• Selasa, 26 November 2024

Kawanan Gajah Liar di Suoh dan BNS Terpecah Jadi Dua Kelompok, Pelacakan Semakin Sulit

Selasa, 02 Juli 2024 - 11.45 WIB
89

Penampakan salah satu kebun dekat pemukiman penduduk yang rusak diserbu kawanan gajah liar yang mencari makan. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Lampung Barat – Kawanan gajah liar yang terdiri dari 18 ekor di Kecamatan Suoh dan Bandar Negeri Suoh (BNS) kini terpecah menjadi dua kelompok, menambah kekhawatiran masyarakat karena semakin sulitnya memantau pergerakan mereka.

Sugeng Hari Kinaryo Adi, Pembina Satgas Penanganan Konflik Gajah Suoh, mengatakan bahwa perpecahan kelompok kawanan gajah tersebut semakin menyulitkan Satgas dalam melakukan pemantauan. Terlebih, GPS Collar yang sebelumnya dipasang untuk memantau pergerakan kawanan gajah tersebut mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat lagi dipantau jarak jauh melalui aplikasi pelacak.

“Kawanan gajah tersebut masih kerap mendekati pemukiman warga. Terbaru, pada Senin (1/7/2024), kawanan gajah tersebut kembali mendekati pemukiman bahkan melintas di jalan raya,” ujar Sugeng kepada wartawan, Selasa (2/7/2024).

Sugeng menjelaskan bahwa pada insiden terbaru, kawanan gajah tersebut memasuki Pekon (Desa) Banding Agung dan melintasi jalan raya. Empat belas ekor gajah masuk ke area pemukiman, sementara sisanya terpisah dari kelompok.

“Kawanan gajah itu masuk ke area pemakaman di wilayah setempat, kemudian masuk lagi ke hutan dan bergerak ke belakang pemukiman warga, sehingga dikhawatirkan kawanan gajah ini kembali masuk pemukiman,” sambungnya.

Sugeng menambahkan bahwa kawanan gajah sebanyak 14 ekor yang masuk ke area pemukiman kembali terpecah, dengan dua ekor gajah bergabung dengan empat ekor gajah lain yang sebelumnya telah lebih dulu memisahkan diri dari kelompok. Kini, kelompok tersebut terpecah menjadi dua: satu kelompok beranggotakan 12 ekor mengarah ke Rawa Kenceng, dan kelompok lainnya beranggotakan enam ekor berada di Simpang Masak, blok sembilan.

Petani di wilayah setempat telah menebangi tanaman pisang yang menjadi makanan incaran gajah untuk mengantisipasi agar kawanan gajah tidak masuk ke pemukiman warga. Namun, tindakan ini malah menyebabkan kawanan gajah terus berkeliaran.

“Kami hingga saat ini kesulitan untuk memantau karena GPS Collar yang terpasang mengalami kerusakan dan tidak aktif,” tuturnya.

Sugeng berharap pihak terkait bisa segera memperbaiki GPS Collar yang terpasang agar Satgas dan masyarakat bisa kembali mudah melakukan pemantauan terhadap pergerakan kawanan gajah tersebut.

“Masyarakat diminta membatasi kegiatan di perkebunan dan selalu waspada terhadap kawanan gajah agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” pungkasnya. (*)