Dampak Kekeringan, 380 Hektar Sawah di Lamsel Puso

Ilustrasi. Foto: CNN Indonesia
Kupastuntas.co, Lampung Selatan - Dinas Tanaman Pangan
Hortikultura dan Perkebunan (TPH-Bun) Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel)
menyebutkan, seluas 380,75 hektare sawah puso gegara kekeringan.
Kabid Tanaman Pangan Dinas TPH-Bun Lamsel, Eka Saputra
mengatakan, ada sejumlah 6.056,70 hektar sawah yang mengalami kekeringan dari
total lahan pertanian seluas 35 ribu hektar di Lampung Selatan.
"Dari laporan petugas kita yang ada di kecamatan dan juga
hasil laporan PUPT, jumlah luasan tanaman padi yang mengalami kekeringan
6.056,70 hektar," buka Eka saat dikonfirmasi, Selasa (19/9/2023).
Eka merincikan, kekeringan yang melanda areal persawahan
tersebut terdiri dari kekeringan ringan 3.268 hektar, sedang 1.934, berat
473,25 hektar.
"Dan puso 380,75 hektar. Data sampai tanggal 15 September
2023 yang lalu," sambung Eka.
Menurut Eka, kejadian kekeringan yang terjadi di areal
persawahan terdapat proses secara bertahap, artinya tidak langsung mengalami
puso.
"Tapi dari tahapan ringan ke sedang, berat baru puso,"
timpalnya.
Dimungkinkan, lanjut Eka, sawah dalam kondisi kekeringan berat
jikalau tidak ada air baik itu dari sumber-sumber maupun dari curah hujan bisa
dimungkinkan mengalami puso.
"Yang sangat ekstrim dan luas itu ada di Kecamatan Way
Sulan sudah 200 hektar, Natar 100 hektar, dan sisanya di Jati Agung sekitar 10
hektar," ulasnya.
Dari jauh hari sebelumnya, pihak dinas sudah menyampaikan
informasi BMKG terkait perkiraan terjadinya El Nino kepada para petani.
"Ini sudah dari jauh-jauh hari sebelum petani turun ke
sawah, agar berhati-hati dengan kondisi alam dimana akan terjadi El Nino di
periode Agustus sampai dengan Oktober," tegas Eka.
Pada saat itu, pihaknya menghimbau agar segera melakukan
percepatan tanam, bahkan kalau bisa di bulan Agustus 2023 petani sudah panen.
"Dan juga menggunakan benih berumur genja seperti
Cakrabuana, MD 70, Jajaran, dan juga ada Infago," cetus Eka.
Disamping itu, dinas juga sudah menyampaikan agar petani bisa
melakukan penghematan pemakaian air yang bersumber dari sungai, sumur bor,
embung, maupun kantong-kantong air yang memang tersedia di wilayah
masing-masing.
"Dalam menghadapi perubahan iklim ekstrim ini diharapkan
petani yang ada irigasi dapat melakukan pegiliran air, pompanisasi, sumur bor
seefektif mungkin dan pembuatan punggung gajah di sungai yang masih memiliki
air," pinta Eka.
Disoal program dari pemerintah untuk menanggulangi dampak
kekeringan, Eka menyatakan hingga hari ini belum ada.
"Tapi kalaupun nanti memang kita ada dari Pemerintah
Provinsi maupun Pemerintah Pusat akan adanya bantuan baik benih maupun kerugian
yang dialami petani, kita akan prioritaskan kepada petani yang mengalami
kegagalan panen ini," tandas Eka. (*)
Berita Lainnya
-
Terjadi 4 Kali Kebakaran di Perusahaan Pengolahan Sabut Kelapa PT Woongsol Sepanjang 2023
Senin, 25 September 2023 -
Kapal Kargo Samudera Sakti III Terbakar di Perairan Lampung Selatan
Minggu, 24 September 2023 -
2 Korban Tertimpa Pohon Tumbang di Lamsel Pegawai Honorer DPRD dan Pelajar, Alami Patah Kaki
Minggu, 24 September 2023 -
Bakar Sampah Picu Pohon Tumbang di Kalianda Lamsel, 2 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit
Minggu, 24 September 2023