• Sabtu, 23 Agustus 2025

Mahasiswa FKIP Unila Teliti Budaya Pop Jepang dan Korsel sebagai Terapi Psikologis

Selasa, 06 Agustus 2024 - 09.20 WIB
4k

Mahasiswa FKIP Unila Teliti Budaya Pop Jepang dan Korsel sebagai Terapi Psikologis. Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Pada era globalisasi saat ini, penyebaran informasi telah mencapai berbagai belahan dunia, termasuk dalam bidang hiburan.

Jepang dan Korea Selatan, misalnya, memiliki soft power tersendiri dalam menciptakan hiburan kreatif yang mampu mempengaruhi psikologis para penggemarnya.

Eksistensi budaya pop Jepang (Weeaboo) dan Korea Selatan (Hallyu) di kalangan anak muda menjadi fenomena sosial yang menarik perhatian. Banyak mahasiswa yang merasa jenuh, bosan, dan lelah, menggunakan hiburan dari budaya pop tersebut sebagai cara untuk memperbaiki suasana hati dan pikiran mereka.

Fenomena ini menjadi salah satu alasan bagi sekelompok mahasiswa Universitas Lampung (Unila) untuk mempelajari, menganalisis, serta mengobservasi pengaruh budaya pop Asia Timur terhadap kesehatan mental.

Mereka membentuk sebuah kelompok penelitian bernama 'Weeaboohallyu', yang terdiri dari mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila di bawah bimbingan Dosen Yusuf Perdana, S.Pd., M.Pd.

Penelitian ini berfokus pada mahasiswa yang menjadi penggemar budaya Weeaboo dan Hallyu di berbagai perguruan tinggi di Kota Bandar Lampung. Ketua tim, Imelia Putri Wardiyanti, menjelaskan alasan di balik pemilihan tema ini sebagai proposal dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Sosial dan Humaniora (PKM-RSH).

"Topik mengenai budaya pop Jepang dan Korea sangat menarik untuk dibahas dan diteliti lebih lanjut. Selain itu, isu kesehatan mental di Indonesia juga menjadi perhatian penting, terutama bagi anak muda," ujar mahasiswa pendidikan sejarah ini.

Imelia menjelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi mahasiswa, pengaruh budaya pop Jepang dan Korea Selatan terhadap kesadaran kesehatan mental (mental health awareness), serta faktor-faktor yang mendorong mahasiswa menggemari budaya populer Asia Timur.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh tim Weeaboohallyu, ditemukan bahwa 67 persen dari 60 responden mahasiswa di Kota Bandar Lampung merasakan dampak positif terhadap kesehatan mental mereka melalui kecintaan pada budaya pop Asia Timur.

Mereka melaporkan peningkatan suasana hati (mood) dan dorongan untuk mempelajari bahasa serta elemen budaya lainnya.

"Para responden kami adalah mahasiswa dari sepuluh perguruan tinggi di Kota Bandar Lampung, dengan rentang usia 19-22 tahun. Mereka semua merupakan penggemar budaya pop Jepang dan Korea Selatan," tambah Imelia.

Selain itu, budaya pop Jepang dan Korea Selatan juga memberikan dorongan positif bagi individu untuk menjadi lebih percaya diri, mencintai diri sendiri (self-love), memperluas relasi dengan komunitas sesama penggemar, serta meningkatkan keterampilan dalam mengikuti tren dari kedua negara tersebut.

Dengan demikian, budaya pop Jepang dan Korea Selatan tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga berfungsi sebagai media penyembuhan (healing) dari rasa bosan, lelah, dan perasaan tidak menyenangkan lainnya yang dialami oleh anak muda.

Hal ini juga merupakan bentuk kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mental melalui ekspresi diri dan hiburan kreatif.

Topik tentang kesadaran kesehatan mental dan keberadaan budaya pop Jepang serta Korea dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa dan masyarakat bahwa kesehatan mental dapat dibangun melalui hobi yang positif.

Budaya pop ini juga menjadi media hiburan yang efektif untuk mengatasi kesedihan, kesepian, dan rasa lelah dalam kehidupan sehari-hari. (*)