• Rabu, 18 Desember 2024

Manfaatkan Ikan Busuk, Pembudidaya Ikan Patin di Lampung Timur Untung Berlipat

Kamis, 25 April 2024 - 16.03 WIB
130

Manfaatkan limbah ikan untuk sarana pakan patin, pembudidaya untung berlipat. Foto: Agus/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Sabar, warga Desa Karanganyar, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur mencoba memanfaatkan limbah ikan sebagai pakan ikan patin. Dan hasil luar biasa, Sabar bisa mendapat keuntungan berlipat karena pakan yang digunakan bukan pakan pabrikan.

Kamis (25/4/2024) siang, sejumlah orang tampak memanen ikan patin di kolam secara tradisonal, hanya dengan menggunakan jaring yang ditarik oleh dua orang. Untuk satu petak kolam tidak kurang dari satu jam mereka bisa mengambil ribuan patin.

Setelah jaring diangkat dari dasar kolam, ribuan ikan patin tampak terlihat dalam sergapan jaring, ikan ikan segar itu langsung di pindahkan dari jaring di tempat khusus dan ditimbang, lalu dikemas dan dimasukan kedalam mobil untuk siap di distribusikan.

Menurut Sabar banyak pelaku usaha budidaya patin namun tidak mendapat untung banyak atau bahkan sering merugi, hal itu disebabkan bukan karena harga ikan patin namun cara perawatan yang dinilai tidak tepat.

Perawatan dimaksud yaitu cara pemberian pakan, patin merupakan jenis ikan tawar yang rakus dengan makanan sementara jika di beri pakan berlebih tentu harus mengeluarkan modal lebih besar.

"Karena ikan patin itu makannya rakus, saya siasati dengan mengolah pakan sendiri artinya saya tidak beli pakan pabrikan. Tapi beli bahan baku dan diolah sendiri," kata Subur.

Bahan pakan yang digunakan Subur yaitu, ikan busuk yang tidak bisa dikonsumsi oleh manusia. Di setiap pesisir banyak nelayan yang menyisihkan ikan busuk istilah lain ikan BS. Subur juga membeli bekatul gabah yakni limbah hasil dari penggilingan gabah menjadi beras.

"Ikan BS yang saya beli dari nelayan dan bekatul yang saya beli dari pabrik penggilingan padi, lalu saya proses untuk dijadikan sentrat pakan ikan. Pembuatannya cukup simpel yang penting punya alat penggiling nya dengan menggunakan mesin disel sebagai penggerak," ujarnya.

Sebelum di giling ikan BS yang masih basah lebih dulu di jemur, lalu kalau sudah kering dicampur dengan bekatul dan digiling, dari proses penggilingan dengan apat yang sudah di rakit maka akan keluar semacam sentrat bentuknya menyerupai mi kuning kecil memanjang.

Setelah proses dari penggilingan maka di diamkan beberapa waktu agar pakan lebih keras selanjutnya setelah sudah mengeras maka bisa diberikan kepada ikan patin. Dengan cara tersebut Subur bisa menghemat biaya bila dibanding dengan pakan pabrikan.

"Selisih modal dengan menggunakan pakan buatan dan pabrikan cukup jauh, perbandingannya jika menggunakan pakan pabrikan habis satu juta, kalau buat sendiri tidak lebih dari 800 ribu," sebutnya.

Sekali panen dari lima petak kolam miliknya Subur bisa mendapatkan ikan patin seberat 2 ton, saat itu juga pembeli sudah menunggu dilokasi panen dengan harga 18 ribu per kg, artinya Sabar tidak sibuk mencari pembeli atau menunggu lama, selesai panen 2 ton patin langsung habis.

"Ini dipanen ditimbang langsung dibawa pembeli, panen hari ini sudah di kontrak oleh pembeli asal Menggala, dua mobil sudah menunggu," pungkasnya. (*)

Editor :