• Selasa, 29 April 2025

Webinar Kebangsaan di LDII, Sudin: Kedaulatan Pangan dan Gizi Menuju Indonesia Emas 2045 Tidak Bisa Ditawar Lagi!

Sabtu, 23 September 2023 - 10.50 WIB
96

Ketua Komisi lV DPR RI juga Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung, Sudin, saat menjadi pembicara dalam webinar kebangsaan di gedung DPW Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Bandar Lampung, Sabtu (23/9/2023). Foto: Echa/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Ketua Komisi lV DPR RI juga Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung, Sudin, menjadi pembicara dalam webinar kebangsaan tentang kedaulatan pangan dan gizi guna mewujudkan generasi penerus bebas stunting menuju Indonesia emas 2045.

Kegiatan tersebut berlangsung di gedung DPW Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung, Sabtu (23/9/2023), yang juga diikuti secara Daring oleh para peserta yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. 

"Saya memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada LDII, karena telah mengangkat isu yang sangat penting ini, yaitu kedaulatan pangan dan gizi dalam mewujudkan generasi penerus bebas stunting dan visi misinya sama dengan Bung Karno," kata Sudin.

Sebab kata Sudin, tema tersebut sangat relevan di tengah berbagai isu tentang krisis pangan yang tengah melanda beberapa negara di dunia. Tentu hal itu juga kata Sudin harus menjadi perhatian bagi pemerintah dan segenap masyarakat bangsa.

"Karena ketersediaan dan akses pangan dan gizi yang cukup merupakan hak hidup mendasar yang harus dicukupi oleh negara untuk rakyat. Salah satu faktor penunjang keberhasilan pembangunan adalah, sumber daya manusia (SDM) produktif dan berkualitas," tegasnya.

Dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 276 juta jiwa, penyediaan pangan dan gizi yang cukup bagi bangsa Indonesia merupakan pekerjaan yang membutuhkan upaya, keseriusan dan perhatian serta kerja sama dari semua stakeholder yang terlibat di dalamnnya.

"Indonesia saat ini memasuki era bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan usia tidak produktif. Jika bonus demografi ini dapat dikelola dengan baik oleh pemerintah, kondisi ini akan menjadi modal penting untuk membangun menuju 100 tahun Indonesia merdeka pada 2045," terangnya.


Asupan pangan dan gizi lanjut Sudin, merupakan salah satu upaya mendapatkan SDM usia produktif yang berkualitas, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus. Upaya pemenuhan pangan dan gizi mengalami berbagai tantangan.

"Tantangan terbesar yang dihadapi saat ini adalah perubahan iklim ekstrim dan El Nino. Hal ini dapat berdampak pada kekeringan, gangguan musim tanam, penyakit dan hama, penurunan kualitas tanaman hingga ketidakstabilan pasar," imbuhnya.

Pada akhirnya semua hal ini dapat berdampak pada ketersediaan pangan di masyarakat. Dikhawatirkan dengan berkurangnya pasokan pangan yang bergizi, dalam jangka menengah dan panjang berdampak pada food security.

Tingginya angka stunting yang saat ini prevalensinya berada di angka 21,6 persen pada tahun 2022. Angka tersebut masih di bawah angka standar yang ditetapkan WHO yaitu 20 persen, masih jauh di bawah angka rata-rata yang ditetapkan oleh Presiden RI, yaitu 14 persen.

"Saya berpendapat Kedaulatan Pangan dan Gizi Guna Mewujudkan Generasi Penerus Bebas Stunting Menuju Indonesia Emas 2045 merupakan hal yang tidak bisa ditawar lagi dan tidak bisa ditunda lagi," tegas Sudin.

Adapun guna mewujudkannya dapat dimulai dari lingkup terkecil, yaitu melalui pemanfaatan pekarangan untuk kegiatan budi daya tanaman maupun budi daya ikan dari tingkat rumah tangga hingga kelompok, baik kelompok tani maupun lembaga pendidikan.

"Seperti yang telah dilakukan oleh pondok pesantren Nurul Huda di Lampung Selatan, yang secara mandiri melakukan budidaya ikan nila dan lele, ternak kambing dalam upaya pemenuhan gizi santri-santri nya. Tentu saja hal ini bisa menjadi inspirasi bagi yang lainnya," terangnya.

"Saya sangat mendukung tercapainya kedaulatan pangan dan pemenuhan gizi, melalui dukungan anggaran yang diberikan kepada Kementerian Pertanian dan Badan Pangan Nasional meskipun dari tahun ke tahun tren anggarannya mengalami penurunan," tambahnya.

Dengan anggaran Kementerian Pertanian tahun 2023 dan 2024 masing-masing sebesar Rp15,318 triliun dan Rp14,734 triliun, karena data yang dibuat tidak sesuai dengan realita, hari ini harga beras medium sudah mencapai Rp13.000 harga gabah siap giling di Jawa Tengah Rp7.500 - Rp8.000.

Kemudian anggaran Badan Pangan Nasional sebesar Rp464,77 miliar (2023) dan Rp442,63 miliar (2024), Sudin berharap dapat dimanfaatkan dengan baik, melalui perencanaan penyusunan program dan kegiatan yang matang dan terukur. Sehingga mendapat hasil produksi pangan sesuai target yang ditentukan.

Sebagai gambaran, untuk produksi padi sejak tahun 2018 hingga 2022 berturut-turut sebanyak 59,2 juta ton GKG (2018), 54,6 juta ton GKG (2019), 54,65 juta ton GKG (2020), 54,42 juta ton GKG (2021) dan 54,75 juta ton GKG (2022).

"Jika kita bandingkan antara jumlah produksi. Dengan anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yaitu Rp6,67 Ttriliun (2018) yang terus mengalami penurunan anggaran menjadi Rp3 triliun pada tahun 2023. Ternyata, penurunan anggaran tidak berdampak signifikan terhadap jumlah produksi," jelasnya

"Artinya, bisa saja jumlah alokasi anggaran yang sama dialokasikan untuk kegiatan pengembangan komoditas pertanian lain, sehingga menjadi lebih beragam. Hal ini Saya rasa dapat menjadi salah satu topik diskusi pada webinar hari ini," sambungnya.


Sudin juga melihat perlunya dukungan program dan penganggaran dalam pembangunan pertanian, khususnya pembangunan pangan dengan pengalokasian anggaran yang bertujuan peningkatan produktivitas pangan utama, hingga upaya peningkatan penganekaragaman pangan guna mengatasi kerawanan pangan.

"Melalui kegiatan Webinar Kebangsaan hari ini, saya berharap dapat diperoleh masukan-masukan dan ide yang konstruktif yang akan bermuara pada strategi dan pendekatan yang akan dikembangkan dalam perlindungan dan pemberdayaan pertanian keluarga. Sehingga akan berkontribusi pada terjaganya ketahanan pangan dan gizi saat situasi darurat sekalipun. Ia berharap perhatian dan dukungan LDII terhadap isu pangan dan gizi tidak berhenti sampai di webinar ini saja," paparnya.

"Melainkan terus memberikan dukungan kepada Pemerintah dalam mencapai kedaulatan pangan. Terlebih lagi, pangan dan kesehatan sebagai merupakan salah satu komoponen 8 bidang pengabdian dari Lembaga Dakwah Islam Indonesia," pungkasnya.

Sementara Ketua DPP LDII, Chriswanto Santoso mengatakan, isu kedaulatan pangan dan gizi harus menjadi prioritas guna membantu negara dalam rangka bertahan dari tekanan dan tidak bergantungan dengan negara lain serta bisa mandiri untuk menentukan nasib bangsa.

"Saya berharap ini tidak berhenti disini, saya kemarin melihat di internet bagaimana tentang hortikultura pangan di rumah tangga, bagaimana kita bisa memanfaatkan lahan yang ada itu akan menjadikan individu yang mempunyai daya tahan terhadap pangan yang luar biasa," singkatnya.

Turut hadir dalam kegiatan Webinar Kebangsaan, Peneliti Ahli Utama BRIN/Ketua LDII Prof. Dr. Ir. Rubiyo, Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional, Dr. Andriko Noto Susanto, Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN Prof. Dr. drh. NLP Indi Dharmayanti dan Anggota PPKK DPP LDII Psikolog Dr. Dewi Ilma Antawati. (*)