• Sabtu, 06 Juli 2024

Pengamat Prediksi Duet Wahdi-Anna Morinda Berpeluang Terjadi di Pilkada Metro

Rabu, 03 Juli 2024 - 10.44 WIB
623

Pengamat Politik dari Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (Stisipol) Dharma Wacana Metro, Pindo Riski Saputra. Foto: Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Setelah keluarnya surat rekomendasi dari DPP Partai NasDem untuk Balon Wali Kota Metro Wahdi, kini pria yang menjabat Wali Kota Metro tersebut juga telah mengantongi surat tugas dari DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Pengamat menilai, Partai Nasional Demokrat (NasDem) berpotensi menggandeng Wahdi sebagai kader terbaiknya tersebut dengan kader terbaik PDIP Metro, Anna Morinda.

Penilaian tersebut diungkapkan Pengamat Politik dari Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (Stisipol) Dharma Wacana Metro, Pindo Riski Saputra. Ia memaparkan pengamatannya terkait isu politik kekinian menjelang Pilkada Metro.

Menurutnya, peluang koalisi dua partai peraih kursi legislatif di Metro tersebut sangat tinggi. Meskipun nama Anna Morinda dan Wahdi sempat menjadi rival pada Pilkada 2019 lalu, nuansa politik yang cair berpeluang terjadi dalam pilkada 2024 ini.

"Berbicara tentang kemungkinan-kemungkinan koalisi politik di Kota Metro tentu bisa saja terjadi, karena dalam dunia politik tentu situasinya selalu akan banyak kemungkinan. Bergerak dari satu kemungkinan menuju kemungkinan lain, bahkan tidak menutup kemungkinan yang dianggap mustahil pun bisa menjadi kenyataan," kata dia membuka diskusi dengan Kupastuntas.co di kampusnya, Rabu (3/7/2024).

"Tentunya menanggapi faktor kemungkinan koalisi antara NasDem dan PDI Perjuangan untuk kontestasi pilkada di Kota Metro tentu bisa saja terjadi," imbuhnya.

Dirinya bahkan mengulik soal strategi pada 2019 lalu, yang mana Wahdi dan Anna Morinda menjadi rival kuat dibandingkan pasangan calon lainnya. Dirinya menyebut, berdasarkan pengakuan DPP Partai NasDem, Wahdi merupakan kader NasDem yang berkontribusi besar dalam meningkatkan kursi legislatif NasDem di kota Metro.

Sementara Anna Morinda merupakan tokoh perempuan yang hingga kini namanya masih eksis di kalangan akar rumput. Tanya itu, pengamat juga menyebut Anna Morinda memiliki andil besar dalam mempertahankan kursi PDI Perjuangan di Metro saat sejumlah daerah lain kehilangan kursi partainya.

"Hal itu bisa saja terjadi, karena dalam konsep politik jelas bahwa tidak ada kawan dan lawan abadi, yang ada itu kepentingan abadi. Pada tahun 2019 lalu Wahdi dan Anna merupakan rival karena perbedaan kepentingan, dan kemungkinan mereka menjadi pasangan calon itu bukanlah hal yang mustahil jika keduanya memiliki kepentingan yang sama pada kontestasi politik tahun ini," jelasnya.

Pria yang akrab disapa Bung Pindo tersebut menilai, terdapat dua hal yang perlu menjadi perhatian dalam pilkada 2024 mendatang, khususnya dari sisi pemilihan sosok dan Partai. Ketika Wahdi dan Anna Morinda bersatu, tentunya memiliki nilai tambahan atas keterwakilan gender.

"Ada dua hal yang penting menurut saya untuk di amati, yaitu dari sisi partai dan sosok yang di usung. Mengingat bahwa NasDem dan PDI di Kota Metro pada saat kontestasi pemilu lalu mendapatkan perolehan suara yang besar. Sosok Wahdi sebagai petahana tentu menjadi kekuatan politik tersendiri bagi partai NasDem," ujarnya.

"Sedangkan PDI Perjuangan di Kota Metro sampai saat ini nama Anna masih menjadi satu-satunya kader PDIP yang sudah banyak di kenal oleh berbagai lapisan masyarakat. Apalagi beliau adalah sosok kader yang mewakili gender perempuan di Kota Metro. Tentunya ini hal menarik, yang saya amati adalah keterwakilan gender laki-laki dan perempuan dalam pengusungan kedua sosok tersebut," sambungnya.

Meskipun begitu dirinya juga berujar bahwa terdapat sejumlah hal yang mempengaruhi kedua Parpol tersebut untuk berkoalisi. Mulai dari penguatan modal hingga jaringan kekuasaan.

"Faktor utamanya tentu adalah memperkuat modal politik, modal yang dimaksud diantaranya adalah  akumulasi sumberdaya dan kekuasaan yang dibangun melalui hubungan, kepercayaan, niat baik, dan pengaruh antara politisi atau partai dan pemangku kepentingan," terangnya.

"Oleh sebab itu pendekatan dan komunikasi politik sangat penting untuk dilakukan guna memperkuat modal politik masing-masing calon. Karena tujuan utama dari koalisi partai adalah untuk meningkatkan peluang mereka dalam meraih kekuasaan politik yang lebih besar dan mendapatkan dukungan yang lebih luas," tambahnya.

Pria yang juga merupakan dosen ilmu politik tersebut menilai, jika NasDem dan PDI Perjuangan mengusung Wahdi dan Anna Morinda, maka hal itu akan menjadi trending topik yang hangat diperbincangkan di tingkat kota hingga provinsi Lampung.

"Koalisi NasDem dan PDI Perjuangan terutama dalam pengusungan Wahdi dan Anna Morinda tentu akan jadi topik yang hangat bagi masyarakat. Maka Parpol harus mampu memberikan dasar dan alasan yang kuat dalam pengusungan keduanya, saya rasa parpol harus mampu melakukan manajemen isu guna mencegah respon atau persepsi negatif yang mungkin akan berkembang di masyarakat," paparnya.

Tak hanya itu, dirinya juga menyoroti jika koalisi Wahdi-Anna terjadi, maka akan ada kemungkinan pasangan tersebut melawan kotak kosong dalam pilkada 2024 di Metro.

Namun sejatinya peran partai politik bukan hanya sekedar urusan strategi kemenangan saja, Parpol sebagai gerbang kekuasaan dalam politik harus mampu menciptakan kader-kader terbaiknya sehingga kontestasi demokrasi semestinya menjadi wahana patisipasi politik bagi masyarakat.

"Dalam hal ini sosok yang sudah banyak di dengar oleh masyarakat adalah Tondi, namun yang menarik adalah hingga saat ini sampai menjelang waktu penutupan pendaftaran segala kemungkinan bias saja terjadi, termasuk kemungkinan melawan kotak kosong jika koalisi NasDem dan PDIP terjadi," bebernya.

"Tapi yang perlu di garis bawahi adalah melawan kotak kosong bukanlah hal yang dapat di sepelekan, baik partai pengusung dan calon harus memiliki strategi guna mendapatkan hati masyarakat," tandasnya. (*)