• Kamis, 26 Desember 2024

Lampung Timur Penyalur PMI Terbesar di Lampung, Minim Lapangan Pekerjaan Jadi Alasannya

Jumat, 21 Juni 2024 - 14.24 WIB
160

Pihak BP2MI, Provinsi Lampung Muhammad Meidi, beri penjelasan terkait persoalan PMI wilayah Lampung. Foto: Agus/Kupastutnas.co

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) dan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) menegaskan sulitnya mencari pekerjaan menjadi faktor utama seseorang nekat menjadi PMI.

Hal itu sampaikan ketika kedua lembaga tersebut menjadi pemateri dalam sosialisasi Penempatan dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, di Balai Desa Sribhawono, Kecamatan Bandar Sribhawono. Jumat (21/6/24).

Peserta yang mengikuti sosialisasi persoalan PMI yaitu perangkat desa yang ada di tiga kecamatan yakni, Kecamatan Way Jepara, Matarambaru dan Bandar Sribhawono dan dibuka langsung oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lampung Timur Budi Yul.

Dalam paparannya pegawai BP2MI Muhammad Meidi mengatakan untuk menjadi PMI banyak pengorbanan yang harus dilalui, terutama soal psikis selama berjuang di negara orang, meskipun calon PMI itu sudah berkeluarga atau belum berkeluarga.

Muhammad Meidi menggambarkan dihadapan ratusan peserta sosialisasi, yang pasti dikorbankan adalah meninggalkan keluarga jika yang sudah menikah harus meninggalkan pasangannya, anak anak nya dalam waktu yang tidak sebentar, minimal 2 tahun.

"Kenapa PMI disebut pahlawan, karena mereka adalah pahlawan demi keluarga yang siap menanggung resiko berbagai macam, dari resiko kematian hingga rusaknya hubungan rumah tangga. Dan ini fakta meskipun tidak semua PMI mengalami," kata Muhammad Meidi. Jumat (21/6/24).

Beberapa resiko berat harus dihadapi para calon PMI disebabkan karena susahnya mencari pekerjaan di tempat tinggalnya, apalagi jejak pendidikannya tidak sampai SMP.

Kata Meidi, sementara bekerja di luar negeri menjadi PMI baik yang formal atau informal tidak begitu mementingkan pendidikan terakhir, hanya skill yang sesuai dengan job pekerjaannya.

"Lulus SD dapat gaji per bulan di atas 10 juta, siapa yang tidak kepingin. Tapi perlu di ingat jangan sampai berangkat dengan cara non prosedural," kata Meidi.

Untuk wilayah Lampung, dari 21.505 jumlah PMI yang berada di luar negeri tahun 2023, Kabupaten Lampung Timur penyalur yang paling banyak, lalu disusul Lampung Tengah, Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran.

Dilain kesempatan Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Lampung Timur Mujianto, sepakat bahwa banyaknya PMI karena tidak adanya pekerjaan ditempat tinggalnya, untuk memperbaiki ekonomi dan mensejahterakan keluarga.

Namun Mujianto mengatakan masih banyak PMI yang menerjang peraturan yang sudah ditetapkan, misal kata dia, banyak PMI berangkat sesuai prosedur tapi ketika sudah di luar negeri menjadi non prosedural.

Padahal kata Mujianto ketika terjadi persoalan seperti kematian yang di alami PMI sendiri akan menjadi hambatan dalam proses pemulangan, santunan kerja juga tidak didapat, bukan hanya itu saja ketika PMI melakukan over stay, akan banyak tantangan dan resiko.

"Over stay itu setelah habis kontrak tidak melakukan perpanjangan yang prosedural, biasa mereka menyebut PMI kaburan. Kalau sudah kaburan kerja tidak nyaman apalagi perempuan bisa kita bayangkan," kata Mujianto.

Dia juga mencontohkan seorang PMI over stay bernama Oktavia warga Kecamatan Labuhanratu, Lampung Timur, meninggal di Hongkong sudah hampir dua bulan jenazah belum pulang, karena prosesnya cukup rumit dampak dari over stay itu sendiri.

"Tapi kami sudah dapat kabar jenazah Oktavia akan diterbangkan dari Hongkong nanti 22 Juni 2024, diperkirakan 23 Juni 2024 sudah tiba di Lampung Timur," kata Mujianto. (*)