Curah Hujan Mulai Tinggi, Tak Ada Lagi Daerah di Lampung Alami Kekeringan Ekstrim

Ilustrasi
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Memasuki dasarian I atau
sepuluh hari pertama di Desember 2023, curah hujan di sebagian besar wilayah
Lampung bervariasi pada ketegori rendah hingga sangat tinggi.
Kondisi tersebut mengakibatkan jumlah hari tanpa hujan berturut-turut di daerah setempat semakin berkurang.
Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Lampung yang diposting melalui akun Instagram @infoiklimlampung, Selasa (12/12), Stasiun Klimatologi Lampung mencatat analisa curah hujan dasarian I Desember 2023 Provinsi Lampung menunjukkan secara umum curah hujan bervariasi mulai dari kategori rendah (0 mm) hingga sangat tinggi (>300 mm).
Curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus yaitu 453 mm. Curah hujan dengan kategori menengah lebih mendominasi pada periode tersebut.
Sementara itu, tidak ada lagi daerah yang mengalami kekeringan ekstrim. Hari tanpa hujan terpanjang dirasakan di Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur dengan jumlah 11 hari.
Persentase hari tanpa hujan kategori sangat pendek (1-5 hari) merupakan yang terbanyak yakni lebih dari 60 persen.
Stasiun Klimatologi Lampung juga memprakirakan curah hujan dalam tiga dasarian kedepan. Dimana pada Desember dasarian II, curah hujan masih kategori rendah (0 mm – 50 mm).
Desember dasarian III meningkat menjadi rendah (20 mm) hingga menengah (75 mm). Dan pada Januari dasarian I berada di kategori menengah (20 mm) sampai dengan tinggi (150 mm).
Masyarakat pun diimbau untuk selalu waspada terhadap kejadian hujan ekstrim selama periode itu.
Untuk diketahui, sebelumnya pada sepuluh hari terakhir atau dasarian III Oktober lalu, terjadi kekeringan ekstrim yang melanda di 16 titik wilayah Lampung.
Forecaster BMKG Maritim Lampung, Rantifa Eka Agustira menyampaikan, beberapa fenomena atmosfer yang terpantau cukup signifikan dan dapat memicu peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia antara lain, fenomena madden julian oscillation (MJO) yang saat ini mulai memasuki wilayah Indonesia bagian barat dan diprediksikan dapat terus aktif di sekitar wilayah Indonesia hingga periode Dasarian I Desember 2023 dapat berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia.
Selanjutnya, fenomena skala regional lainnya adalah gelombang equatorial rossby (ER) yang terpantau aktif di sebagian wilayah Indonesia terutama di bagian tengah dan timur hingga periode akhir dasarian III November 2023.
Penguatan monsun Asia, terlihat dari adanya indikasi penguatan angin lapisan atas dari wilayah Laut China Selatan hingga lebih dari 25 knot (47 km/jam).
“Munculnya bibit siklon tropis 99W di Laut Natuna Utara dan sirkulasi siklonik di barat Sumatra dan Selat Karimata yang memicu pembentukan daerah pertemuan dan perlambatan angin,” jelas dia.
Rafita melanjutkan, bibit siklon tropis 99W tersebut memiliki kecepatan angin maksimum hingga 20 knot (37 km/jam) dan tekanan udara di pusatnya mencapai 1006 hPa dengan pergerakan sistem ke arah Barat.
Juga anomali positif suhu muka laut di wilayah Laut China Selatan, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Makassar, dan Laut Sulawesi hingga 3o C menjadi sumber uap air dalam pembentukan awan hujan. (*)
Berita Lainnya
-
Gempa Magnitudo 5,3 di Selat Sunda Guncang Lampung dan Banten
Rabu, 09 Juli 2025 -
Tingkatkan Daya Saing, Mahasiswa dan Alumni UBL Ikuti Ujian Sertifikasi Teknisi Akuntansi BNSP
Rabu, 09 Juli 2025 -
Wagub Lampung: PT. SGC Nunggak Pajak Kendaraan Senilai Rp 174 Juta
Rabu, 09 Juli 2025 -
Judol di Balik Bansos: 571 Ribu Penerima Terciduk
Rabu, 09 Juli 2025