• Selasa, 17 September 2024

RSUD Abdul Moeloek Kelola Anggaran Ratusan Miliar, Namun Minim Fasilitas dan Pelayanan Buruk

Selasa, 23 Juli 2024 - 11.06 WIB
78

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Moeloek. Foto: Dok.

 Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Moeloek mengelola anggaran mencapai ratusan miliar setiap tahunnya. Namun sayangnya, fasilitas yang dimiliki masih minim dan pelayanan yang diberikan kerap menuai komplain dari pasien.

RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung merupakan rumah sakit rujukan terbesar di Provinsi Lampung yang mengelola alokasi anggaran cukup besar setiap tahunnya. 

Tahun 2023 lalu, rumah sakit milik Pemprov Lampung ini mengelola anggaran untuk belanja modal dan operasional total sebesar Rp462.560.963.673.  Rinciannya, belanja pegawai Rp196.292.279.618, belanja barang jasa Rp201.302.380.729, belanja modal peralatan dan mesin Rp40.836.765.558 serta belanja modal gedung dan bangunan Rp24.129.537.768. 

Pada tahun 2022, anggaran belanja dikelola RSUD Abdul Moeloek lebih besar total senilai Rp578.587.605.895.  Rinciannya, belanja pegawai Rp112.048.160.338, belanja barang dan jasa Rp320.481.919.392 dan belanja bantuan sosial Rp1.743.256.950, belanja modal peralatan dan mesin Rp91.729.775.913 serta belanja modal gedung dan bangunan Rp52.584.493.301. 

Tahun 2020, anggaran belanja RSUD Abdul Moeloek sebesar Rp445.007.468.921 terdiri dari belanja pegawai Rp77.851.245.360, belanja barang dan jasa Rp278.208.977.000 dan belanja modal Rp88.947.246.561.

Tahun 2019, anggaran belanja RSUD Abdul Moeloek senilai Rp393.881.922.268 terdiri dari belanja pegawai Rp80.261.341.899, belanja barang dan jasa Rp194.595.709.921 serta belanja modal Rp119.024.870.448.

Tahun 2018, anggaran belanja RSUD Abdul Moeloek sebesar Rp444.017.866.851 terdiri dari belanja pegawai Rp68.580.649.000, belanja barang dan jasa Rp181.201.200.000, serta belanja modal Rp194.236.017.851.

Tahun 2017, total anggaran belanja RSUD Abdul Moeloek senilai Rp424.053.226.000 terdiri dari belanja pegawai Rp69.977.449.000, belanja barang dan jasa Rp200.700.000.000 serta belanja modal Rp153.375.777.000.

Dan tahun 2016, total anggaran belanja RSUD Abdul Moeloek senilai Rp367.255.474.000 terdiri dari belanja pegawai Rp70.051.864.000, belanja barang dan jasa Rp149.635.000.000 serta belanja modal Rp147.568.610.000.

Namun, ironisnya, fasilitas yang tersedia masih minim dan kualitas pelayanan yang diberikan masih jauh dari harapan masyarakat. Dengan anggaran sebesar itu seharusnya cukup untuk meningkatkan berbagai fasilitas kesehatan dan pelayanan di rumah sakit milik Pemprov Lampung ini. 

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan sebaliknya. Banyak pasien mengeluhkan minimnya fasilitas yang tersedia, seperti tempat tidur yang tidak bersih, pelayanan yang mengecewakan hingga fasilitas cuci tangan yang rusak. 

Salah satu kasusnya yakni seorang istri Anggota TNI AL batal menjalani operasi hernia repair di RSUD Abdul Moeloek, pada Minggu (7/7/2024) lalu.   

Pasien berinisial DR (41), warga Teluk Betung, Bandar Lampung, mengalami pengalaman tidak menyenangkan ketika suaminya, Tulus (42) yang juga seorang anggota TNI AL mendapati bahwa fasilitas rumah sakit sangat tidak memadai. Keluarga pasien bahkan disuruh pulang untuk mengambil sprei karena RSUD Abdul Moeloek kehabisan sprei kasur.

Awalnya, DR dirujuk oleh dr. Henky Prabowo untuk menjalani operasi hernia di RSUD Abdul Moeloek. Namun, setelah mendaftar dan tiba di instalasi gawat darurat (IGD) pada Minggu (7/7/2024) pukul 15.05 WIB, pelayanan yang diterima sangat tidak memadai. Hingga pukul 20.10 WIB malam, pasien tidak mendapatkan ruang rawat inap yang layak.

Tulus mengungkapkan, pihak rumah sakit beralasan tidak ada kamar yang tersedia. "Tidak ada kamar kosong, disarankan perawat yang bertugas untuk turun kelas dari kelas II menjadi kelas III," ucap Tulus, pada Senin (8/7/2024).

Berbagai upaya dilakukan Tulus agar istrinya mendapatkan kamar karena membutuhkan istirahat untuk persiapan operasi besar keesokan harinya. Akhirnya, setelah menunggu hingga pukul 22.00 WIB dan berkali-kali menyampaikan keluhan, pihak rumah sakit memberikan satu kamar di Ruang Mawar.

Namun, kekecewaan berlanjut ketika sampai di Ruang Mawar. Petugas tidak menyiapkan alas sprei, dan pasien disuruh berbaring di kasur yang kotor dan penuh noda hitam. Ketika Tulus meminta sprei kepada petugas, mereka malah menyuruhnya pulang untuk mengambil sprei dari rumah.

"Saya disuruh carikan sprei sendiri atau pulang ke rumah mengambil sprei dari rumah saya. Alasannya sprei di rumah sakit sudah habis," ungkap Tulus. Karena terus-menerus mengalami kekecewaan, Tulus dan istrinya akhirnya membatalkan operasi hernia di rumah sakit tersebut. 

Selain itu, fasilitas milik rumah sakit juga terkesan tidak dirawat dengan baik, bahkan sudah ada yang rusak. Pantauan pada Jumat (19/7/2024) lalu, fasilitas wastafel cuci tangan yang berada di dekat gedung IGD atau tepatnya di ruang tunggu rawat jalan pasien tidak berfungsi secara optimal.

Dari 3 wastafel cuci tangan yang ada, 2 diantaranya sudah tidak berfungsi atau rusak. Sehingga air dari kran tidak keluar karena bagian atas krannya rusak. (*)