• Minggu, 24 November 2024

Impor Beras Pemerintah di 2023 Cetak Rekor Tertinggi Lima Tahun Terakhir

Senin, 15 Januari 2024 - 19.34 WIB
77

Foto:Ist.

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indonesia melakukan impor beras sebanyak 3,06 juta ton pada 2023. Angka impor tersebut merupakan yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir.

"Selama 5 tahun terakhir impor beras di 2023 ini merupakan yang terbesar," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (15/1/2024).

Pudji mengatakan, angka impor tersebut mengalami peningkatan 613,61 persen dibandingkan 2022. Pada 2022 Indonesia mengimpor beras sebanyak 429 ribu ton, dan pada 2021 sebesar 407,7 ribu ton, 356 ribu ton pada 2020 dan 444 ribu ton pada 2019.

Pudji merinci jenis beras yang paling banyak diimpor Indonesia adalah semi milled or wholly milled rice dengan volume impor 2,7 juta ton atau sekitar 88,18 persen. Lalu, broken rice, other than of a kind dengan volume impor 345 ribu ton atau sekitar 11,29 persen dari total impor.

Selanjutnya ada Basmati rice, semi-milled or wholly milled rice dengan volume 7.133 ton atau 0,23 persen, other fragrant rice, semi milled 6.950 ton (0,23 persen); dan glutinous rice 1.300 ton (0,02 persen).

Impor beras terbanyak berasal dari Thailand, yaitu 1,38 juta ton atau mencakup 45,12 persen dari total impor beras. Disusul oleh Vietnam dengan 1,14 juta ton (37,47 persen); Pakistan 309 ribu ton (10,10 persen); Myanmar dengan 141 ribu ton atau sekitar 4,61 persen, dan dari negara lainnya 83 ribu ton atau sekitar 2,70 persen.

Sementara itu, Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi (Perpadi), Sutarto Alimoeso mengingatkan pemerintah untuk lebih berhati-hati saat mengimpor beras.

Ia mengatakan, jangan sampai beras impor tambahan yang masuk Indonesia nantinya itu merupakan old crop atau beras yang sudah dipanen dan disimpan lama di luar negeri. Beras tersebut rawan rusak dan cepat busuk.

"Yang saya khawatirkan jangan sampai yang masuk  ini adalah old crop, beras lama, ini harus hati-hati. Karena biasanya di luar negeri itu ada yang istilahnya old crop. Jadi jangan sampai misalnya kita membeli ternyata old crop sehingga nanti akan menjadi masalah," kata Sutarto.

Selain itu, Sutarto juga meminta kepada pemerintah untuk mempertimbangkan dengan betul-betul terkait rencana penambahan impor beras.

"Nah untuk apa (tambahan impor)? Kalau memang kurang, berapa kurangnya? Jadi kalau itu rencana, saya pikir rencana itu boleh-boleh saja tetapi apakah itu harus diimplementasikan, berapa ini kan yang harusnya tetap memperhatikan produksi atau panen di dalam negeri," jelasnya.

Adapun alasan agar pemerintah mempertimbangkan dengan baik, katanya, yang pertama supaya harga beras nantinya pada saat panen tidak jatuh. Kedua, jangan sampai nanti terjadi cadangan beras pemerintah (CBP) itu rusak karena tidak tersalurkan.

"Jadi itu yang seharusnya menjadi pertimbangan, kalau rencana sih boleh-boleh saja, namanya rencana. Tapi apakah itu harus dilaksanakan, saya pikir kok masih harus diperhitungkan dengan betul, supaya di dalam negeri ini tetap bergairah untuk berproduksi," tuturnya.

"Kalau seperti membuat MoU dan lain sebagainya, itu kan buat keamanan kan supaya 'oh saya sudah ada komitmen-komitmen dari mana kemungkinan itu'," lanjut dia.

Ia berharap jangan sampai kehadiran beras impor justru akan merugikan petani. Menurutnya, impor beras harus dipertimbangkan secara matang sehingga tidak mengganggu produksi beras dalam negeri. (*)

Editor :