• Rabu, 03 Juli 2024

Memperkuat Demokrasi Melalui Pendidikan Politik, Sebuah Renungan di Bulan Bung Karno, Oleh: Donald Harris Sihotang

Senin, 01 Juli 2024 - 17.52 WIB
85

Dr. Donald Harris Sihotang, S.E., M.M, Wakil Ketua Bidang Ekonomi Kreatif dan Ekonomi Digital DPD PDI Perjuangan Lampung. Foto: Dok.

Kupastruntas.co, Bandar Lampung - Senin, 1 Juni 2024, lebih dari 200 peserta yang terdiri dari mahasiswa dari universitas negeri dan swasta serta pelajar SLTA di Bandar Lampung berkumpul di Kantor Sekretariat DPD PDI Perjuangan Lampung.

Acara yang diselenggarakan di Jalan Emir M. Nur, Kelurahan Pengajaran, Teluk Betung Utara, Kota Bandar Lampung itu merupakan bagian dari peringatan Bulan Bung Karno dan dirancang untuk membangkitkan semangat politik serta kesadaran sejarah di kalangan pemuda.

Bulan Juni dinamai Bulan Bung Karno untuk menghormati Soekarno, proklamator kemerdekaan Indonesia. Dikenal juga sebagai 'Putra Sang Fajar', Soekarno lahir pada tanggal 6 Juni 1901, simbolik dengan fajar yang baru.

Bulan ini dipilih karena memuat hari kelahirannya, hari lahir Pancasila yang ia prakarsai, dan hari wafatnya pada 21 Juni 1970, menjadikannya periode penting untuk refleksi dan pendidikan politik.

Acara pembekalan politik ini dirancang tidak hanya untuk mengingat dan mempelajari tentang Bung Karno tetapi juga untuk membekali pemuda agar berpartisipasi secara aktif dan berinformasi dalam kehidupan politik.

Narasumber dari eksternal, seperti Dr. Dedi Hermawan, KH. Ishomudin, M.Ag, dan Dr. Hieronymus Soerjatisnanta, serta dari internal PDI Perjuangan, seperti Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Umar Ahmad, dan Sekretaris DPD PDI Perjuangan Lampung Sutono, menyampaikan perspektif yang beragam tentang politik kontemporer dan sejarah Indonesia.

Diskusinya berlangsung hangat dan antusias. Para mahasiswa dan pelajar antusias menyampaikan pertanyaan kepada narasumber. Sesi dimulai dengan diskusi tentang pragmatisme yang kian meningkat dalam pemilihan umum Indonesia.

Pembicara dari eksternal partai, seperti akademisi Dedi Hermawan dan Tisnanta, menyoroti bagaimana pemilih, khususnya generasi muda, semakin berbasis hasil dalam membuat keputusan pemilihan. Faktor-faktor seperti kesejahteraan ekonomi, akses ke informasi yang lebih baik melalui media sosial, dan pengalaman langsung dengan kebijakan pemerintah mempengaruhi tren ini.

Para pembicara menekankan pentingnya mengatasi pandangan pragmatis semata-mata dengan pendidikan politik yang lebih mendalam. Mereka berpendapat bahwa pemuda harus diajarkan tidak hanya tentang hak dan tanggung jawab sebagai pemilih tetapi juga tentang cara menilai kebijakan secara kritis berdasarkan data dan fakta, bukan hanya janji.

Untuk meningkatkan partisipasi dan menghindari pragmatisme dalam pemilu di kalangan anak-anak muda, ada beberapa pendekatan khusus yang bisa dilakukan:

  1. Edukasi Politik yang Relevan: Menyediakan program pendidikan politik yang menarik dan relevan bagi anak-anak muda melalui kegiatan ekstrakurikuler, seminar, lokakarya, dan diskusi yang melibatkan mereka secara aktif.
  2. Penggunaan Media Sosial: Memanfaatkan platform media sosial yang populer di kalangan anak muda untuk menyebarkan informasi politik yang akurat dan menarik. Kampanye digital yang kreatif dan interaktif dapat membantu meningkatkan kesadaran dan partisipasi politik mereka.
  3. Peningkatan Partisipasi dalam Kegiatan Sosial dan Politik: Mengajak anak-anak muda untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan politik di komunitas mereka, seperti volunteerism, organisasi kepemudaan, atau gerakan sosial, yang dapat membangun kesadaran akan pentingnya partisipasi aktif dalam proses politik.
  4. Role Model dan Influencer: Menggunakan peran tokoh muda yang berpengaruh sebagai role model atau influencer untuk menyebarkan pesan-pesan positif tentang pentingnya partisipasi politik dan pemilihan yang cerdas.
  5. Kampanye Berbasis Isu: Fokus pada isu-isu yang relevan dan dekat dengan kehidupan anak-anak muda, seperti pendidikan, lapangan kerja, lingkungan, dan teknologi, yang akan membuat mereka lebih tertarik dan merasa bahwa suara mereka penting dalam menentukan masa depan.
  6. Penggunaan Teknologi dan Inovasi: Mendorong anak-anak muda untuk terlibat dalam inovasi teknologi yang dapat mendukung proses politik, seperti aplikasi pemantauan pemilu, platform diskusi online, atau aplikasi edukasi politik.
  7. Keterlibatan dalam Debat dan Diskusi Publik: Mengadakan debat dan diskusi publik yang melibatkan anak-anak muda sebagai peserta aktif, yang bisa dilakukan di sekolah, kampus, atau melalui platform online.
  8. Program Mentorship dan Kepemimpinan: Mengembangkan program mentorship dan kepemimpinan yang membekali anak-anak muda dengan keterampilan dan pengetahuan politik, menginspirasi mereka untuk terlibat lebih jauh dalam proses politik.
  9. Kolaborasi dengan Komunitas dan Organisasi Kepemudaan: Bekerja sama dengan komunitas dan organisasi kepemudaan untuk menyelenggarakan acara-acara yang mendidik dan menginspirasi anak-anak muda untuk berpartisipasi dalam pemilu.
  10. Simplicity and Accessibility: Membuat proses politik dan informasi pemilu lebih mudah diakses dan dipahami oleh anak-anak muda dengan membuat konten yang sederhana, visual, dan langsung ke poin penting.

Dengan pendekatan-pendekatan ini, diharapkan anak-anak muda dapat lebih terlibat dan menjadi pemilih yang cerdas serta kritis dalam pemilu, sehingga mereka tidak hanya memilih berdasarkan pragmatisme semata, tetapi juga berdasarkan pemahaman yang mendalam akan isu-isu yang penting bagi masa depan mereka.

Peran teknologi dan media sosial dalam politik kontemporer juga menjadi topik utama. Dengan generasi muda yang semakin terkoneksi, pentingnya platform digital dalam kampanye politik dan sebagai alat edukasi tidak dapat diabaikan. Pembicara memberikan contoh bagaimana kampanye yang efektif menggunakan media sosial dan aplikasi mobile untuk menjangkau pemilih muda.

Para pembicara menggarisbawahi pentingnya kepemimpinan yang beretika dan berorientasi pada pelayanan publik. Dengan mengambil pelajaran dari kepemimpinan Bung Karno, pemuda diharapkan tidak hanya menjadi pemilih yang pasif tetapi juga pemimpin dan pembuat perubahan yang aktif.

Bung Karno, sejak muda sudah aktif dalam politik Indonesia. Saat usianya baru 14 tahun, pada tahun 1915, Soekarno tinggal di Surabaya bersama H.O.S. Tjokroaminoto, di mana ia mulai mengenal dunia perjuangan dan terinspirasi untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Keberaniannya dalam berbicara dan pemikirannya yang progresif menjadikannya figur yang menonjol. Soekarno tak hanya berbicara, tapi juga bertindak.

Ia menerbitkan surat kabar Jong Java dalam bahasa Melayu, membuka jalan bagi penyebaran gagasannya ke masyarakat luas. Pada tahun 1926, ia mendirikan Algemeene Studie Club (ASC), cikal bakal Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan setahun kemudian.

Anak-anak muda harus sadar bahwa politik bukan hanya tentang memenangkan pemilu. Politik adalah tentang mengadvokasi perubahan, mengatasi ketidakadilan, dan memperjuangkan hak-hak masyarakat. Anak-anak muda memiliki idealisme dan semangat yang tinggi untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Gunakan semangat itu untuk menginspirasi dan memimpin orang lain.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dalam menarik pemuda ke dalam dunia politik adalah menghilangkan stereotip bahwa politik itu kotor. Para pembicara menekankan perlunya reformasi institusional dan penegakan hukum yang kuat untuk menindak praktik-praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Dengan menampilkan kisah sukses dari politisi yang berintegritas dan kampanye yang beretika, diharapkan pemuda dapat melihat bahwa politik juga dapat dijalankan dengan bersih dan penuh integritas.

Mendorong pemuda untuk terlibat dalam kepemimpinan lokal adalah salah satu cara efektif untuk membangun basis yang kuat untuk masa depan politik Indonesia. Pemimpin lokal yang memahami kebutuhan komunitas mereka dan yang memiliki rekam jejak yang baik dapat menginspirasi kepercayaan dan partisipasi dari pemuda di wilayah mereka.

Para narasumber juga menyoroti pentingnya program mentorship dan pelatihan yang berkelanjutan. Dengan bimbingan dari tokoh-tokoh politik yang berpengalaman, pemuda dapat belajar bagaimana navigasi dalam dunia politik, mengembangkan keterampilan yang diperlukan, dan membangun jaringan yang bermanfaat untuk karier politik mereka di masa depan.

Para peserta juga didorong untuk terlibat aktif dalam proses pembuatan kebijakan publik. Dengan berpartisipasi dalam forum-forum diskusi publik, memberikan masukan kepada pejabat pemerintah, dan mengawasi pelaksanaan kebijakan, pemuda dapat memastikan bahwa suara mereka didengar dan kebutuhan mereka dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

Para pemuda diingatkan bahwa politik tidak hanya terjadi di gedung-gedung pemerintahan tetapi juga di tingkat komunitas. Keterlibatan aktif dalam kegiatan komunitas, seperti kerja sukarela dan proyek-proyek sosial, dapat menjadi jalan masuk bagi pemuda untuk memahami lebih dalam tentang politik dan pemerintahan.

Dengan semakin canggihnya teknologi, penggunaan platform digital sangat penting untuk meningkatkan partisipasi politik. Aplikasi mobile, media sosial, dan situs web interaktif dapat digunakan untuk menyebarkan informasi, mengumpulkan masukan dari masyarakat, dan memantau kinerja pejabat terpilih. Teknologi ini juga memungkinkan kampanye yang lebih efisien dan tepat sasaran.

Salah satu pesan utama dari acara ini adalah pentingnya memotivasi pemuda untuk tidak takut terlibat dalam politik. Mereka didorong untuk tidak hanya memilih tetapi juga aktif berpartisipasi dalam berbagai aspek politik, dari kampanye hingga advokasi kebijakan. Setiap tindakan, sekecil apapun, dapat membawa perubahan yang signifikan. Dengan semangat dan dedikasi, pemuda Indonesia dapat menciptakan pemerintahan yang lebih baik dan masyarakat yang lebih sejahtera.

Pembekalan politik ini bukan hanya sebuah acara peringatan tetapi juga merupakan upaya nyata untuk membekali pemuda dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk terlibat dalam politik. Dengan memahami sejarah dan belajar dari tokoh-tokoh besar seperti Bung Karno, serta dengan memanfaatkan teknologi dan pendidikan yang tepat, pemuda Indonesia dapat menjadi agen perubahan yang efektif.

Kegiatan ini menandai langkah penting dalam perjalanan panjang menuju demokrasi yang lebih inklusif dan berkelanjutan, di mana suara pemuda tidak hanya didengar tetapi juga dihargai dan diimplementasikan. Dengan adanya program seperti ini, harapan untuk masa depan politik Indonesia yang lebih cerah dan beretika semakin terbuka lebar.

Pemuda adalah masa depan bangsa, dan dengan dukungan serta pembekalan yang tepat, mereka siap untuk mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan dan membawa Indonesia menuju kemajuan yang lebih besar.

Pilkada Serentak

Pada 27 November 2024, kita akan mengikuti pelaksanaan Pilkada serentak yang melibatkan 37 provinsi dan 508 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Ini adalah kali kelima Pilkada serentak diselenggarakan dan pertama kalinya melibatkan seluruh provinsi, kabupaten, dan kota di Indonesia. Meski demikian, beberapa daerah seperti Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan DKI Jakarta memiliki mekanisme khusus dalam penetapan kepala daerah.

Di DIY, jabatan kepala daerah ditetapkan berdasarkan UU Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY, yang menetapkan Gubernur dan Wakil Gubernur tanpa melalui pemilihan umum. Sementara di DKI Jakarta, UU Nomor 29 Tahun 2007 menentukan bahwa jabatan Bupati atau Walikota diangkat oleh Gubernur atas pertimbangan DPRD dari unsur Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memenuhi persyaratan, meskipun pemilihan gubernur tetap dilakukan.

Dalam menghadapi Pilkada serentak 2024, sangat penting bagi masyarakat, termasuk anak-anak muda, untuk menjadi pemilih yang rasional dan tidak sekadar pragmatis. Dengan informasi yang tepat dan kritis, mereka dapat memilih pemimpin yang benar-benar memiliki visi dan kemampuan untuk membawa perubahan positif bagi Provinsi Lampung dan bagi Indonesia.

Program pembekalan politik seperti ini menjadi sangat krusial dalam membentuk generasi muda yang berpendidikan politik, beretika, dan siap mengambil peran aktif dalam demokrasi Indonesia. Dengan dukungan dan pembekalan yang tepat, masa depan politik Indonesia yang lebih cerah dan beretika semakin terbuka lebar. (*)