• Kamis, 23 Januari 2025

Magang di Kemlu RI, Mahasiswi HI Unila Adysti Nasya Berbagi Pengalaman Inspiratif

Senin, 17 Juli 2023 - 10.25 WIB
1.2k

Mahasiswi Hubungan Internasional (HI) Universitas Lampung (Unila), Adysti Nasya. Foto: Dok.Unila

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Sebagai salah satu lembaga pemerintahan yang menangani urusan luar negeri, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) menawarkan kesempatan magang bagi para mahasiswa yang tertarik dengan bidang diplomasi.

Salah satunya Adysti Nasya, mahasiswi Hubungan Internasional (HI) Universitas Lampung (Unila) yang baru saja menyelesaikan magangnya di Kemlu RI. Adysti berbagi pengalaman dan wawasan yang ia dapatkan selama magang di lembaga tersebut.

Mahasiswi angkatan 2020 ini mengungkapkan, ia pertama kali mengetahui informasi tentang magang di Kemlu RI melalui media sosial Instagram. Ia kemudian mengajukan lamaran yang terdiri dari CV, cover letter, serta transkrip nilai akademik.

Selama magang, Adysti ditempatkan di Departemen KSI Amerop (Kerja Sama Intrakawasan dan Antarkawasan Amerika dan Eropa). Tugasnya meliputi media monitoring, notulensi rapat, dan pengumpulan data penelitian.

Adysti memberikan beberapa tips bagi calon magang di Kemlu RI, antara lain mempersiapkan diri dengan mempelajari departemen yang akan dimasuki dan mengikuti perkembangan isu-isu luar negeri yang relevan. Dengan begitu, para kandidat lebih percaya diri mengekspresikan minat dan motivasi mereka saat wawancara.

"Harus paham isi dari departemen yang ingin kalian masuki dan harus memperbanyak informasi tentang Kementerian Luar Negeri itu sendiri,” ujarnya.

Dalam media monitoring, Adysti bertanggung jawab memantau perkembangan harian di Uni Eropa, yang akan digunakan untuk diplomasi Indonesia serta pengambilan keputusan di Kementerian Luar Negeri.

Notulensi rapat umumnya bersifat rahasia, sedangkan pengumpulan data melibatkan pencarian informasi untuk proyek-proyek kedutaan dan penyusunan proposal.

Di antara berbagai tanggung jawabnya, Adysti merasa media monitoring adalah tugas yang paling menantang. Mencari informasi terkini dari berbagai wilayah, terutama negara-negara kecil atau berkembang, terbukti menjadi tugas yang menuntut.

Adysti melihat tantangan ini sebagai kesempatan untuk meningkatkan keterampilannya dan mengeluarkan usaha ekstra.

"Tugas yang paling menantang selama menjalankan tugas di Kementerian Luar Negeri adalah media monitoring. Kita harus benar-benar mencari berita terbaru dari negara-negara kecil dan berkembang yang sangat susah mendapatkan informasinya. Perlu adanya kecerdikan dan effort yang lebih,” ujarnya.

Kemampuan berbahasa, terutama dalam bahasa Inggris, memainkan peran yang sangat penting selama magang di Kementerian Luar Negeri. Adysti juga menyebut nilai penting dari mempelajari bahasa asing lainnya.

Namun, ia menekankan pentingnya penguasaan tata bahasa Inggris, karena sering kali bahasa tersebut digunakan dalam media monitoring dan penulisan laporan.

Ketepatan tata bahasa sangatlah penting, dan mengandalkan terjemahan dari situs web saja tidaklah cukup. Adysti menegaskan pentingnya mematuhi aturan dan struktur bahasa Inggris.

"Untuk instansi sebesar Kementerian Luar Negeri, grammar yang dipakai harus dipastikan benar dan sesuai dengan kaidah bahasa Inggris yang ada,” jelas Adysti.

Interaksi dengan individu asing menjadi aspek yang sangat berharga dalam pengalaman magang Adysti. Kolaborasi dengan staf kedutaan dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Prancis, dan Polandia, memberikannya kesempatan berharga untuk belajar dan berkembang.

Interaksi ini memungkinkannya melihat keahlian dan wawasan yang dibagikan tokoh-tokoh penting saat acara seperti Asean Europe Meeting (ASEM) Day.

Adysti mengungkapkan, salah satu keterampilan yang sangat dibutuhkan selama magang ialah kemampuan berbahasa, khususnya bahasa Inggris.

Ia menghadapi tantangan berbicara dalam bahasa Inggris di hadapan tokoh-tokoh penting, yang sekaligus menjadi kesempatan baginya untuk mengasah keterampilan berbicara di depan umum.

Keterampilan membaca dan menulis juga terbukti menjadi hal paling berharga selama magang di Kementerian Luar Negeri. Kemampuan ini sangat dibutuhkan seorang praktisi public relations untuk melakukan komunikasi yang efektif.

Adysti menyadari pentingnya menulis surat yang baik, menyusun undangan yang menarik bagi diplomat asing, serta membuat laporan yang akurat dan terampil.

"Penggunaan bahasa dan diksi yang tepat menjadi suatu keterampilan yang harus kita pelajari terus-menerus. Itu akan sangat berharga jika nantinya bekerja di Kementerian Luar Negeri,” ungkapnya.

Untuk menjaga motivasi dan antusiasme sepanjang magang, Adysti selalu mengingat tujuan awalnya. Ia melihat perasaan lelah atau kehilangan fokus sebagai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.

Adysti meyakini, rasa tidak nyaman, tekanan, dan momen kelelahan adalah tanda-tanda perkembangan pribadi. Baginya, tantangan-tantangan tersebut adalah langkah menuju versi yang lebih baik.

"Hal-hal yang kadang membuat kita merasa lelah justru tanda bahwa diri kita sedang berkembang dan menjadi versi yang lebih baik,” ujarnya.

Salah satu pengalaman paling menginspirasi dan berkesan mendalam bagi Adysti adalah ketika ia terpilih menjadi pembawa acara dalam forum kerja sama Asia Timur-Amerika Latin (FEALAC).

Berbicara di depan audiens yang besar dan sejumlah tokoh, seperti Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, beberapa duta besar, serta direktur, memberikan kesan mendalam baginya.

Menyaksikan langsung tokoh-tokoh berpengaruh menyampaikan pidato yang kuat membuat Adysti merasa bangga dan terhormat.

Pengalaman berharga itu juga meningkatkan keterampilan berbicara di depan umum dalam bahasa Inggris, memberinya kepercayaan diri untuk berinteraksi dengan tokoh-tokoh penting di masa depan.

"Momen untuk terpilih dan dihargai itu sangat berkesan bagi saya. Pujian yang saya terima membuat saya menyadari bahwa setiap orang berpotensi untuk tampil dan menunjukkan kualitas terbaik dirinya,” tuturnya.

Ia mendapatkan pemahaman lebih luas tentang dunia, khususnya tentang pentingnya menjalin koneksi dan kolaborasi antara individu, organisasi, dan negara-negara.

Selama magang, Adysti mempelajari dinamika dalam urusan global dan kebutuhan persiapan yang matang di bidang diplomasi. Ia juga belajar tentang nilai kolaborasi, pertumbuhan pribadi, serta pentingnya mengasah keterampilan skala kecil hingga besar.

"Saya belajar bahwa di dunia ini serba dinamis. Kita tidak pernah bisa memprediksi apa yang akan terjadi besok. Oleh karena itu kita harus siap dalam segala hal. Saya belajar cara berkolaborasi, berkembang, dan belajar berbagai hal selama magang ini,” jelasnya.

Adysti merasa lebih siap menghadapi masa depan lebih cerah dengan keterampilan dan pengalaman yang ia peroleh.

Ia bertekad untuk mengaplikasikan keterampilan tersebut di dunia nyata. Selain itu, Adysti berharap dapat mempertahankan motivasi dan antusiasmenya dalam menghadapi setiap tantangan yang akan datang.

Magang di Kementerian Luar Negeri memberikan Adysti keterampilan berharga dan wawasan yang menginspirasi dalam hubungan internasional. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang diplomasi dan urusan global, ia siap menghadapi masa depan dengan keyakinan yang lebih besar. (*)


Video KUPAS TV : JPO Kantor Pemkot Bandar Lampung dan Masjid Al-Furqon Mulai Dibangun