• Selasa, 19 Agustus 2025

Polemik Dugaan Penelantaran Jenazah di RS Urip Sumoharjo, Begini Kronologisnya Menurut Dinkes Lampung

Minggu, 17 Maret 2024 - 12.11 WIB
245

Tangkapan layar dari video yang viral memperlihatkan keluarga menggotong jenazah yang diduga ditelantarkan. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Edwin Rusli, ikut angkat bicara terkait viralnya video dugaan penelantaran jenazah warga Tulang Bawang di Rumah Sakit Urip Sumoharjo.

Edwin menyebutkan jika persoalan tersebut merupakan kesalahpahaman. Dimana Rumah Sakit Urip Sumoharjo tidak menyediakan formalin seperti yang diminta oleh keluarga pasien.

"Jadi memang tidak semua Rumah Sakit memiliki formalin, sesuai kemampuan saja," katanya saat dimintai keterangan, Minggu (17/3/2024).

Selain itu ia juga menjelaskan jika penggunaan formalin untuk disuntikkan kepada jenazah diluar tanggungan biaya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Begini kronologi meninggal nya pasien tersebut berdasarkan informasi yang diterima dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.

Pada Rabu 13 Maret 2024 pukul 00.04 WIB pasien masuk melalui IGD dengan keluhan sesak nafas disertai batuk berdarah, Riwayat pengobatan OAT (Obat anti tuberkulosis) selama 2 bulan.

Pada pukul 01.28 WIB, pasien tiba di ruangan Keratun Bawah (isolasi TB) didampingi oleh perawat. Kemudian pukul 01.55 WIB pasien dilakukan visitasi oleh dokter jaga, dengan kondisi pasien perburukan.

Pada pukul 03.18 WIB rumah sakit mengaktifkan pengaktifan Code Blue dan dilakukan RJP 5 siklus oleh Tim Code Blue.

Selanjutnya pada pukul 03.20 WIB pasien dinyatakan meninggal dihadapan Tim Code Blue dan Keluarga pasien.

Kemudian pukul 03.30 WIB perawat mengkonfirmasi penggunaan ambulan RSUS kepada keluarga, dan keluarga akan rundingan terdahulu.

Selanjutnya pukul 03.45 WIB keluarga menanyakan ke perawat apakah bisa memandikan dan penyuntikan formalin.

Namun perawat menjelaskan tidak bisa dilakukan penyuntikan formalin. Pada pukul 04.00 keluarga menanyakan ke perawat kenapa di RS Urip tidak bisa melakukan tindakan formalin.

Karena tidak ada, pada pukul 05:00 WIB, perawat memfasilitasi untuk menghubungi Budi Luhur. Pihak keluarga meminta untuk Budi Luhur datang ke RS Urip Sumoharjo saat itu saja.

Kemudian perawat membantu menghubungi Budi Luhur untuk melakukan pelayanan formalin, tetapi Budi Luhur tidak bisa dilakukan di RSUS, karena yang jaga di Budi Luhur hanya 1 orang.

Selanjutnya pukul 05.30 WIB, perawat mengaktifkan kode abu-abu dan petugas satpam datang. Namun, keluarga marah mendatangi dan masuk counter perawat, memaksa untuk ke kamar jenazah

Pukul 06.13 WIB, keluarga memaksa perawat untuk mengeluarkan bed jenazah. 

Sekitar pukul 06.14 –06.23 WIB satpam dan perawat sudah mencegah dan menahan untuk dibawa oleh pihak keluarga. Kemudian pukul 06.24 WIB salah satu pihak keluarga ada yang menendang sarana RS berupa plang hati-hati licin.

Selanjutnya pukul 06.25- 06.29 WIB keluarga tetap mendorong sendiri jenazah dengan menggunakan bed untuk dibawa ke kamar jenazah .

Kemudian satpam mendampingi keluarga pasien menuju kamar jenazah. Pihak yang untuk melakukan suntik formalin sudah tiba di RS tanpa ada konfirmasi ulang ke Pihak RS.

Kemudian pada pukul 06.29 - 08.00 WIB keluarga tetap mendorong sendiri jenazah dengan menggunakan bed untuk dibawa ke kamar jenazah. Jenazah tiba di area kamar jenazah didampingi satpam.

Selanjutnya petugas datang dan membukakan ruang jenazah dan menyiapkan kebutuhan untuk memandikan jenazah.

Jenazah dilakukan penyuntikan formalin dan menyiapkan jenazah sesuai keyakinannya, oleh pihak luar dan keluarga.

Kemudian pukul 08.01 meluarga dan jenazah menggunakan ambulan luar dan meninggalkan Rumah Sakit Urip Sumoharjo.

Sementara itu Wakil Ketua III DPRD Provinsi Lampung, Yozi Rizal, mengatakan jika kejadian tersebut harus dijadikan sebagai pembelajaran oleh RS Urip Sumoharjo.

"Mungkin ini sebagai pembelajaran bagi manajemen Rumah Sakit Urip Sumoharjo, mungkin mereka tidak paham tata cara didalam menangani jenazah non muslim," katanya.

Sehingga ia kedepan meminta kepada seluruh manajemen rumah sakit yang ada di Lampung untuk melakukan pembelajaran dari peristiwa tersebut.

"Jangan sampai hal seperti ini terulang kembali. Tapi ya harus di cari tahu terlebih dahulu masalah sebenernya seperti apa," kata dia. (*)