau urban farming," kata dia
saat diwawancarai awak media.
Ramil menilai bahwa
berdasarkan hasil observasinya peluang pembudidayaan cabe jawa di Metro
memiliki nilai ekonomi yang tinggi terlebih permintaan pasar luar negeri sangat
besar.
"Peluang cabe jawa ini
sangat baik karena permintaan pasar luar itu sangat luar biasa, Kemudian
permintaan dalam negeri sendiri masih kekurangan untuk memenuhinya,"
ucapnya.
"Untuk sementara kita
masih di tingkat dalam provinsi, yang terakhir kita jual itu berkisar di angka
Rp 80 Ribu per kilogram," imbuhnya.
Dalam lingkungan komunitas
tersebut, sebanyak tiga jenis varietas cabe jawa dibudidayakan di Kota Metro.
Meski penanamannya mudah dan mampu bertahan hingga puluhan tahun, komunitas
cabe jawa juga memiliki kelemahan ketika terserang hama penyakit kuning.
"Kita membudidayakan
tiga jenis varietas, ada cabe jenis Sumatera kemudian jenis hibrida Jember dan
ada jenis Madura. Kalau yang varietas Sumatera itu lebih kecil dan daunnya
panjang-panjang. Kalau yang hibrida atau Jember itu daunnya lebih lebar dan
panjang buahnya," bebernya.
"Dalam pertanian ini
kita hanya terkendala ketika tanaman kena penyakit kuning. Penyebabnya bisa
dari hama maupun curah hujan yang berlebih. Untuk proses tanam dari awal sampai
dengan panen raya itu 6 bulan sampai 7 bulan. Untuk ketahanannya itu bisa lebih
dari 10 tahun ke atas," tutupnya.
Dalam kesempatan itu, Wali
Kota Metro, Wahdi menilai pembudidayaan cabe jawa memiliki nilai ungkit yang
lebih baik lantaran setiap pohonnya mampu bertahan hidup hingga 10 tahun.
"Satu gerakan yang
menyertakan orang banyak itu lebih baik, daripada sendiri-sendiri. Cabe jamu
atau cabe jawa ini tentu harus dipahami bahwa komoditas ini adalah salah satu
komoditas yang harus memiliki nilai ungkit lebih baik," paparnya.
"Mengapa, karena
menanamnya mudah dan satu pohon itu bisa bertahan selama 10 tahun. Hasil dari
pohon itu juga bisa berulang-ulang bukan seperti cabe biasanya,"
sambungnya.
Menurutnya pemanfaatan lahan
sempit di lingkungan perkotaan di Metro bukan hanya soal urban farming namun
lebih kepada integrated farming.
"Saya kira kita tidak
berbicara pada urban farming saja, karena di Metro ini lahan pertanian masih
bagus ada 40 persen. Yang kita inginkan di rumah-rumah penduduk itu loh, maka
disebut integrated farming," jelasnya.
"Jadi mulai dari sampah
yang terbuang di rumah, hasil dapur tadi dapat diolah dan ini sudah dilakukan.
Saya berharap ini bukan hanya pada tatanan urban farming saja, tapi integrated
farming. Jadi satu rumah tangga itu berdaya," tambahnya.
Ia berharap pemberdayaan
masyarakat semacam ini harus terus dimunculkan serta dapat menjadi pilot
project untuk menghadirkan pariwisata pertanian perkotaan di Metro.
"Pemberdayaan
masyarakat ini harus dimunculkan, seperti di sini muncul dengan tagline cabe
jawa Lampung maka orang akan melihat wisatanya, jadi orang bisa berkunjung.
Tinggal mampukah dia bisa bersama dengan lingkungan di sini, sehingga dari sini
bisa dicontoh ke tempat yang lain," terangnya.
"Kata kuncinya adalah
adanya penggerak, adanya pemberdayaan dan ada karya serta inovasi. Membangun
mikro dan membangun peradaban itu butuh itu," lanjutnya.
Sementara itu, kegiatan
pembudidayaan dengan kerjasama Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Kota Metro
tersebut juga dinilai mampu meningkatkan perekonomian masyarakat di kemudian
hari.
"Ini kan merupakan
gerakan urban farming dari masyarakat secara mandiri, kegiatan ini patut
didukung penuh karena secara tidak langsung di Kota Metro ini masih langka
gerakan warga seperti ini. Media juga berperan memberikan dukungan secara
bertahap lewat promosi baik berupa iklan maupun pemberitaan maupun branding
lainnya," ungkap Richard Mayladhy, Ketua Pengcab JMSI Kota Metro.
Richard Mayladhy juga
menegaskan komitmen JMSI dalam mendukung gerakan pemberdayaan masyarakat di
Bumi Sai Wawai.
"JMSI juga berkomitmen
untuk mendukung warga yang bergerak dalam pemberdayaan untuk peningkatan
ekonomi masyarakat. Yang saya nilai dari gerakan ini adalah memunculkan ekonomi
berkelanjutan,' tandasnya. (*)
Berita Lainnya
-
Tim Pemenangan Mubaraq Klaim Kantongi Dukungan Tokoh Masyarakat Kota Metro
Senin, 09 September 2024 -
Otak Pelaku Maling Bersenpi yang Viral di Metro Tertangkap, Rekam Jejaknya Bikin Ngeri
Sabtu, 07 September 2024 -
Polisi Tembak Pelaku Curanmor Bersenpi Viral di Metro Lampung
Jumat, 06 September 2024 -
Tumpukan Sampah Hiasi Saluran Air, DLH Metro: Masalah yang Tidak Pernah Berhenti
Jumat, 06 September 2024