• Minggu, 29 September 2024

Antisipasi El Nino, Kota Metro Siapkan Percepatan Masa Tanam dan Gunakan Bibit Padi Khusus

Selasa, 29 Agustus 2023 - 12.31 WIB
136

Assisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Kota Metro, Yeri Ehwan, saat dikonfirmasi awak ruang kerjanya, Selasa (29/8/2023). Foto: Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Fenomena cuaca yang terjadi akibat peningkatan suhu permukaan air di Samudra Pasifik Tengah dan Timur alias El-Nino berdampak pada sektor pertanian di Indonesia. Termasuk di Kota Metro, Provinsi Lampung.

Meskipun belum ditemukan dampak yang signifikan, Pemerintah Kota (Pemkot) setempat tengah melakukan antisipasi hingga akhir bulan Desember mendatang, dianataranya menyiapkan percepatan masa tanam dan menggunakan bibit padi khusus.

Assisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretaris Kota Metro, Yeri Ehwan mengatakan, berdasarkan informasi beberapa minggu lalu, memang Bulan September masuk masa puncak El Nino.

"Kemudian kita antisipasinya sih sampai akhir tahun, meski laporan yang datang ke kita sampai dengan September," kata Yeri, saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (29/8/2023).

Meski begitu, pihaknya mengaku bahwa Kota Metro belum terdampak signifikan akibat El-Nino. Pemkot juga telah menyiapkan percepatan waktu tanam petani dan panen petani.

"Langkah-langkah antisipasi misalkan di pertanian untuk padi atau holtikultura dilakukan upaya-upaya seperti mempersiapkan percepatan masa tanam bagi yang belum menanam, begitu juga yang sudah masuk masa panen dilakukan panen secepatnya," imbuhnya.

Selain itu, Pemkot Metro melalui DKP3 Kota setempat juga telah berupaya mengantisipasi dengan pemanfaatan bibit padi hingga koordinasi dengan balai besar pengairan.

"Dinas Pertanian juga melakukan upaya tanam padi itu dengan menggunakan bibit padi khusus yang tidak membutuhkan terlalu banyak air, jadi sudah seperti itu dan sudah koordinasi dengan pihak Balai, supaya sumber air irigasi bisa dialirkan di Metro," jelasnya.

DKP3 Kota Metro juga telah intens menggelar rapat untuk mengantisipasi dampak terburuk yang diakibatkan oleh El Nino. "Sebetulnya secara teknis di dinas pertanian sudah dibahas terus baik di internal maupun dengan pemerintah provinsi untuk mengantisipasi. Baik itu di subsektor tanaman pangan, peternakan, perikanan maupun holtikultura semua sudah diantisipasi," sambungnya.

Tak hanya itu, ia juga mencontohkan kinerja yang telah dilakukan oleh Pemkot Metro dalam mengantisipasi dampak El-Nino bagi sektor ketahanan pangan hingga perikanan.

Contohnya di bidang perikanan, kepadatan tebar perkolam itu supaya dikurangi. begitupun juga di peternakan agar menyiapkan pakan ternak ini yang dapat disimpan. Jadi tidak tergantung pada pakan hijau, jadi pakan-pakan yang bisa diolah dan dikemas itu dapat digunakan mengurangi ketergantungan pakan-pakan hijau.

"Begitupun di subsektor ketahanan pangan kami mendorong para petani menyimpan hasil panennya itu, supaya hasil panen tidak langsung dijual," tambahnya.

Kini para petani di Metro diimbau mulai melakukan budidaya tanam dengan jenis tanaman yang tidak memerlukan banyak air.

"Kami menghimbau masyarakat petani yang memang bergerak di sektor ketahanan pangan itu, melakukan upaya-upaya yang memang budidaya ataupun teknik Pertanian itu tidak membutuhkan air yang terlalu banyak," pungkasnya.

Sementara Walikota Metro, Wahdi menyebut, pihaknya telah melakukan upaya dan antisipasi dalam menghadapi fenomena El Nino di Bumi Sai Wawai.

"Salah satu yang sudah kita bicarakan adalah ketahanan pangan juga. Ya tentu pertama kali kita selalu melihat perubahan iklim yang ada, yang kedua kita kemarin sudah melihat seberapa jauh dampak, karena kita punya LP2B seluas 1.567 untuk luas lahan pertanian berkelanjutan," terangnya.

Ia juga mengaku, meskipun fenomena El Nino belum terdampak signifikan di Metro, namun pihaknya terus melakukan upaya antisipasi.

"Kita tergantung dari irigasi teknis, tentu nantinya akan kita lihat. Untuk di Metro Alhamdulillah jumlah hasil pertanian kita sampai saat ini satu hektar masih menghasilkan 5,6 ton," tandasnya. 

Untuk diketahui, fenomena El Nino dapat menyebabkan serangkaian anomali cuaca, termasuk kekeringan, banjir, dan badai hebat. Daerah yang biasanya mengalami kondisi basah dapat mengalami periode kering yang berkepanjangan, sedangkan daerah kering dapat tergenang oleh curah hujan yang berlebihan.

Selain mendatangkan kekeringan, dampak El Nino lainnya juga berpotensi menimbulkan gagal panen pertanian serta kebakaran hutan dan lahan.

Fenomena El Nino diprediksi akan bertahan sampai Desember 2023,  puncaknya terjadi pada Agustus hingga September 2023.

Berdasarkan data BMKG, secara umum puncak musim kemarau 2023 di sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan terjadi pada periode Juli-Agustus 2023 dengan jumlah zona musim mencapai 72,53 persen. (*)