• Minggu, 10 Agustus 2025

31.302 Warga Lampung Menderita Tuberkulosis, Menkes Dorong Percepat Penemuan Kasus Baru

Senin, 10 Juni 2024 - 14.17 WIB
96

Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin saat mengikuti rapat koordinasi nasional program penanggulangan TB secara virtual dengan pemerintah daerah, Senin (10/6/2024). Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Berdasarkan Global Tuberkulosis (TB) Report 2023, Indonesia menjadi negara kedua tertinggi kasus TB setelah India dengan estimasi sebanyak 1.060.000 kasus dan angka kematian 134.000 per tahun.

Sementara data Kementerian Kesehatan RI menyebutkan, dari estimasi jumlah kasus tersebut, hingga Mei 2024 di Provinsi Lampung sendiri telah ditemukan sebanyak 31.302 atau 18 persen dari target nasional.

Hal tersebut disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin saat mengikuti rapat koordinasi nasional program penanggulangan TB secara virtual dengan pemerintah daerah, Senin (10/6/2024). 

“Kita ingin dari estimasi 1 juta orang itu, ditemukan dulu 90 persen atau 900 ribu penderita TB hingga akhir tahun 2024. Artinya kalau bulan Juni harusnya sudah 45 persen. Kalau bulan Mei 37,5 persen. Ini harus ditemui,” kata Budi.

Namun berdasarkan data Kemenkes, Budi menyebut per Mei 2024 belum ada provinsi yang mencapai target nasional penemuan kasus TB sebesar 37,5 persen. Melainkan baru tercapai 26 persen.

“Ada beberapa daerah yang estimasinya tinggi tapi pemenuannya masih rendah, contohnya Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Timur, dan Nusa Tenggara Timur. Harus banyak ditemukan,” tegasnya.

Dalam upaya menemukan kasus baru TB, Budi mengaku pihaknya telah membagikan alat pendeteksi penyakit TB.

“Hampir semua rumah sakit sudah ada x-ray, kemudian kita juga punya alat tes cepat molekuler (TCM) untuk mengetes TB. Data per Februari 2024, Lampung sudah memiliki 79 alat TCM,” jelasnya.  

Setelah ditemukan kasus baru, Budi mengatakan tugas pemda selanjutnya yaitu memberikan obat bagi penderita TB sesuai jenisnya kasusnya baik resisten atau sensitif. 

“Obat resisten untuk orang yang pernah kena, karena lama dikasih obat antibiotik tidak juga sembuh, dia harus dikasih obat yang agak keras. Sedangkan yang sensitif adalah orang yang baru pertama kali terkena TB,” terangnya.

Ia mengatakan, untuk di Provinsi Lampung sendiri, hingga Mei 2024 persentase kasus TB telah diobati melalui sensitif obat (SO) sebanyak 86 persen berdasarkan jumlah kasus SO terlapor. Sedangkan persentase kasus telah diobati melalui resisten obat (RO) sebanyak 55 persen berdasarkan jumlah RO terlapor.

“Obatnya sudah ada di seluruh puskesmas, ini obat program Kemenkes,” katanya.

Oleh karena itu Budi mendorong pemerintah daerah untuk membentuk tim percepatan penanggulangan TB (TP2TB) guna penanggulangan penyakit menular TB. 

“Tugasnya menemukan, kalau sudah ketemu kontak eratnya diberi obat pencegahan TB, untuk pasiennya diberi obat, dan minum obatnya harus selesai supaya dia benar-benar sembuh. Kita butuh teman-teman Pemda untuk bisa memenejemen operasional,” imbaunya.

“Tolong diagresifkan (penanganan TB), karena ini penyakit menular. Kalau tidak ditemukan, tidak diobati, ini akan menular kemana-mana,” pungkasnya. (*)

Editor :