• Jumat, 22 November 2024

Sudahkah Kita Menjadi Petugas Haji yang ‘Amanah’, Refleksi Petugas Haji Ramah Lansia, Oleh: hamdun, Ketua Kloter JKG 32

Minggu, 02 Juli 2023 - 22.34 WIB
1.9k

Hamdun saat tengah berada di Arab Saudi melayani jemaah haji. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Tulisan ini dibuat oleh petugas haji yang telah merasakan panasnya terik Muzdalifah, menjalani proses armuzna dan kehilangan dua jamaah yang wafat di tenda Arafah dan Mina.

Musim haji 1444 H/2023 M adalah tahun yang paling sempurna bagi petugas haji untuk melakukan refleksi dan segera menemukan jati diri sebagai seorang manusia biasa. Semua petugas haji yang “bertanggung jawab” tentu telah melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya, tanpa mengenal lelah. Sebelum seluruh prosesi haji ini berakhir ada baiknya kita melakukan refleksi, setidaknya terkait dengan tiga hal.

Pertama, sudahkah kita menjalankan amanah Allah dengan panggilanNya menjadi pendamping jamaah haji?.

Kedua, Sudahkan kita amanah melayani jamaah dengan akhlak Rasulullah di tanah suci tempat lahirnya?.

Ketiga, Sudahkan kita amanah memenuhi karapan keluarga lansia yang cemas dan setiap hari mendoakan?.

Berkaitan dengan hal pertama, tentu ada beragam latar belakang dan cerita kenapa kita terpilih menjadi petugas haji, pada akhirnya semua sepakat bahwa Haji adalah panggilan Allah sehingga menjadi petugas haji adalah panggilan dan amanah Allah. Dengan label tersebut pertanyaannya sudahkah kita menjalankan amanah Allah dengan panggilannya menjadi pendamping jamaah haji?.

Untuk menjawab pertanyaan ini tidak ada salahnya kita merefleksi dalam diri, dari sejak mendapatkan informasi kelulusan menjadi petugas, saat keluar jadwal kloter, saat rapat demi rapat, dan hingga saat ini. Betulkah segala pikiran dan keputusan yang kita ambil telah betul-betul karena “Amanah dari Allah” ataukan ada motivasi lain seperti ingin diperhatikan atasan dan mendapat jabatan, ingin mendapatkan keuntungan finansial, ingin mendapat pujian orang lain atau lainnya. 

Selagi masih ada waktu mari kita bersama-sama menjalankan amanah Allah meluruskan niat dan menyambut panggilan Allah ini dengan penuh keinsyafan sehingga kita dapat menjadi pendamping jamaah haji mabrur. Jangan kita kotori panggilan suci dan pekerjaan mulia ini dengan hal-hal justru akan merendahkan kita yang bukan siapa-siapa ini namun sangat beruntung terpilih oleh Allah untuk melayani para dhuyufurrahman. 

Berkaitan dengan hal kedua, setiap orang mempunyai karakter dan cara komunikasi yang berbeda, namun Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT untuk menjadi suri tauladan dan menyempurnakan akhlak yang mulia. Dengan panduan akhlak mulia yang ada pada diri Rasulullah, pertanyaannya sudahkan kita amanah melayani jamaah dengan akhlak Rasulullah di tanah suci tempat lahirnya? Jika sebelumnya kita masih bertindak kasar, jika sebelumnya kita masih berbicara bernada membentak, jika sebelumnya kita acuh kepada kakek-nenek yang mengeluh, dan jika sebelumnya kita membatin mengeluh selama mengurus mereka.

Selagi masih ada waktu, mari kita berkaca pada sifat dan sikap Rasulullah terhadap orang lain, pantaskah kita berlaku demikian pada tamu-tamu Allah. Mari kita tunjukkan pada Rasulullah bahwa kita pantas menjadi umatnya dengan pelayanan terbaik ditempat kelahirannya dan tempat dimana ada bekas-bekas krikil dan batu dipijaknya. Disini juga ada bukit-bukti bekas tempat beliau berlari-lari dan berdakwah, dan tempat bermula cahaya menyebar ke alam semesta. Semoga semua dapat menjadi saksi kita menjadi insan yang meneladani Rasulullah dengan menjadi petugas yang ramah dan amanah.

Berkaitan dengan hal ketiga, Musim haji 2023 berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena jumlah jamaah haji lansia yang mencapai hampir 70.000 jamaah. Mereka berangkat dengan pendamping dan banyak yang tanpa pendamping. Dengan kondisi demikian tugas berat petugas telah menanti, menjaga para jamaah lansia untuk tetap sehat, menjaga jamaah untuk tidak hilang dan tersesat, menjaga harta benda bawaan jamaah, dan menjaga jamaah lansia untuk dapat menunaikan tahapan demi tahapan ibadah haji. 

Dalam setiap tindakan kita terhadap jamaah, pernahkah kita membayangkan bahwa para lansia yang kita layani adalah orang-orang tua yang selalu berdoa untuk dapat berhaji ke tanah suci dan mereka semua berusaha membesarkan anak cucu dengan tetesan keringat dan doa agar anak cucu mereka dapat berguna bagi orang tua, masyarakat, negara, dan agama. 

Selagi masih ada waktu, mari kita bantu wujudkan doa-doa para lansia agar mereka dapat menjalankan ibadah dengan sempurna, mari kita tuntun mereka berjalan ke kamar mandi untuk dapat bersuci, mari kita bantu arahkan para lansia saat shalat untuk menghadap ka’bah sehingga dapat mendoakan anak cucunya dengan penuh kekhusyuan di tanah suci, dan mari kita bantu anak cucu mereka di tanah air yang setiap hari mendoakan agar orang tua mereka, kakek-nenek mereka, buyut mereka yang ada dijangkauan kita agar diberikan kesehatan dan selamat sehingga dapat bertemu dengan anak cucunya mereka. 

Mari kita sambut semua doa kebaikan dari anak cucu para lansia di tanah air, karena kita semua adalah para petugas yang menjadi bagian dan mendapat amanah untuk terkabulnya doa-doa keluarga para lansia di tanah air.

Sebagai penutup dari refleksi ini mari kita memohon ampun kepada Allah atas ketidaklurusan niat kita saat menyambut panggilanNya, memohon maaf kepada Rasulullah atas prilaku kita yang tidak pantas di tanah kelahirannya, dan memohon maaf kepada setiap jamaah yang dengan sadar atau tidak sadar telah kita sakiti.

Terimakasih kepada seluruh petugas haji yang tiada henti saling membantu, melayani dan melindungi jamaah tidak kenal waktu, tidak lelah berpikir untuk keselamatan jamaah meski sedang membisu, semoga segala kekhilafan dan kesalahan kita dimaafkan oleh Allah yang maha tahu, amin.. (**)