• Senin, 25 September 2023

Dampak Kekeringan, 380 Hektar Sawah di Lamsel Puso

Selasa, 19 September 2023 - 14.50 WIB
46

Ilustrasi. Foto: CNN Indonesia

Kupastuntas.co, Lampung Selatan - Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPH-Bun) Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel) menyebutkan, seluas 380,75 hektare sawah puso gegara kekeringan.

Kabid Tanaman Pangan Dinas TPH-Bun Lamsel, Eka Saputra mengatakan, ada sejumlah 6.056,70 hektar sawah yang mengalami kekeringan dari total lahan pertanian seluas 35 ribu hektar di Lampung Selatan.

"Dari laporan petugas kita yang ada di kecamatan dan juga hasil laporan PUPT, jumlah luasan tanaman padi yang mengalami kekeringan 6.056,70 hektar," buka Eka saat dikonfirmasi, Selasa (19/9/2023).

Eka merincikan, kekeringan yang melanda areal persawahan tersebut terdiri dari kekeringan ringan 3.268 hektar, sedang 1.934, berat 473,25 hektar.

"Dan puso 380,75 hektar. Data sampai tanggal 15 September 2023 yang lalu," sambung Eka.

Menurut Eka, kejadian kekeringan yang terjadi di areal persawahan terdapat proses secara bertahap, artinya tidak langsung mengalami puso.

"Tapi dari tahapan ringan ke sedang, berat baru puso," timpalnya.

Dimungkinkan, lanjut Eka, sawah dalam kondisi kekeringan berat jikalau tidak ada air baik itu dari sumber-sumber maupun dari curah hujan bisa dimungkinkan mengalami puso.

"Yang sangat ekstrim dan luas itu ada di Kecamatan Way Sulan sudah 200 hektar, Natar 100 hektar, dan sisanya di Jati Agung sekitar 10 hektar," ulasnya.

Dari jauh hari sebelumnya, pihak dinas sudah menyampaikan informasi BMKG terkait perkiraan terjadinya El Nino kepada para petani.

"Ini sudah dari jauh-jauh hari sebelum petani turun ke sawah, agar berhati-hati dengan kondisi alam dimana akan terjadi El Nino di periode Agustus sampai dengan Oktober," tegas Eka.

Pada saat itu, pihaknya menghimbau agar segera melakukan percepatan tanam, bahkan kalau bisa di bulan Agustus 2023 petani sudah panen.

"Dan juga menggunakan benih berumur genja seperti Cakrabuana, MD 70, Jajaran, dan juga ada Infago," cetus Eka.

Disamping itu, dinas juga sudah menyampaikan agar petani bisa melakukan penghematan pemakaian air yang bersumber dari sungai, sumur bor, embung, maupun kantong-kantong air yang memang tersedia di wilayah masing-masing.

"Dalam menghadapi perubahan iklim ekstrim ini diharapkan petani yang ada irigasi dapat melakukan pegiliran air, pompanisasi, sumur bor seefektif mungkin dan pembuatan punggung gajah di sungai yang masih memiliki air," pinta Eka.

Disoal program dari pemerintah untuk menanggulangi dampak kekeringan, Eka menyatakan hingga hari ini belum ada.

"Tapi kalaupun nanti memang kita ada dari Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat akan adanya bantuan baik benih maupun kerugian yang dialami petani, kita akan prioritaskan kepada petani yang mengalami kegagalan panen ini," tandas Eka. (*)