• Minggu, 04 Mei 2025

Bimtek Pelaksanaan RHL di Ketapang Lamsel, Sudin: Menjaga Hutan Tugas Kita Bersama

Selasa, 31 Oktober 2023 - 12.00 WIB
131

Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin memberikan bantuan bibit tanaman produktif yaitu alpukat siger kepada masyarakat, saat menghadiri acara Sosialisasi dan Bimtek Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di Desa Taman Sari, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Lampung Selatan, Selasa (31/10/2023). Foto: Ria/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Selatan - Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin, menghadiri acara Sosialisasi dan Bimtek Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di Desa Taman Sari, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Lampung Selatan, Selasa (31/10/2023).

Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung tersebut juga turut membagikan bantuan sembako berupa beras serta bibit tanaman produktif  yaitu alpukat siger sebanyak 500 batang kepada masyarakat yang hadir.

Dalam sambutannya Sudin mengajak semua masyarakat yang hadir dalam kegiatan bimtek RHL tersebut untuk menjaga hutan dengan cara melakukan penanaman pohon yang bersifat produktif.

"Menjaga hutan adalah tanggungjawab kita semua, bukan hanya tanggungjawab pemerintah saja. Keberadaan hutan sangatlah penting karena hampir dibeberapa wilayah kalau musim hujan pasti longsor dan banjir. Itu karena banyak penebangan hutan," kata dia.

Ia mengatakan jika banyaknya tanaman hutan yang ditebang oleh masyarakat tersebut menyebabkan banyak dampak negatif. Seperti banjir dan tanah longsor ketika hujan serta kekeringan ketika musim kemarau terjadi.

"Kalau bukan kita siapa lagi yang akan menjaga alam, karena kebanyakan masyarakat kita ini berpikir sesaat. Tebang hutan dapat uang tapi tidak berpikir anak dan cucu nya. Ada contoh seperti di Tanggamus ada Bendungan Batutegi debit nya berkurang, itu karena hutan di atasnya banyak di tebang," katanya.

Karena itu ia memberikan bantuan bibit tanaman produktif kepada masyarakat dengan harapan dapat meningkatkan nilai perekonomian masyarakat serta menjadi penghijauan didaerah nya.

"Kita membantu menyiapkan bibit tanaman karena masyarakat bingung cari bibit dimana. Dulu itu masyarakat dikasih tanaman pohon kayu, kalau begitu tidak mungkin ditengok dan disiram. Tapi kalau buah-buahan paling tidak seminggu sekali ditengok dan disiram," imbuhnya.

Menurutnya jika masyarakat menanam bibit tanaman produktif maka pada usia 2 hingga 3 tahun sudah menghasilkan buah sehingga nilai perekonomian masyarakat bisa bertambah.

"Bibit produktif itu usia 2 sampai 3 tahun sudah buah dan masyarakat dapat uang. Kalau bibit kayu puluhan tahun baru bisa ditebang belum lagi kalau ditangkap polisi hutan. Karena harus buat surat asal kayu dan itu ribet," kata dia.

Sehingga masyarakat didorong untuk menanam tanaman produktif seperti alpukat, kelengkeng hingga jengkol yang bisa berbuah cepat dan bisa menjadi penghijauan serta serapan air.

"Kalau alpukat, kelengkeng, jengkol dan pete bisa berbuah cepat. Selain ada penghijauan juga ada serapan air. Alpukat siger ini rasanya enak jadi bisa ditanam di sekitar rumah," kata dia.

Sementara itu Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Way Seputih - Way Sekampung, Idi Bantara mengatakan, jika Lampung Selatan memiliki peluang yang besar karena berada didaerah perlintasan.

"Lampung Selatan punya peluang besar karena berada didaerah perlintasan. Jadi kalau masyarakat menanam tanam produktif nanti kalau sudah berbuah bisa dijual dipinggir jalan," katanya.

Ia mengatakan jika alpukat Siger mempunyai banyak keunggulan. Seperti ukuran buah, berat buah, genjah atau cepat berbuah, rasa enak, biji kecil dan adaptif atau bisa beradaptasi dengan kondisi tanah.

"Alpukat Siger ini volumenya banyak jadi dia di usia 2 tahun sudah buah dan tanam nya enak. Tinggal disiram meskipun musim panas. Tinggal dikasih kompos yang banyak disisi kanan dan kiri tapi jangan dibawah. Semoga dua tahun sudah bisa berbuah, kalau mau pendek usia setahun di potong," jelasnya.

Menurutnya alpukat Siger merupakan hasil seleksi puluhan varietas unggul lokal, yang sudah teruji tidak ada penyimpangan dari pohon indukannya, walau sudah diturunkan ke beberapa generasi.

"Sampai sekarang sudah ditanam kurang lebih di  2.000 hektar lahan jadi bisa jadi pusat alpukat. Alpukat ini isi nya kuning, buah banyak dan asli Lampung. Alpukat nya berbodi dan di dunia hanya satu yaitu di Lampung," katanya. (*)