Menakar Potensi Besar Koalisi PDIP - Golkar di Metro
Kupastuntas.co, Metro
- Potensi bergabungnya dua partai politik (Parpol) besar di Kota Metro dalam
satu koalisi menjadi isu yang ramai diperbincangkan di kalangan elit hingga
akar rumput di Bumi Sai Wawai.
Potensi besar koalisi
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) dan Partai Golongan Karya
(Golkar) di Kota Metro kerap hadir dalam perbincangan sejumlah forum tokoh,
ruang diskusi hingga tongkrongan warung kopi.
Pengamat Isu Sosial
dan Politik, Fitra Aditya Irsyam menerangkan bahwa potensi atas isu
bergabungnya PDI Perjuangan dan Golkar di Kota Metro merupakan hal yang telah
diperkirakan sebelumnya.
Pria yang merupakan
alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Syarif Hidayatullah,
Jakarta tersebut menerangkan hipotesis politiknya terkait potensi munculnya
empat poros dalam Pilkada serentak 2024 di Metro.
"Saya masih
meyakini hipotesis yang pernah saya sampaikan beberapa waktu lalu mengenai
empat poros utama yang berpotensi besar maju. Poros inkumben Wahdi Sirajuddin,
Tondi Nasution, Anna Morinda, dan poros PKS," kata dia saat dikonfirmasi
Kupastuntas.co, Senin (20/5/2024).
"Tetap tidak
menutup kemungkinan dari keempat poros tersebut akan ada yang bergabung. Coba
lihat pemberitaan beberapa hari belakangan ini, langkah politik yang mereka
tunjukkan makin menguatkan hipotesis tersebut," imbuhnya.
Pria yang akrab disapa
Bung Adit itu menilai bahwa koalisi PDI Perjuangan dan Golkar yang pernah
berhasil menang dalam Pilkada 2015 lalu dapat terulang kembali.
Ia bahkan menyebut,
nama Tondi MG Nasution sebagai kader Partai Golkar dan Anna Morinda tokoh
perempuan PDI Perjuangan di Metro bisa menjadi lawan yang kuat dan perlu
diperhitungkan oleh inkumben.
"Koalisi Golkar
dan PDI Perjuangan di Metro pernah punya pengalaman manis di tahun 2015 lalu.
Besar kemungkinan romantisme saat itu terulang kembali. Jika pasangan yang
diusung Tondi dan Anna, maka bisa menjadi lawan yang kuat untuk melawan
inkumben Wahdi," ungkapnya.
Tak hanya itu,
pengamat tersebut juga menakar potensi pergerakan mesin kedua partai hingga
ketingkat RT. Bahkan, PDI Perjuangan dibawah kepemimpinan Anna Morinda juga
dinilai akan bertarung habis-habisan.
"Jika terjadi,
koalisi ini memiliki mesin politik hingga tingkat RT. Bagi PDI Perjuangan,
tentu mereka akan fight habis-habisan. Kegagalan pilkada sebelumnya dengan
selisih suara yang tipis dan kekalahan partai ini pada Pilpres yang lalu, tentu
menjadi evaluasi untuk memotivasi mereka menang dalam pilkada yang akan
datang," ujarnya.
Menurutnya, Tondi MG
Nasution dan Anna Morinda merupakan dua tokoh yang memiliki loyalis setia dan
bisa menjadi modal kuat untuk bertarung di pilkada.
"Diperkuat juga
modal personal kandidat dalam hal ini Tondi dan Anna, yang memang memiliki
pemilih loyalnya masing-masing. Koalisi ini siap dan kuat, mungkin yang perlu
diperhatikan adalah kesiapan logistik," terangnya.
Meskipun begitu, Bung
Adit juga menerangkan analisanya terkait kemungkinan tidak terjadinya koalisi
kedua partai jika kompromi politik terkait posisi keduanya tidak memunculkan
sebuah kesepakatan.
"Selain itu,
faktor yang perlu dipertimbangkan adalah siapa yang akan menjadi calon
Walikotanya. Apakah Tondi yang nomor satu dan Anna wakilnya, atau justru
sebaliknya. Saya rasa ini bisa menjadi faktor yang menggagalkan koalisi ini
terbangun jika kompromi antar elit partai tersebut sampai deadlock,"
jelasnya.
Selain itu, faktor
lainnya dapat muncul dari serangan inkumben. Menurutnya, Wahdi masih memiliki
peluang untuk diusung dari partai berlambang banteng tersebut.
"Faktor
penghambat lainnya juga bisa datang dari kandidat inkumben. Kita ketahui
bersama, Wahdi telah mendaftar sebagai bakal calon Walikota di PDI Perjuangan.
Wahdi ini sudah pasti akan berlayar menggunakan parpol," jelasnya.
"Jika maju
diusung PDI Perjuangan, maka kita hanya akan menunggu siapa calon wakil yang
akan diusung. Kemungkinan besar Anna. Jika sampai terjadi, kecil peluang Golkar
akan ikut bergabung," sambungnya.
Pengamat tersebut
bahkan menilai kemungkinan yang dapat dilakukan petahana dengan mengambil salah
satu dari dua partai tersebut.
"Langkah politik
Wahdi ini cukup cerdik, dia memainkan bandul dua poros kekuatan. Daripada
membiarkan dua kekuatan tersebut bergabung dan menjadi lawannya, lebih baik
diambil salah satunya," tandasnya. (*)
Berita Lainnya
-
Rakor Evaluasi Pengawasan, Pemerintah Kota Metro Tekankan Pentingnya Integritas Pemilu 2024
Senin, 03 Februari 2025 -
Temukan Banyak Bantuan Salah Sasaran, Dewan Minta Dinsos Metro Data Ulang Penerima Bantuan
Jumat, 31 Januari 2025 -
Sepanjang Januari, 117 Warga Metro Terjangkit DBD
Jumat, 31 Januari 2025 -
Makin Pedas, Harga Cabai di Metro Tembus Rp80 Ribu Perkilogram
Kamis, 30 Januari 2025