• Selasa, 19 November 2024

Pengamat: Petahana di Metro Bisa Tergeser Oleh Pendatang Baru Pada Pilkada 2024

Sabtu, 23 Maret 2024 - 16.23 WIB
1.2k

Pengamat politik dari STISIPOL Dharma Wacana Metro, Sudarman Mersa saat diwawancarai diruang kerjanya. Sabtu, (23/3/2024). Foto: Arby/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Dinamika politik menjelang kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2024 di kota Metro mulai terlihat eksistensinya. Pergerakan politik sejumlah tokoh yang digadang ikut kontestasi Calon Kepala Daerah (Cakada) dinilai pengamat memiliki peluang melengserkan tonggak kepemimpinan petahana.

Jabatan Wahdi dan Qomaru Zaman sebagai Wali dan Wakil Walikota Metro terancam tidak dapat diraih kembali diperiode selanjutnya. Sejumlah akademisi ilmu politik mengungkapkan pandangannya prihal kinerja hingga peluang petahana duduk diperiode kedua.

Hal tersebut disampaikan oleh pengamat politik dari Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (STISIPOL) Dharma Wacana Metro, Sudarman Mersa. Ia berpendapat, bahwa usai pemilihan legislatif (Pileg) sejumlah nama tokoh Partai Politik (Parpol) telah bermunculan dan mendominasi ruang diskusi publik.

"Pasca pemilu legislatif ini memang mulai bermunculan para calon, yang mana saya mengatakan bahwa itu wajar. Sebenarnya itu dimaksudkan sebagai upaya menakar dan mengukur peluang apakah diperhitungkan atau tidak di masyarakat," kata Sudarman saat dikonfirmasi Kupastuntas.co diruang kerjanya, Sabtu (23/3/2024).

Sejumlah nama tokoh parpol yang menghiasi dinamika politik lokal dinilai bakal menjadi ajang negosiasi untuk meminang atau dipinang. Peluang bagi bakal calon selain dari petahana dalam menguasai opini publik telah mulai bermunculan lewat poster maupun kunjungan.

"Kemudian jika opini mereka itu diperhitungkan oleh masyarakat, maka ini menjadi dinamika tersendiri bagi para tokoh itu yang kemudian memunculkan negosiasi. Kans negosiasi itu kan bisa jadi layak jadi Calon Walikota atau wakilnya, dan hari ini bergening tersebut sudah mulai ditunjukkan," ujarnya.

"Seperti contohnya lewat kegiatan kunjungan ke masyarakat, atau memasang poster-poster ucapan, seperti hari ini ucapan ramadhan. Ini kan juga merupakan suatu isyarat agar diperhitungkan begitu," sambungnya.

Pria yang merupakan Dosen Ilmu Politik tersebut memaparkan secara rinci peluang petahana Wahdi dan Qomaru Zaman dikalahkan oleh calon lainnya dalam Pilkada serentak 2024.

"Dinamika ini kan sudah mulai muncul, yang punya keinginan maju ini kan sudah mulai terlihat pasca pemilu legislatif. Banyak tokoh-tokoh yang namanya mulai muncul, seperti nama Anna Morinda. Kita tahu beliau merupakan tokoh wanita di kota Metro yang juga kalau tidak salah pengurus Aisyiah," terangnya 

"Kemudian dia juga merupakan ketua DPC PDI Perjuangan, dan tentunya beliau sudah punya nama lah di Kota Metro. Apalagi PDI Perjuangan memenangkan pemilu legislatif di Metro," sambungnya.

Tak hanya itu, nama Wakil Bupati Lampung Tengah (Lamteng) dr. H. Ardito Wijaya juga dinilai memiliki peluang yang sama dalam memenangkan Pilkada di Metro.

"Lalu ada nama Ardito Wijaya yang sekarang Wakil Bupati Lampung Tengah. Kalau melihat dari sisi akankah dia maju di Metro, itu sangat mungkin terjadi. Apalagi keluarga itu punya riwayat yang mana ayahnya, almarhum bapak Achmad Pairin sebelumnya merupakan Bupati Lampung Tengah, kemudian masuk ke Metro dan ternyata berhasil kan," paparnya.

Pria yang merupakan kandidat Doktor Study Pembangunan, Universitas Lampung (Unila) tersebut juga menyoroti peluang besar yang dimiliki dr. H. Ahmad Ridho Akbar untuk ikut dalam kompetisi.

"Kemudian ada nama dr. Ahmad Ridho Akbar, tentunya kita harus mengakui dia punya kans besar, karena ayahnya juga merupakan mantan Wakil Bupati Lampung Tengah. Yang namanya pak Samsi Ahmad itu cukup harum apalagi dia merupakan tokoh juga di Metro pada saat itu," ujarnya.

Meskipun begitu, nama dr. Ridho yang kini menjabat sebagai sekertaris pada Dinas Kesehatan (Dinkes) kota Metro dinilai perlu kerja berat jika maju sebagai calon Walikota.

"Peluang dr. Ridho dari sisi kos politiknya saya yakin punya kos yang lumayan cukup besar. Tetapi disisi lain mereka juga berat untuk mengalahkan petahana, karena petahana saat ini sudah memulai sosialisasi. Petahana tidak perlu banner, semua sudah menunjang segala sesuatunya yang dibiayai negara lewat sosialisasi program-program kerjanya saat ini," ucapnya.

Tak hanya peluang kekalahan petahana, dosen yang juga merupakan warga Jalan Teratai, Kelurahan Mulyojati, Kecamatan Metro Barat tersebut membeberkan sederet peluang kemenangan kedua bagi petahana Wahdi-Qomaru Zaman.

"Sebenarnya petahana itu memiliki peluang yang sangat besar untuk menang kembali, karena petahana itu sudah ada di dalam. Jadi dengan kegiatannya, dia sudah bisa mensosialisasikan apa yang sudah mereka kerjakan. Berbeda ketika bukan petahana, mereka yang ada diluar ini tidak memiliki peluang sosialisasi yang masif untuk menyampaikan niatnya ke semua lini masyarakat. Baik ke kalangan ASN maupun masyarakat secara luas," jelasnya.

"Kemudian peluang yang besar bagi petahana bahwa mereka bisa mensosialisasikan rencananya kedepan jika dipilih kembali, tentunya sosialisasi tersebut bisa disela-sela kegiatan yang mana kegiatan itu difasilitasi menggunakan anggaran negara, dan itu merupakan hal yang wajar, karena mereka mensosialisasikan program pemerintah pada saat ini," tambahnya.

Pria yang telah menjadi dosen ilmu politik sejak tahun 1997 itu mengungkapkan pendapatnya tentang Political Cost atau kos politik jalur independen yang lebih murah dari Parpol.

"Sebenarnya kalau independen menang itu saya melihat bahwa Political Cost atau kos politiknya akan lebih murah. Jadi kos politik itu dapat mereka manfaatkan untuk yang lainnya, karena untuk mendapatkan rekom dari partai politik juga membutuhkan kos yang cukup besar. Itulah sehingga jalur independen dapat memanfaatkan kos politiknya untuk yang lain," ungkapnya.

Meskipun demikian, Cakada jalur independen memiliki kelemahan jika memenangkan kontestasi Pilkada. Yang mana pasangan independen tidak memiliki kekuatan parlemen.

"Tapi jalur independen ini memiliki sisi lemah, ketika pasangan independen ini jadi dan terpilih maka saya melihat kekuatan independen di parlemen itu tidak muncul. Saya melihat, petahana di Metro hari ini akan bekerja keras dan lebih berat untuk kembali duduk jika masih maju melalui jalur independen," tuturnya.

Alumni magister Ilmu Pemerintahan Unila tersebut menilai bahwa Wahdi dan Qomaru Zaman akan bekerja keras jika kembali mengikuti kontestasi Pilkada melalui jalur independen.

"Berdasarkan pengalaman yang saya lihat dari petahana duduk saat ini, kalau petahana kembali maju melalui jalur independen, dia akan mengulangi kerja keras mengambil hati masyarakat lagi. Walaupun petahana memiliki peluang, fasilitas dan sarana untuk menempuh jalur itu. Tetapi ketika pengalaman itu terulang lagi, maka berat bisa duduk menggunakan jalur independen," bebernya.

"Kalau menurut saya, petahana lebih baik lewat jalur Parpol. Karena kekuatan partai politik dapat mempengaruhi peluangnya duduk kembali, tapi kalau independen mereka akan bekerja sendiri," lanjutnya.

Pengamat politik kelahiran Astra Ksetra, Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung pada 1974 silam tersebut memprediksi akan ada tiga pasangan calon yang bakal maju menjadi peserta Pemilu di Metro.

"Kalau muncul jalur independen, bisa jadi kita punya empat pasangan calon. Tapi kalau semuanya melalui partai politik, kemungkinan besarnya ada tiga pasangan calon. Dari prediksi saya sebagai akademisi, akan ada tiga bakal pasangan calon kuat yang muncul sebagai calon peserta pilkada di Metro," katanya.

Selain nama tokoh yang berpeluang menjadi rival petahana dalam Pilkada 2024, terdapat pula tiga nama pengusaha alternatif dinilai cocok sebagai bakal Calon Wakil Walikota dengan modal ketokohan dan finansialnya.

"Ada pula nama-nama alternatif lain seperti Haji Rudi Hartono pengurus PWNU dan Haji Daud, yang mana untuk haji Daud ini bahkan sosoknya saja warga Metro itu tidak semua pernah tahu, latar belakangnya sendiri merupakan pengusaha kaya raya. Tapi namanya selalu muncul ditengah masyarakat, padahal tidak pernah sosialisasi," terangnya lagi.

"Apalagi kalau dia sosialisasi, itu bisa menjadi peluang besar baginya. Tetapi, apakah dia bisa menjual program yang bisa menyentuh masyarakat. Kemudian terkait nama Haji Bambang, beliau ini memang ketua DPC Demokrat tapi untuk muncul sebagai calon Walikota akan berat, kemungkinannya untuk digandeng sebagai Wakil," imbuhnya.

Mantan Ketua STISIPOL Dharma Wacana dua periode, sejak tahun 2014 hingga 2022 tersebut juga menyampaikan persepsinya terkait dengan kekuatan petahana.

"Yang bisa mengalahkan petahana itu hanya ketika petahana salah dalam mengambil suatu kebijakan, yang tidak pro terhadap masyarakat dan menodai hati masyarakat. Calon-calon yang nantinya bakal muncul itu bisa mengalahkan petahana apabila mereka bisa menghadirkan terobosan baru yang di luar apa yang dilakukan oleh petahana sekarang," ucapnya.

Ia bahkan menilai sejumlah program yang ditawarkan Calon kada harus sesuai kebutuhan masyarakat. Selain itu, kemudian logistik keuangan juga merupakan hal utama dalam mengalahkan petahana.

"Sebetulnya melawan pertahanan itu bisa dikatakan mudah dan juga bisa dikatakan berat ya, karena ketika adu program, petahana sudah sosialisasi duluan. Tetapi, ketika petahana melakukan satu saja kesalahan, calon lain bisa mencuri star untuk merebut hati masyarakat dan mengalahkan petahana," ujarnya.

"Tetapi sekali lagi, yang unik di Metro itu dilihat berdasarkan kos politik dalam tanda kutip. Isu pembangunan tidak bisa menjadi senjata yang signifikan, kecuali ada terobosan yang luar biasa dari pasangan calon untuk melawan petahana," sambungnya.

Sudarman Mersa yang kini menjabat sebagai Ketua Senat STISIPOL Dharma Wacana Metro sejak 2022 lalu tersebut menyarankan agar masyarakat tidak terjebak dalam opini liar dinamika politik lokal. 

"Dinamika yang terjadi saat ini justru merupakan pendewasaan bagi masyarakat, mereka bisa melihat siapa figurnya, seperti apa latar belakangnya dan bagaimana mereka bekerja. Seharusnya masyarakat jangan mudah terpancing dengan apa yang diberikan saat pilkada, tapi lihat dampaknya, jangan sampai pembangunan terhambat dan tidak sesuai dengan harapan masyarakat," paparnya.

"Justru yang penting saat ini adalah bagaimana nantinya semua bakal calon berkomitmen untuk tidak melakukan praktek money politik. Bila perlu calon itu mendengar masukan dari masyarakat, misalnya si A cocok dengan si B, si B cocok berpasangan dengan si C dan seterusnya. Karena opini tersebut yang seharusnya didapat oleh bakal calon yang akan maju," tandasnya.

Dari catatan Kupas Tuntas, Wali dan Wakil Walikota petahana merupakan pasangan yang paling getol bergerak dari jauh hari. Pergerakan politiknya tersebut acap kali diketahui masyarakat luas lantaran kerap muncul di media massa.

Posisinya sebagai petahana memberikan peluang besar untuk memperoleh kemenangan kedua. Tentunya, kans tersebut dinilai tidak datang ketika petahana maju kembali melalui jalur independen.

Sementara sejumlah tokoh lainnya mulai bermunculan seolah siap melawan petahana Wahdi-Qomaru Zaman. Nama-nama yang muncul tersebut diantaranya ialah :

1. Hj. Anna Morinda yang merupakan Politisi PDI Perjuangan. Dirinya merupakan rival kuat Wahdi-Qomaru dalam Pilkada 2020 lalu. Tokoh wanita di Metro ini sukses mengantarkan PDIP memenangkan pemilu legislatif di Kota setempat.

2. H. Tondi Muammar Gaddafi, Ia merupakan kader partai Golkar yang kini menjabat sebagai Ketua DPRD Kota Metro. Dirinya juga tercatat memperoleh suara yang tidak sedikit sehingga memenangkan Pileg 2024 tingkat provinsi.

3. dr. H. Ardito Wijaya. Politikus PKB ini sedang menjabat sebagai Wakil Bupati Lampung Tengah. Belakangan namanya muncul dalam bursa calon kada yang digadang bakal maju di Metro. Nama besar sang ayah, almarhum Achmad Pairin yang merupakan mantan Wali Kota Metro periode lalu tersebut menjadi kans tersendiri baginya.

4. dr. H. Achmad Redho Akbar. Nama dokter yang satu ini tentunya belum terlalu familiar di telinga masyarakat Kota Metro. Namun, posisinya sebagai Sekertaris pada Dinas Kesehatan Kota Metro memungkinkannya mendapatkan peluang besar seperti halnya dr. Silvia Naharani Wahdi memperjuangkan sang suami dimulai dari jabatan ini. 

Yang tidak banyak diketahui ialah, pria tersebut merupakan putra mantan Wakil Bupati Lampung Tengah dimasa lalu, Samsi Ahmad. dr. Achmad Redho Akbar juga memiliki logistik yang cukup untuk melenggang mengikuti kompetisi. Kini poster, banner dan Billboardnya telah bermunculan di sejumlah titik se Metro.

Selain empat nama tersebut, muncul juga nama alternatif yang berpeluang mengikuti kontestasi Pilkada serentak 2024. Diantaranya ialah:

1. H. Bambang Imam Santoso yang merupakan pengusaha sekaligus Ketua DPC partai Demokrat kota Metro.

2. H. Rudi Hartono merupakan pengusaha sekaligus Tokoh Nahdlatul Ulama yang kini menjabat di kepengurusan PWNU Lampung.

3. H. Daud merupakan pengusaha kaya raya ini kerap kali muncul seiring dengan isu politik di Metro menguat. Meskipun tidak pernah secara resmi mengutamakan niatnya maju dalam Pilkada Metro, namun sejumlah tokoh di Metro memperhitungkan kekuatan finansialnya. (*)

Editor :