• Minggu, 04 Mei 2025

Stafsus Menag Imbau Keluarga Besar Kemenag Sebarkan Kebaikan dan Hal Positif di Medsos

Kamis, 14 Desember 2023 - 20.32 WIB
1.1k

Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Metro - Staf Khusus (Stafsus) Menteri Agama, Muhammad Nuruzzaman mengajak, seluruh keluarga besar Kementerian Agama untuk aktif menyebarkan kebaikan dan hal-hal positif di era digital saat ini. Hal ini sebagai upaya untuk menyebarkan inspirasi dan kebaikan yang akan berdampak di dunia nyata dan dunia maya.

"Gus Men sering menyampaikan kepada kita, bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan harus di publikasikan, jangan malah sebaliknya keburukan yang ditampakkan sehingga menjadi bahan pembicaraan orang di luar," kata Nuruzzaman saat kunjungan di IAIN Metro, Lampung. Kamis, (14/12/2023).

Ia mengungkapkan, bahwa sangat mudah saat ini bagi setiap individu untuk menebar kebaikan dan memproduksi konten-konten positif melalui berbagai platform media.

Selain mengajak untuk aktif menebar kebaikan, Nuruzzaman juga menekankan seluruh insan Kementerian Agama untuk bersatu menuju dan mewujudkan visi dan misi Kemenag. Hal itu bisa dilakukan dengan disiplin dan konsisten dalam bekerja.

"Kita belajar dari kereta api, datang tepat waktu, yang terlambat maka tertinggal, yang menghadang ditabrak, dan berhenti di stasiun tujuan secara bersama-sama," ujarnya.

Senada dengan Nuruzzaman, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung, Puji Raharjo mengatakan, bahwa di era disrupsi saat ini, dunia maya berperan penting dalam membentuk pola pikir dan sikap masyarakat. Sehingga perlu diperkuat kebaikan dan kebenaran agar tidak bias.

"Karena kebenaran yang tidak diviralkan bisa jadi dinilai salah, dampak dari kesalahan yang diviralkan," kata Puji.

Inilah yang menurutnya saat ini dunia sudah masuk era yang dinamakan era post thruth. Yakni suatu kondisi dimana seringnya fakta aktual digantikan oleh daya tarik emosi dan prasangka pribadi dalam upaya mempengaruhi opini publik.

Fakta atas suatu peristiwa biasanya disajikan dengan manipulasi sebuah informasi agar sesuai dengan intensi atau kepentingan si penyebar berita, atau lebih buruknya yang disebarkan bukanlah fakta sama sekali.

Terkait dengan fenomena ini, Ia pun mengingatkan masyarakat dengan teori The map is not the territory (Peta bukanlah wilayah) yakni apa yang terjadi di luar kepala manusia tidaklah sama dengan apa yang terjadi di dalam kepala.

"Peristiwa yang terjadi di luar kepala kita bersifat netral dan menjadi memiliki makna dan juga nilai setelah memasuki realitias internal manusia. Itulah sebabnya satu informasi dapat memiliki banyak makna bila disampaikan ke beberapa orang," tutup Puji. (**)

Editor :