• Minggu, 08 September 2024

Jerit Nelayan di Kuala Penet Lamtim Tidak Pernah Nikmati Solar Subsidi

Selasa, 02 April 2024 - 13.57 WIB
110

Seorang nelayan di Lampung Timur membeli solar eceran dengan menggunakan jasa ojek. Selasa, (2/4/2024). Foto: Agus/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Ribuan nelayan di pesisir Kuala Penet, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur, belum pernah menikmati bahan bakar jenis solar yang disubsidi oleh pemerintah. Sehingga nelayan harus membeli solar dengan pengecer dan harga non subsidi.

Salah seorang tokoh nelayan Kuala Penet, Asep mengatakan, di wilayah Kuala Penet setidaknya ada 700 kapal, 100 persen dipastikan mereka membeli solar dengan harga non subsidi. Padahal pemerintah memberikan BBM subsidi untuk membantu beban masyarakat.

"Solar merupakan bahan utama sebagai penggerak kapal nelayan, kalau tidak ada soale semua kapal tidak akan bisa jalan. Artinya solar merupakan kebutuhan utama bagi nelayan," kata Asep saat diwawancarai. Selasa, (2/4/2024).

Asep menggambarkan, untuk kapal ukuran 20 GT soale yang dibutuhkan rata-rata 1.000 liter. Jika mereka membeli dengan harga non subsidi senilai 10.000 per liter, harus mengeluarkan uang sebesar 10 juta.

Tokoh nelayan itu membandingkan, jika nelayan bisa membeli dengan harga subsidi yakni 6.800 maka untuk 1.000 liter nelayan mengeluarkan uang 6.800.000. sehingga pemerintah sudah membantu 3.200.000 setiap kali nelayan berangkat melaut.

"Bayangkan dari tahun 2004, nelayan berharap ingin pemerintah mendirikan SPBN di Kuala Penet tapi sampai sekarang tidak pernah di realisasikan," tegasnya.

Karena solar menjadi kebutuhan pokok untuk beraktivitas melaut, mau tidak mau nelayan harus mencari cara meskipun harus membeli melalui tengkulak. Resikonya, nelayan mendapat harga non subsidi yaitu Rp10 ribu per liter.

Kenapa harus membeli kepada tengkulak?, Kata Asep, nelayan tidak akan mungkin membeli sendiri ke SPBU dengan membawa jerigen. Sehingga wajar banyak ditemui penjual solar eceran di wilayah Kuala Penet.

"Soal bagaimana mereka bisa membeli solar di SPBU, kami sebagai nelayan tidak mau tau, yang penting bisa beli solar, solar tidak sulit itu aja. Harapan kami, pemerintah bisa membangun SPBN di tempat kami," tutup Asep.

Sementara salah seorang pedagang solar eceran di Kuala Penet yang mengaku bernama Solikin, dirinya menjual kepada nelayan Rp10 ribu per liter. Sementara dirinya membeli solar di SPBU dengan harga subsidi Rp6.800. Namun, ia tidak membeli dengan menggunakan jerigen melainkan membawa mobil.

"Kalau bawa jerigen tidak boleh, jadi saya bawa mobil setelah sampai rumah kami kuras dan nanti beli lagi. Beli ya di SPBU wilayah Bandar Sribhawono, Matarambaru dan Labuhan Maringgai gantian gitu," kata Solikin.

Kalau keperluan nelayan cukup banyak karana setiap hari ada yang melaut, dari membeli sebanyak 500 liter hingga seribu, justru kadang penjual eceran yang tidak mampu melayani karena keterbatasan barang.

"Selain di warung ada juga yang mengantar dengan menggunakan sepeda motor sekali datang satu sepeda motor bisa 5 jerigen ukuran 35 liter. Kalu hanya mengandalkan penjual eceran gak mampu," pungkasnya. (*)

Editor :