• Sabtu, 08 Februari 2025

Produksi Kedelai di Lampung Terus Merosot, Tanaman Kedelai Kini Hanya Ada di 9 Daerah

Senin, 30 Oktober 2023 - 08.17 WIB
367

Ilustrasi

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Produksi komoditas kedelai di Provinsi Lampung terus merosot sejak tahun 2015 hingga 2022. Luasan lahan untuk menanam kedelai pun semakin menyusut setiap tahunnya.    

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Lampung (BPS) Provinsi Lampung, produksi kedelai di Lampung sejak tahun 2015-2017 terus menurun. Tahun 2015 produksi kedelai sebanyak 9.814 ton. Tahun 2016 sempat naik menjadi 9.960 ton. Namun, pada tahun 2017 produksi kedelai turun menjadi 8.027 ton.

Padahal, dalam periode ini dari 15 kabupaten/kota di Lampung, hanya Bandar Lampung yang tidak memiliki tanaman kedelai. Jadi ada 14 daerah yang menanam kedelai.  

Lalu, mengacu data Dinas Tanaman Pangan Ketahanan Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, sejak tahun 2018-2022 produksi kedelai terus mengalami penurunan.

Tahun 2018, produksi kedelai di Lampung sempat naik dibandingkan tahun 2017 menjadi 53.553 ton dengan luas lahan 70.012 hektar. Namun, tahun 2019 produksi kedelai menurun drastis menjadi 9.334 ton dengan luas lahan menyusut hanya tersisa 12.318 hektar.

Tahun 2020, produksi kedelai turun lagi jadi 1.570 ton dengan luas lahan berkurang menjadi 2.497 hektar. Tahun 2021, produksi kedelai turun lagi jadi 1.317 ton dengan luas lahan juga turun tersisa 1.922 hektar. Tahun 2022, produksi kedelai sempat naik menjadi 1.867 ton, namun luas lahan terus turun tersisa 1.353 hektar.

Jika tahun 2017 masih ada 14 daerah yang memiliki tanaman kedelai di Provinsi Lampung. Pada tahun 2022, daerah yang ada tanaman kedelainya tersisa 9 daerah, yaitu Tanggamus, Way Kanan, Mesuji, Lampung Timur, Tulang Bawang, Lampung Barat, Lampung Tengah, Pringsewu, dan Pesawaran.

Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Lampung, Kusnardi mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan produksi kedelai lokal di Lampung terus mengalami penurunan.

"Memang banyak faktor yang mempengaruhi turunnya produksi kedelai lokal di Lampung. Kedelai lokal itu pembelinya kurang dominan. Dan saat itu masih banyak kedelai impor yang mudah didapat dengan kualitas yang bagus," kata Kusnardi, beberapa waktu lalu.

Kusnardi mengatakan, penurunan permintaan kedelai lokal oleh pedagang mengakibatkan para petani tidak lagi bersemangat untuk menanam kedelai dan memilih beralih ke komoditas lain seperti jagung, singkong hingga kacang hijau.

"Tanaman lain seperti jagung dan singkong ini biaya tanamnya tidak begitu susah dan tata kelolanya lebih simpel. Selain itu hasilnya lebih maksimal. Jadi petani pada beralih menanam komoditas selain kedelai," jelasnya.

Kusnardi mengungkapkan saat ini pihaknya kembali mengembangkan tanaman kedelai lokal seiring dengan adanya gagal panen di negara yang melakukan impor seperti Brazil dan Amerika Serikat.

"Negara yang mengimpor kedelai seperti Brazil dan Amerika Serikat ini pada gagal panen. Dan ini turut mempengaruhi harga kedelai lokal yang turut naik. Dan ini momentum petani untuk menanam kedelai," jelasnya.

Wakil Ketua Komisi II DPRD Provinsi Lampung, I Made Bagiasa, meminta kepada Pemprov Lampung untuk kembali membangkitkan semangat para petani dalam menanam kedelai.

Menurutnya, salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh Pemprov Lampung ialah dengan menjaga stabilitas harga serta kualitas kedelai yang dihasilkan sehingga permintaan masyarakat dalam mengkonsumsi kedelai lokal kembali meningkat.

"Apalagi sekarang impor kedelai semakin dibatasi, maka ini harus dijadikan sebagai momentum oleh petani dan Pemprov Lampung sendiri untuk kembali meningkatkan produksi kedelai," terangnya. (*)

Berita ini telah terbit di SKH Kupas Tuntas edisi Senin 30 Oktober 2023 dengan judul “Produksi Kedelai di Lampung Terus Merosot