• Kamis, 24 April 2025

Sepi Pengunjung, 50 Lebih Pedagang Pasar Bambu Kuning Gulung Tikar

Rabu, 13 September 2023 - 15.06 WIB
332

Kondisi terkini Pasar Bambu Kuning, di Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Kelapa Tiga, Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung. Foto: Okta/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Kondisi terkini Pasar Bambu Kuning, di Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Kelapa Tiga, Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung,  yang sepi pengunjung membuat puluhan pedagang gulung tikar dan menutup kiosnya.

Berdasarkan pantauan kupastuntas.co di lokasi Rabu (13/9/2023), suasana pengunjung pasar bambu kuning sangatlah sepi dengan kios-kios yang hampir sebagian banyak yang tutup.

Pengelola lapangan pasar bambu kuning, Tabirin mengatakan, hampir 50 lebih kios di dalam pasar bambu kuning sudah pindah dan gulung tikar dengan kondisi pasar yang semakin hari semakin sepi pengunjung. 

"Sudah banyak yang gulung tikar ada sekitar 50 lebih lah," kata Tabirin, saat memberi keterangan, Rabu (13/9/2023) siang.

Ia mengatakan, maraknya penjual online adalah salah satu pemicu dari suasana pasar yang menjadi sepi ini.

"Memang sekarang perekonomian lagi begini, terus kebanyakan sekarang dimana-dimana sudah banyak yang online. Makanya pasar bambu kuning ini sepi begini," ungkapnya.

Tabirin menyebut, tiap harinya pengunjung pasar bambu kuning hanya sekitar 100 an orang yang terhitung dari pagi hingga sore hari.

"Jumlahnya tidak bisa dipastikan. Tapi ya begini kondisinya, sepi. Tapi kalau dari pagi sampai sore kurang lebih adalah sampai 100 an," tuturnya. 

Dengan kondisi seperti itu, Tabirin mengungkapkan para pedagang masing-masing kios bambu kuning kurang mampu untuk memenuhi iuran/bayaran untuk mencukupi pemenuhan fasilitas pasar.

Hal itu yang menjadi alasan sampai hari sekarang fasilitas seperti AC dan Eskalator di pasar bambu kuning masih belum berfungsi.

"Fasilitas AC dan eskalator mati sudah dari zaman dulu. Kalau dulunya pernah hidup. Beberapa tahun lalu sebelum covid pernah dihidupkan, tapi tidak kuat bayarnya. Jadi mati lagi karena biaya eskalator juga begitu," jelasnya. 

"Jadi di pasar bambu kuning ini sistemnya itu, kalau fasilitas AC memang mau dihidupkan ya pedagang harus bayar sendiri, seperti uang iuran gitu. Sekarang pedagang tidak kuat, kalau pedagang nya kuat ya pasti dihidupkan lagi," sambungnya.

Salah satu pedagang pasar bambu kuning, Ratnawati mengatakan, suasana pengunjung terlihat sepi sudah terjadi sejak 6 bulan yang lalu.

"Sebenarnya kondisi sepi ini tidak tahun ini saja, tapi tiap tahun pasti begini, kadang sepi kadang ramai. Tapi kalau yang kondisi ini sudah sekitaran 5-6 bulanan ini," kata Ratnawati.

Ia mengeluh keadaan pengunjung yang sepi tersebut sangat drastis menurunkan omset penjualannya. "Buat gaji karyawan saja mereka masih kurang karena nggak ada pemasukan," keluhnya.

"Ditambah buat biaya sewa kios 3 juta per tahun dengan kondisi sekarang ini rasanya masih sesak nafas," sambungnya.

Ia berharap kondisi pasar kembali rame pengunjung seperti sebelumnya. "Harapan kami ya lebih maju dan ramai kayak sebelumnya," harapnya.

Senada dengan Ratnawati, pedagang pasar bambu kuning, Chandra yang sudah berdagang sejak tahun 1980 juga mengeluhkan suasana pasar yang sepi.

"Saya dagang disini sudah sejak 1980. Kondisi pasar seperti ini susah banget, apalagi sewa biaya kios saya Rp10 juta. Rasanya tidak mencukupi," ungkapnnya. (*)