Petambak Udang Dipasena Mengadu ke Gubernur Lampung, Produksi Udang Turun Hingga 75 Ton per Hari

Ilustrasi. Foto: Lampung.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Petambak
udang Dipasena, Kecamatan Rawajitu Timur, Tulang Bawang, mengeluhkan penurunan
produksi udang hingga mencapai 75 ton per hari. Saat ini produksi udang hanya
sekitar 15 ton per hari.
Sejumlah petambak udang yang bergabung dalam
Perhimpunan Petambak Pembudidaya Udang Wilayah (P3UW) Lampung mengadu ke
Gubernur Lampung Arinal Djunaidi di Mahan Agung Rumah Dinas Gubernur Lampung,
Senin (7/8).
Ada sekitar 20 ribu petambak yang bergabung
dalam P3UW Lampung, dan mengelola tambak udang seluas 1.490 hektar. Kini mereka
terus merugi karena saat ini hanya bisa memproduksi udang sebanyak 15 ton per
hari. Dalam kondisi normal para petambak bisa produksi udang 60 ton hingga 90
ton per hari.
Ketua P3UW Lampung, Suratman mengatakan,
penurunan produksi udang tersebut mulai dirasakan sejak dua tahun
terakhir.
"Biasanya saat normal produksi udang bisa
60 sampai 90 ton per hari, tapi sekarang di bawah 15 ton per hari. Kita sangat
prihatin. Karena jika dimaksimalkan produksi per hari bisa di atas 100
ton," kata Suratman usai audiensi dengan Gubernur Lampung Arinal Djunaidi
di Mahan Agung Rumah Dinas Gubernur Lampung, Senin (7/8).
Suratman mengungkapkan, penurunan produksi
udang salah satunya dipengaruhi oleh pendangkalan saluran irigasi tambak yang
mulai dirasakan sejak 10 tahun terakhir.
"Pendangkalan ini sudah terjadi sekitar
10 tahun terakhir, dan yang paling parah 2 tahun terakhir. Pada tahun 2020
sampai 2021 masih agak bagus, dan di tahun 2022 sampai sampai sekarang sangat
terlihat sekali dampaknya," katanya.
Ia mengatakan, pendangkalan kanal yang terjadi
dapat menyebabkan air dari laut sulit masuk ke petak-petak tambak. Selain itu,
saluran irigasi yang dangkal dapat menyebabkan bakteri yang tidak menguntungkan
ikut berkembang.
"Saluran itu kini mengaliri 1.490 hektar
tambak milik 20.000 petambak. Statusnya semua tetap petambak, tapi sekarang
sedang terjadi pendangkalan. Dinas PUPR sudah melakukan desain, tetapi saat mau
dieksekusi terkendala masalah aset dari BPN. Kita juga minta penyelesaian
tentang kejelasan aset ini, karena produksi bisa optimal ketika aset
jelas," ungkapnya.
Ia melanjutkan, semua udang milik petambak
diekspor. Dengan adanya penurunan produksi udang maka otomatis udang yang
diekspor juga berkurang. “Kerugiannya bisa mencapai miliaran. Karena harga jual
udang sekitar Rp65 ribu per kg per hari,” imbuhnya.
Menanggapi hal itu, Asisten II Bidang
Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Lampung, Kusnardi mengatakan akan segera
membantu penyelesaian konflik aset irigasi tersebut. Sebab hal
itu menyangkut kesejahteraan masyarakat.
"Responnya ya pak gubernur pokoknya semua
mendukung, itukan menyangkut kesejahteraan masyarakat Lampung, produksi dan
ekonomi Lampung," katanya.
Kusnardi menjelaskan, pada intinya petambak
minta kejelasan luas total lahan itu 16.200 hektar sertifikatnya hak milik atas
nama petambak sebagian besar. Kecuali yang placement seperti di bekas
pabrik dan kantor.
“Kami masih menunggu dari BPN, mereka mau
lihat dokumen aslinya seperti apa waktu awal penyerahan dan sebagainya. Karena
itu menyangkut rahasia negara, semoga dalam satu atau dua minggu kedepan ada
kejelasan," jelasnya. (*)
Berita ini telah terbit di SKH Kupas Tuntas edisi Selasa 8 Juli 2023 dengan judul “Produksi Udang Turun Hingga 75 Ton per Hari”
Video KUPAS TV : 29 Penjahat di Bandar Lampung Diringkus Dalam Sebulan
Berita Lainnya
-
Perusahaan Tak Patuhi Instruksi Gubernur Lampung Soal Harga Singkong, PPUKI: Petani Terus Merugi
Selasa, 24 Juni 2025 -
Program Makan Bergizi Gratis Belum Merata di Lampung
Selasa, 24 Juni 2025 -
Empat Calon Siswa Sekolah Rakyat di Lampung Mengundurkan Diri
Senin, 23 Juni 2025 -
Jual Laptop Curian di Facebook, Pencuri dan Penadah di Bandar Lampung Dibekuk Polisi
Senin, 23 Juni 2025