• Jumat, 18 Oktober 2024

Antisipasi Banjir, Warga Iringmulyo Metro Gotong-royong Bangun Jalur Air

Jumat, 19 Juli 2024 - 15.05 WIB
117

Masyarakat RT 13 RW 06 Kelurahan Iringmulyo, Kecamatan setempat saat bergotong-royong membangun jalur air jalan Pala. Foto: Dok. Warga Iringmulyo

Kupastuntas.co, Metro - Guna mengantisipasi timbulnya banjir akibat tidak tersedianya saluran drainase, masyarakat RT 013 RW 006 Kelurahan Iringmulyo, Kecamatan Metro Timur bergotong-royong membangun jalur air di lokasi rawan genangan.

Ketua RT setempat, Suwarto menyebut wilayah rawan banjir terjadi di cekungan jalan Pala Raya dan tembusan jalan Pala 6 ke jalan Pala 7. Keluhan akan ancaman banjir itu berulang kali dilaporkan oleh masyarakat ke perangkat pemerintah setingkat RT.

Suwarto mengaku bahwa setiap keluhan yang disampaikan oleh masyarakat selalu ia laporkan ke tingkatan yang lebih tinggi seperti Kelurahan hingga Kecamatan.

Alhasil, lantaran belum tersedia pembangunan saluran drainase secara permanen oleh pemerintah, maka masyarakat sekitar bergotong-royong secara swadaya untuk membangun jalur air selebar kurang lebih 2,5 meter dengan kedalaman sekitar 120 centimeter agar banjir tak muncul saat musim penghujan.

"Sebelumnya itu kan depan jalan Pala Raya Ini mampet Pak, sehingga rumah masyarakat yang di komplek belakang itu tergenang air. Genangan itu sudah ada sekitar 2 mingguan tidak surut-surut, sehingga masyarakat sepakat bergotong-royong swadaya membangun jalur air biar mengalir," kata dia kepada awak media, Jum'at (19/7/2024).

Selain gotong-royong, dirinya juga menjelaskan bahwa jalur air tersebut bisa dibuat berkat hibah tanah dari warga yang mengkhawatirkan banjir akan terus datang jika tidak dibangun jalur air.

"Yang di dalam itu Alhamdulillah tanahnya sudah dihibahkan oleh warga supaya bisa dibangun jalur drainase. Ini kan jalurnya sudah dibuat harapan Kita tinggal pemerintah yang membangunnya secara permanen," ungkapnya.

Sementara itu, Nasrun, seorang warga yang menghibahkan sebagian tanahnya untuk dibangun jalur air mengungkapkan bahwa banjir mulai intens dirasakan masyarakat sejak tahun 2021.

"Banjir ini mulai terjadi sejak pembangunan yang masif di wilayah sini, di RT 13 RW 06. Banjir yang besar kurang lebih terjadi pada tahun 2021 dan sejak saat itu setiap kali hujan dengan intensitas tinggi, air selalu naik dan rumah warga yang lebih rendah selalu terendam," ucapnya.

"Ketinggiannya bervariasi, saat itu pernah satu meter lebih. Itu terjadi pada rumah yang tanahnya rendah di jalan Pala 7 pas ditengah sini. Karena ini kepentingan bersama, kalau jalur air ini tidak segera dibangun bagaimana air mau mengalir. Karena lokasi ini memang wilayah tampungan air. Tentunya ini atas kesepakatan bersama masyarakat juga kita mengarahkan jalur airnya yang kebetulan melewati tanah saya," jelasnya.

Nasrun juga mengatakan, pembangunan jalur air ala kadarnya itu dikerjakan bersama masyarakat secara swadaya.

"Alhamdulillah warga di sini itu guyub ya, jadi warga bersama-sama saling bergotong-royong agar lingkungannya tidak kebanjiran. Sehingga mulai dari proses pengukuran, pengerukan dan pembangunan untuk mengantisipasi banjir ala kadarnya itu kami lakukan," ujarnya.

Dirinya berharap Pemerintah Kota Metro dapat berkomitmen dalam menghadirkan kualitas pembangunan yang baik serta melibatkan masyarakat sekitar dalam proses pembangunannya.

"Karena kami bukan bagian dari pemerintah, jadi Pembangunan yang dilaksanakan secara Swadaya oleh masyarakat pun memiliki keterbatasan. Maka kami sangat menginginkan pemerintah hadir untuk memberikan solusi pembangunan yang konkret dalam rangka mengantisipasi banjir yang sewaktu-waktu bisa terjadi kembali di sini," terangnya.

"Jadi kami mohon, pemerintah jangan sampai juga membangun drainase, talud, maupun saluran air lainnya dengan alasan mengantisipasi banjir tapi penempatan pembangunannya salah. Maka sangat penting sekali perencanaan pembangunan yang matang dengan melibatkan masyarakat sekitar yang memang mengerti dan paham apa saja yang diperlukan untuk mencegah banjir di wilayah-wilayah rawan banjir tersebut," tutupnya.

Terpisah, Camat Metro Timur, Fery Handono Mengaku bahwa pihaknya telah mengantisipasi banjir dengan melakukan pemetaan di beberapa titik wilayah yang rawan kenangan.

"Untuk banjir, kita sudah melakukan antisipasi dan melakukan pemetaan di beberapa titik yang menjadi langganan genangan air. Salah satunya di Jalan Pala Raya juga, namun karena kita sudah antisipasi, kita sudah mapping di situ, kita ukur elevasinya. mudah-mudahan, apa yang kita lakukan ini bisa berdampak dari genangan air itu," paparnya.

Camat mengungkapkan bahwa persoalan hibah tanah yang dulu menjadi hambatan pembangunan jalur air kini telah menemukan titik terang. Sejumlah warga telah menghibahkan tanahnya agar dapat dimanfaatkan menjadi saluran drainase.

"Khusus di Jalan Pala Raya, dari dulu terkendala hibah tanah karena sertifikat tanah itu tak ada saluran. Alhamdulillah tahun ini berkat koordinasi pihak pamong, pemilik tanah dan Kelurahan sudah diberikan oleh pemilik tanah. Karena bonus demografi saat ini banyak terjadi alih fungsi. Kalau kita tidak cepat membuat tata kelola saluran air, maka ditakutkan tak terkendali genangan airnya," jelasnya lagi.

"Alhamdulillah masyarakat sudah menghibahkan secara administrasi dan sudah kita usulkan lagi ke Dinas PUTR, hari ini sudah diukur kembali. Mudah-mudahan di APBD perubahan terealisasi," imbuhnya.

Fery Handono juga memaparkan bahwa Swadaya yang dilakukan masyarakat RT 13 RW 06 kelurahan Iringmulyo Kecamatan Metro Selatan dengan pengerukan jalur air sepanjang kurang lebih 100 meter untuk mengeluarkan genangan air dari cekungan.

"Kurang lebih Swadaya masyarakat itu dan dilakukan pengerukkan sekitar 100 meter. Nanti ujungnya itu masuk ke saluran sampai ke Lapas Metro. Kita sudah selesaikan bentuk saluran, tata bangunannya nanti kita akan usulkan di Musrenbang 2025 dan dilakukan secara bertahap. Karena melihat kondisi sepertinya membutuhkan anggaran yang cukup banyak," tandasnya. (*)