• Sabtu, 07 Juni 2025

Dugaan Oligopsoni, 4 Eksportir Lada Hitam di Lampung Mangkir dari Panggilan KPPU

Rabu, 19 Juni 2024 - 14.03 WIB
176

Kepala KPPU Wilayah II, Wahyu Bekti Anggoro. Foto: Dok.

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) wilayah II, telah melakukan pemanggilan terhadap empat eksportir lada hitam yang diduga menguasai 64 persen pembelian lada hitam di Lampung.

Kepala KPPU Wilayah II, Wahyu Bekti Anggoro mengatakan, ke empat eksportir tersebut kompak mangkir atau tidak menghadiri undangan pemeriksaan yang dilayangkan oleh KPPU.

"Untuk pemanggilan pertama kepada pelaku usaha pada minggu kemarin sudah kita lakukan. Namun mereka minta untuk di reschedule. Maka ini aneh kok mereka semua kompak tidak hadir," ujarnya, saat dimintai keterangan, Rabu (19/6/2024)

Wahyu juga mengatakan jika pihaknya akan kembali melakukan pemanggilan terhadap empat pelaku usaha yang melakukan oligopsoni tersebut.

"Kami akan kembali melakukan pemanggilan terhadap keempat pelaku usaha tersebut. Jika terbukti maka mereka bisa dikenakan pasal terkait dengan oligopsoni," tuturnya.

Wahyu melanjutkan, setelah pihaknya melakukan penyelidikan tersebut saat ini harga lada ditingkat petani mengalami kenaikan sebesar Rp30 ribu per kilogram.

"Dan setelah diperiksa oleh KPPU saat ini harga lada mulai naik. Untuk kebaikan nya sebesar Rp30 ribu per kilo, harga sebelumnya Rp60 ribu sekarang ini jadi Rp90 ribu per kilonya," jelasnya.

Seperti diketahui KPPU sejak Februari 2024 tengah melakukan penyelidikan tataniaga komoditas lada hitam. Dimana KPPU menemukan bahwa struktur pasar pembelian lada hitam di provinsi Lampung pada tahun 2022 dikuasai 64 persen oleh 4 eksportir.

Selain itu, KPPU juga menemukan terdapat perilaku pengendalian pembelian pasokan dan harga beli lada ditingkat Petani oleh keempat eksportir. 

Tindakan tersebut diduga menyebabkan harga lada hitam di Lampung berada di bawah rata-rata harga nasional, meskipun adanya fakta bahwa Lampung merupakan daerah penghasil lada hitam terbesar di Indonesia.

Selain mengakibatkan harga yang rendah, perilaku pengendalian pembelian pasokan dan harga yang dilakukan keempat eksportir juga berdampak pada alih komoditas tanaman oleh Petani, khususnya terhadap penurunan luas lahan dan produksi lada hitam di Lampung.

Dampak pada persaingan juga dirasakan pada penurunan jumlah eksportir lada hitam di 

provinsi tersebut. Tercatat, pada tahun 2020 masih terdapat 15 eksportir lada hitam, namun tahun lalu, jumlah tersebut turun menjadi 9 eksportir. (*)