• Minggu, 29 September 2024

Presiden Jokowi Resmi Anugerahi K.H. Ahmad Hanafiah Gelar Pahlawan Nasional

Jumat, 10 November 2023 - 10.36 WIB
106

Presiden Joko Widodo saat menyematkan gelar pahlawan nasional kepada enam nama di Istana Negara, Jakarta, Jumat (10/11/2023). Foto: cnnindonesia

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Presiden Joko Widodo menyematkan gelar pahlawan nasional kepada enam nama di Istana Negara, Jakarta, pada peringatan Hari Pahlawan Jumat (10/11/2023). Salah satu nama penerima gelar pahlawan nasional adalah K.H. Ahmad Hanafiah dari Provinsi Lampung.

Penyematan itu diresmikan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 115/TK/Tahun2023 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional. Penyematan dilakukan secara resmi melalui upacara di Istana Negara.

"Hari ini pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada tokoh-tokoh yang telah memberikan kontribusi besar kepada bangsa dan negara," kata Jokowi, dalam upacara penyematan itu.

Adapun 6 tokoh yang menerima gelar pahlawan yakni Ida Dewi Agung Jambe dari Bali, Bataha Santiago dari Sulawesi Utara, M Tabrani dari Jawa Timur, Ratu Kalinyamat dari Jawa Tengah, KH Abdul Chalim dari Jawa Barat, dan KH Ahmad Hanafiah dari Lampung.

Jokowi menyerahkan gelar pahlawan nasional secara simbolis kepada ahli waris masing-masing tokoh. Acara ditutup dengan ucapan selamat dan foto bersama ahli waris bersama Jokowi.

Dalam perayaan Hari Pahlawan tahun ini, Jokowi juga memberi tanda kehormatan kepada Presiden FIFA Gianni Infantino. Gianni menerima Bintang Budaya Paramadharma.

Sebelumnya, Rektor UIN Raden Intan Lampung, Wan Jamaluddin saat dimintai pendapatnya mengucapkan syukur atas gelar pahlawan nasional yang diberikan kepada KH Ahmad Hanafiah.

"Alhamdulillah sangat bersyukur sekali. Sangat berbahagia, bangga, bercampur aduk semua. Dengan dianugerahkannya gelar pahlawan nasional berarti kita memiliki dua tokoh pahlawan nasional yang menjadi panutan kita bersama," kata Wan Jamaluddin, Selasa (7/11/2023).

Ia mengungkapkan, penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada Ahmad Hanafiah tersebut tidak terlepas dari kerja keras semua pihak.

"Ini adalah anugerah dari Allah SWT melalui tangan Presiden Joko Widodo, terimakasih dan salam takzim untuk beliau. Terimakasih kepada DGN, TP2GN, TP2DG, pak gubernur, ibu wakil gubernur, bupati dan seluruh jajaran. Juga tim akademik penyusunan usulan gelar pahlawan nasional bagi KH Ahmad Hanafiah yang sudah bekerja keras," katanya.

Ia menerangkan, UIN Raden Intan Lampung sudah sangat lama, lebih dari 3 tahun bergelut dan memperjuangkan agar nama KH Ahmad Hanafiah bisa diberi gelar pahlawan nasional.

"Banyak pihak yang terkait dan terlibat di dalam pengusulan gelar pahlawan nasional kepada KH Ahmad Hanafiah. Dimana UIN Raden Intan Lampung terlibat untuk menyusun naskah draf akademik, memperbaiki, menyempurnakan, lalu mengusulkannya lagi sampai akhirnya membuahkan hasil,” ungkapnya.

Dikutip dari tulisan Ketua Prodi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab UIN Raden Intan Lampung, disebutkan K.H. Ahmad Hanafiah lahir di Sukadana, Lampung Timur tahun 1905.

Semasa hidupnya, beliau pernah mengenyam pendidikan di Sukadana. Ia juga belajar di sejumlah pondok pesantren di luar negeri, seperti di Malaysia, Makkah dan Madinah.

Setelah itu, Ahmad Hanafiah mulai berkiprah di Lampung sebagai seorang birokrat. Beliau sempat dipercaya sebagai Kepala Kewedanaan Sukadana di Lampung Timur pada tahun 1945-1946, serta Wakil Kepala merangkap Kepala Bagian Islam pada Kantor Jawatan Agama (dulu Departemen Agama atau kini Kementerian Agama RI) untuk Karesidenan Lampung pada 1947 di Tanjung Karang, Bandar Lampung.

Pada awal abad 20 M, Ahmad Hanafiah layak untuk disebut sebagai salah satu tokoh yang telah ikut serta mempertahankan supremasi intelektualisme Islam Nusantara di daerah Lampung hingga penghujung millenium yang lalu.

Pada masa pendudukan Dai Nippon di Tanah Air, Ahmad diangkat menjadi anggota Sa-ingkai atau semacam anggota dewan daerah di Karesidenan Lampung.  Dari sinilah bermula kiprahnya dalam dunia perpolitikan. Pada akhirnya, semangat jihad terus mendorongnya untuk berjuang dalam membebaskan Indonesia.

Ahmad Hanafiah merupakan sosok yang sangat kental dengan genderang jihad di bumi Lampung. Banyak ditemukan data yang memberikan kesaksian bahwa Ahmad Hanafiah merupakan tokoh pergerakan dan aktivis komando Jihad Fi Sabilillah di Bumi Ruwa Jurai.

Kiprahnya yang paling nyata yakni perjuangan melawan agresi Belanda dari Palembang ke Lampung, yang dikenal sebagai Front Batu Raja dan Front Pertempuran Kemarung.

Ketika Belanda kembali ke Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan, Ahmad Hanafiah mengkoordinir para pejuang Laskar Hizbullah dari berbagai wilayah di Lampung dan memimpin perang gerilya melawan Belanda pada Agresi Militer I tahun 1947.

Ketika Agresi Militer I terjadi pada 1947, Belanda melancarkan serangan serentak di sejumlah titik strategis, terutama di Sumatera Selatan.  Saat itu, Belanda juga mulai menyerang Lampung, yang menjadi bagian inti Karesidenan Sumatera Selatan melalui jalur darat dari Palembang. Agresi militer Belanda memicu perlawanan laskar rakyat.

Mereka bersama dengan TNI menggempur kekuatan Belanda dalam pertempuran di Kemarung (daerah di area hutan belukar yang terletak dekat Baturaja arah Martapura, Sumatera Selatan).

Di sinilah terjadi pertempuran hebat antara laskar rakyat yang tergabung dalam barisan Hizbullah dan Sabilillah yang bersenjatakan golok melawan Belanda. Maka pasukan ini juga disebut sebagai laskar golok.

Namun karena kalah teknologi senjata perang, anggota laskar banyak yang gugur dan tertawan, termasuk Ahmad  Hanafiah yang ditangkap hidup-hidup.

Karena Kiai Ahmad kebal dengan peluru, maka Belanda mengeksekusinya pada 17 Agustus 1947 dengan cara dimasukan ke dalam karung dan ditenggelamkan di Sungai Ogan. Hingga saat ini, jasad dan makamnya tidak ditemukan oleh para pejuang. (*)