Krisis Identitas Penyuluh Pertanian, Momentum Perubahan Diperlukan
Kupastuntas.co, Jakarta – Komisi Penyuluhan Pertanian Nasional menggelar Focus
Group Discussion (FGD) dengan tema "Penyuluh Pertanian Mau Kemana?"
di Hotel Aston Simatupang, Jakarta, pada Selasa, 2 Juli 2024. Acara ini
menyoroti tantangan produktivitas pertanian dan langkah-langkah untuk
memperbaiki keberlanjutan penyuluhan pertanian di Indonesia.
Ketua Komisi Penyuluhan Pertanian
Nasional (KPPN) Bustanul Arifin menegaskan urgensi transformasi dalam peran
penyuluh pertanian di Indonesia. Arifin menyebutkan perlunya adaptasi dan
perubahan strategis dalam menghadapi tantangan baru yang dihadapi sektor
pertanian, khususnya dalam konteks perubahan kebijakan pemerintahan yang baru
pada Oktober nanti.
"Penyuluh pertanian harus melakukan
transformasi signifikan dalam pendekatan dan strategi kerja mereka agar dapat
menanggapi perubahan kondisi dan kebutuhan petani di era baru ini," ungkap
Bustanul Arifin.
Bustanul menambahkan bahwa perubahan ini
sangat penting mengingat peran krusial penyuluh dalam mendukung keberlanjutan
dan peningkatan produktivitas sektor pertanian, terutama dalam menghadapi
perubahan iklim. Maka dirinya menyayangkan bahwa peran penyuluh sering kali
terhambat oleh peraturan yang belum sepenuhnya mendukung kerja mereka.
"Kita perlu memastikan bahwa
penyuluh memiliki dukungan yang memadai dari segi peraturan dan sumber daya
agar mereka dapat berfungsi secara optimal dalam mendampingi petani,"
jelasnya.
Bustanul menegaskan komitmennya untuk
memperjuangkan reformasi dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian, dengan
memastikan bahwa peran penyuluh dapat diperkuat sesuai dengan Undang-Undang No.
16 Tahun 2006.
"Kami mengadvokasi agar kelembagaan
penyuluhan kembali berada di bawah pemerintah pusat untuk meningkatkan
koordinasi dan efisiensi," tambah Bustanul.
Sementara itu, Pakar Penyuluhan dari
Universitas Andalas Hery Bachrizal Tanjung menyoroti bahwa penyuluh pertanian
memiliki peran krusial dalam mengoordinasikan kebijakan nasional dengan kondisi
riil di lapangan.
"Penyuluh pertanian harus mampu
beradaptasi dengan baik dan memiliki kompetensi yang tinggi dalam membina dan
mengembangkan kapasitas petani," paparnya.
Belum lagi, Hery menegaskan perlunya
integrasi yang lebih baik antara kebijakan pusat dan daerah dalam mengelola
penyuluhan pertanian.
"Pengelolaan penyuluhan harus tetap
berpusat pada kebijakan nasional dengan pengembangan dan implementasi yang
sesuai dengan kebutuhan daerah," tambah Hery.
Sementara itu, pakar penyuluhan dari
Universitas Sebelas Maret (UNS) Dwiningtyas Padmaningrum menekankan pentingnya
integrasi antara lembaga pendidikan, pemerintah daerah, dan komunitas petani
dalam mendukung program penyuluhan pertanian.
"Peran penyuluh pertanian tidak
hanya sebagai penyedia informasi, tetapi juga sebagai fasilitator dalam
membangun kapasitas petani untuk mengadopsi teknologi baru dan meningkatkan
efisiensi usaha mereka," tambahnya.
Dwiningtyas juga mengulas tentang peran
penting Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dalam mendukung implementasi kebijakan
pertanian di tingkat kecamatan. Ia berharap BPP dapat diperkuat sebagai pusat
pengembangan pertanian yang berkelanjutan dan terpadu di setiap wilayah.
"Saat ini, tantangan terbesar
adalah pengelolaan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang memadai di
BPP. Perlu ada perhatian serius dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan
kapasitas BPP sebagai motor penggerak pembangunan pertanian di daerah,"
tegas Dwiningtyas. (**)
Berita Lainnya
-
Layanan Telekomunikasi di Tegineneng dan Sekitarnya Kembali Normal Pasca Vandalisme Kabel Optik
Jumat, 03 Januari 2025 -
Pemkab Lampung Timur Gelar Apel Kesiapsiagaan Persiapan Pilkada Serentak 2024
Senin, 25 November 2024 -
Peringati Hari Pahlawan, Pjs Bupati Lamtim Ingatkan Generasi Muda Meneladani Semangat Perjuangan Pahlawan
Senin, 11 November 2024 -
Sambut Hari Pahlawan, PLN Lampung Dorong Pengarusutamaan Gender melalui Workshop Srikandi PLN Berdaya dan Berkarya Untuk Negeri
Sabtu, 09 November 2024