• Senin, 30 September 2024

Penggunaan Smartphone Diklaim Mampu Tingkatkan Literasi di Sekolah

Sabtu, 12 Agustus 2023 - 11.24 WIB
309

Bunda Literasi Kota Metro, dr. Silfia Naharani Wahdi bersama Kepala Disdikbud Kota Metro, Suwandi serta jajaran pengurus PGRI Kota setempat saat membuka kegiatan penguatan literasi melalui kegiatan mendongeng dan pengukuhan duta literasi SD se- Kota Metro. Foto: Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Metro mengklaim penggunaan smartphone sebagai media pembelajaran di sekolah dinilai mampu meningkatkan literasi bagi peserta didik tingkat Sekolah Dasar (SD).

Hal itu disampaikan Ketua PGRI Kota Metro, Joko Widodo usai menghadiri kegiatan penguatan literasi melalui kegiatan mendongeng dan pengukuhan duta literasi SD se-Kota Metro yang berlangsung di aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud), Sabtu (12/8/2023).

Pria yang akrab disapa Jokowi itu menerangkan bahwa pemanfaatan smartphone dapat meningkatkan literasi atau 'melek' bagi peserta didik di sekolah.

"Gerakan literasi sekolah atau GLS ini sebagai bentuk support atas program-program pendidikan di kota ini. Jadi efek dari Covid-19 ini memang terasa betul, bahwa pembelajaran anak-anak kita ini pendampingannya kurang maksimal oleh guru-guru kita. Sehingga kita melihat beberapa murid kita masih ada yang mengalami kesulitan membaca di tingkat pendidikan dasar," kata Joko, saat memberikan keterangan.

Oleh karena itu lanjutnya, dalam rangka peningkatan literasi ini, maka sekolah-sekolah bisa mengembangkan program-program unggulan.

"Misalnya menyediakan sarana prasarana pojok baca untuk anak-anak kita membaca, kemudian menambah buku-buku literasi sebagai sarana anak-anak kita untuk menambah wawasan termasuk di dalamnya pemanfaatan smartphone," lanjutnya.

Meskipun begitu, upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam pemanfaatan smartphone untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah perlu pendampingan dari guru di sekolah.

"Tapi tetap harus dengan pendampingan jangan hanya dibiarkan saja, sehingga anak-anak kita bisa memanfaatkannya dengan efektif. Tidak ada salahnya, karena anak-anak kita kan belum bisa memilah mana yang benar dan salahnya maka perlu adanya pendampingan-pendampingan itu," ungkapnya.

Joko juga mengungkapkan, dalam kurikulum merdeka para tenaga pendidik tidak boleh anti dengan kemajuan teknologi. Metode pendidikan secara konvensional sebaiknya ditingkatkan dengan memanfaatkan jaringan internet melalui smartphone.

"Jadi kita tidak anti dengan perkembangan teknologi ya, itu bagian dari upaya mencerdaskan peserta didik. Jadi kalau untuk pembelajaran ini tetap efektif dengan pendampingan guru jika dilakukan secara luring," terangnya.

"Pemanfaatan smartphone untuk pendidikan itu juga penting, karena itu untuk pengetahuan yang lebih luas lagi dan agar anak-anak kita kreatif dan inovatif serta mampu menghadapi tantangan zaman. Tapi tetap harus dengan pendampingan," pungkasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Bunda Literasi Kota Metro, dr. Silfia Naharani Wahdi mengungkapkan, tenaga pendidik di tingkat sekolah dasar tidak perlu takut untuk berinovasi dengan memanfaatkan teknologi.

"Sekarang ini kan kurikulum merdeka jadi masih ada beberapa guru yang mungkin takut, padahal sesuatu yang baru itu memang tidak mudah. Tetapi tidak perlu ditakutkan, bagaimana sekarang ini kan bukan sekedar guru mengajarkan tapi bagaimana dinamika kelompok itu bisa dilakukan di sekolah-sekolah," ujarnya.

Menurutnya, sekarang ini smartphone menjadi idola dan dipastikan akan menjadi hal-hal yang mudah dan efektif.

"Semua anak-anak sekarang rata-rata punya HP lah begitu, tapi untuk membeli buku dan lain-lain mereka akan agak sulit. Tapi dengan HP itu diharapkan mereka bisa memanfaatkannya untuk membaca," ungkapnya.

Silfia menilai, literasi digital dapat diterapkan dengan pendampingan guru di sekolah. Sehingga output yang dihasilkan dari pemanfaatan smartphone untuk pembelajaran tersebut dapat efektif dan positif.

"Dalam hal ini tidak hanya sekedar pendidikan saja ya, jadi sangat efektif itu. Tapi tentunya dengan pendampingan, jadi konsepnya konsep positif. Harus ada pendampingan yang baik jadi ada istilahnya Disleksia, Jadi Disleksia itu adalah keterlambatan si anak dalam membaca. Selain guru, peran orang tua juga sangat penting, dan guru-guru harus memahami orang tua karena kondisinya berbeda-beda," kata dia.

Wanita yang juga merupakan Ketua PKK Kota Metro tersebut mengaku akan terus berupaya dalam mempertahankan prestasi Kota Metro sebagai Kota dengan literasi tertinggi di Provinsi Lampung.

"Upaya untuk mempertahankan capaian literasi di Kota Metro itu bergeraknya bersama-sama gerakan literasi masyarakat, dan adanya bunda literasi sampai ke tingkat kelurahan itu bukan hanya sekedar menyandangnya tapi bagaimana mereka juga bisa melakukan pendekatan kepada masyarakat karena literasi itu banyak sekali," tutupnya.

Sementara itu, Ketua Perempuan PGRI Kota Metro, Atut Dwi Sartika mengungkapkan, Bumi Sai Wawai telah didapuk menjadi Kota dengan predikat literasi tertinggi di Lampung.

"Bicara literasi, literasi baca, tulis dan numerasi menjadi pijakan dasar dan penting untuk senantiasa dilakukan penguatannya. Karena Metro sebagai Kota Pendidikan dan literasi telah menempati peringkat pertama se- Lampung pada rapat Pendidikan Kota Metro dengan capaian tingkat literasi terbaik yaitu sebesar 80 persen," bebernya.

Menurutnya, diperlukan beragam inovasi termasuk pemanfaatan teknologi digital dalam pelaksanaan pembelajaran kurikulum merdeka di tingkat sekolah dasar.

"Namun kita tetap tidak boleh lengah dan banyak berpangku tangan karena mengingat masih adanya dampak pandemi pada murid tingkat sekolah dasar yang mengalami keterlambatan membaca dan menulis. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang mampu mencegah penyebarluasan dampak kelanjutan dari pandemi atau learning loss," tandasnya. (*)