• Jumat, 10 Januari 2025

Harga Jagung di Lampung Timur Turun Jadi Rp3.500 per Kilogram

Kamis, 07 Maret 2024 - 16.27 WIB
1.8k

Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Dari 13 hari terjadi penurunan harga jagung hingga lima kali. Terakhir, Kamis (7/3/2024) turun kembali 100 rupiah per kilo. Sehingga, harga jagung basah dari petani saat ini Rp3.500 per kilo. Penurunan harga jagung disebabkan karena terjadinya panen raya diberbagai wilayah.

Heri seorang pengusaha jual beli jagung (tengkulak) mengaku selama 13 hari terjadi penurunan harga jagung sebanyak 5 kali. Dari Turin 600 rupiah, 500 rupiah, 400 rupiah, dan hari ini kamis, (7/3/2024) turun kembali 100 rupiah.

"Penurunan harga karena terjadinya panen raya dimana mana sehingga perusahaan menurunkan harga, kami pun ikut harga pasar dari pihak perusahaan atau pabrik besar langganan kami," kata Heri, warga Desa Sadar Sriwijaya, Kecamatan Bandar Sribhawono, Lampung Timur, Kamis (7/3/2024).

Ia mengaku saat ini membeli jagung dari petani seharga Rp3.500 dalam kondisi jagung basah atau kadar air diatas 16 persen. Dari harga Rp3.500 perkilo itu biaya operasional panen ditanggung petani.

"Kalau biaya panen kami yang tanggung saya beli seharga Rp2.500 per kilo. Kalau biaya panen yang tanggung, petani kami beli seharga Rp3.500 per kilo nya," ujarnya.

Pasaran harga bukan semata dimainkan oleh tengkulak, namun tengkulak mengikuti harga pasar pihak perusahaan. Saat ini kata Heri, perusahaan hanya sanggup membeli seharga Rp4.800 per kilo kadar air dibawah 16 persen, jika kadar air diatas 16 persen perusahaan membeli Rp4.500 per kilo.

"Keuntungan kami tidak bersih, tidak lebih dari 600 rupiah per kilo. Memang beda perusahaan beda harga namun selisih biasanya tidak lebih dari Rp200 per kilonya," ungkapnya.

Sementara itu, seorang petani bernama Sungkono warga Kecamatan Bandar Agung, Kecamatan Bandar Sribhawono mengaku, dirinya baru saja menjual jagung hasil panen dengan harga Rp2.500 per kilo kepada tengkulak.

Sementara hasil panen dari lahan 1 hektare, Sungkono menghasilkan jagung 6 ton. Dengan harga Rp2.500, Sungkono menerima uang Rp15 juta, sementara dipotong biaya perawatan masa tanam Rp7 juta, hasil yang didapat selama 100 hari sebanyak Rp8 juta.

"Kalau di hitung keuntungan kecil karena tahun ini harga jagung anjlok, keinginan petani jagung minimal harga jagung tembus Rp3.000 per kilo, sehingga keuntungan sesuai," kata Sungkono.

Namun tidak bisa dipungkiri berapapun pasaran harga jagung dari tengkulak petani harus mengikuti, pasalnya jika hasil panen di timbun menunggu harga mahal justru resikonya akan bertambah besar.

"Selesai panik harus langsung jual mau ditimbun malah resiko, selain harus mengeluarkan biaya banyak untuk proses penimbunan, dikhawatirkan harga malah semakin merosot," pungkas Sungkono. (*)

Editor :