Lampung Timur Penyalur PMI Terbesar di Lampung, Minim Lapangan Pekerjaan Jadi Alasannya

Pihak BP2MI, Provinsi Lampung Muhammad Meidi, beri penjelasan terkait persoalan PMI wilayah Lampung. Foto: Agus/Kupastutnas.co
Kupastuntas.co, Lampung Timur - Badan Perlindungan Pekerja
Migran Indonesia (BP2MI) dan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) menegaskan
sulitnya mencari pekerjaan menjadi faktor utama seseorang nekat menjadi PMI.
Hal itu sampaikan ketika kedua lembaga tersebut menjadi
pemateri dalam sosialisasi Penempatan dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia,
di Balai Desa Sribhawono, Kecamatan Bandar Sribhawono. Jumat (21/6/24).
Peserta yang mengikuti sosialisasi persoalan PMI yaitu
perangkat desa yang ada di tiga kecamatan yakni, Kecamatan Way Jepara,
Matarambaru dan Bandar Sribhawono dan dibuka langsung oleh Kepala Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lampung Timur Budi Yul.
Dalam paparannya pegawai BP2MI Muhammad Meidi mengatakan
untuk menjadi PMI banyak pengorbanan yang harus dilalui, terutama soal psikis
selama berjuang di negara orang, meskipun calon PMI itu sudah berkeluarga atau
belum berkeluarga.
Muhammad Meidi menggambarkan dihadapan ratusan peserta
sosialisasi, yang pasti dikorbankan adalah meninggalkan keluarga jika yang
sudah menikah harus meninggalkan pasangannya, anak anak nya dalam waktu yang
tidak sebentar, minimal 2 tahun.
"Kenapa PMI disebut pahlawan, karena mereka adalah
pahlawan demi keluarga yang siap menanggung resiko berbagai macam, dari resiko
kematian hingga rusaknya hubungan rumah tangga. Dan ini fakta meskipun tidak
semua PMI mengalami," kata Muhammad Meidi. Jumat (21/6/24).
Beberapa resiko berat harus dihadapi para calon PMI
disebabkan karena susahnya mencari pekerjaan di tempat tinggalnya, apalagi
jejak pendidikannya tidak sampai SMP.
Kata Meidi, sementara bekerja di luar negeri menjadi PMI baik
yang formal atau informal tidak begitu mementingkan pendidikan terakhir, hanya
skill yang sesuai dengan job pekerjaannya.
"Lulus SD dapat gaji per bulan di atas 10 juta, siapa
yang tidak kepingin. Tapi perlu di ingat jangan sampai berangkat dengan cara
non prosedural," kata Meidi.
Untuk wilayah Lampung, dari 21.505 jumlah PMI yang berada di
luar negeri tahun 2023, Kabupaten Lampung Timur penyalur yang paling banyak,
lalu disusul Lampung Tengah, Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran.
Dilain kesempatan Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI)
Lampung Timur Mujianto, sepakat bahwa banyaknya PMI karena tidak adanya
pekerjaan ditempat tinggalnya, untuk memperbaiki ekonomi dan mensejahterakan
keluarga.
Namun Mujianto mengatakan masih banyak PMI yang menerjang
peraturan yang sudah ditetapkan, misal kata dia, banyak PMI berangkat sesuai
prosedur tapi ketika sudah di luar negeri menjadi non prosedural.
Padahal kata Mujianto ketika terjadi persoalan seperti
kematian yang di alami PMI sendiri akan menjadi hambatan dalam proses
pemulangan, santunan kerja juga tidak didapat, bukan hanya itu saja ketika PMI
melakukan over stay, akan banyak tantangan dan resiko.
"Over stay itu setelah habis kontrak tidak melakukan
perpanjangan yang prosedural, biasa mereka menyebut PMI kaburan. Kalau sudah
kaburan kerja tidak nyaman apalagi perempuan bisa kita bayangkan," kata
Mujianto.
Dia juga mencontohkan seorang PMI over stay bernama Oktavia
warga Kecamatan Labuhanratu, Lampung Timur, meninggal di Hongkong sudah hampir
dua bulan jenazah belum pulang, karena prosesnya cukup rumit dampak dari over
stay itu sendiri.
"Tapi kami sudah dapat kabar jenazah Oktavia akan
diterbangkan dari Hongkong nanti 22 Juni 2024, diperkirakan 23 Juni 2024 sudah
tiba di Lampung Timur," kata Mujianto. (*)
Berita Lainnya
-
Tiga Hari Antre, Sopir Truk Singkong Tewas Mendadak di Parkiran PT SPM 2
Senin, 17 Maret 2025 -
10 Ton Beras Ludes Terjual di 6 Titik Pasar Murah di Lampung Timur
Senin, 17 Maret 2025 -
Berkah Musim Baratan, Hasil Tangkapan Gurita Nelayan di Lamtim Melimpah
Minggu, 16 Maret 2025 -
Puluhan Kapal Rusak Menumpuk di Muara Gading Mas Lamtim, Nelayan Ngeluh Susah Sandar
Minggu, 16 Maret 2025