• Selasa, 20 Mei 2025

Melihat Lebih Dekat Panti Sosial Tresna Werdha Natar, Menampung 73 Warga Lansia, Terima Anggaran 1,4 Miliar

Selasa, 27 Juni 2023 - 08.28 WIB
1.9k

Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha di Desa Muara Putih, Kecamatan Natar, Lampung Selatan. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha di Desa Muara Putih, Kecamatan Natar, Lampung Selatan (Lamsel), rutin mendapat kucuran dana dari APBD Pemprov Lampung senilai Rp1,4 miliar per tahun. Dana itu digunakan untuk operasional, dan memberikan makan bagi 73 warga lanjut usia (Lansia) yang kini ditampung di panti.

Panti Sosial Tresna Werdha berdiri sejak tahun 1980 di bawah naungan Kementerian Sosial. Mulai tahun 2000, panti ini di bawah naungan Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Lampung, dan rutin mendapatkan kucuran dana dari APBD Pemprov Lampung setiap tahun.

Kepala UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Natar, Zufrianto Ali Sahroni mengatakan, panti yang dikelolanya menempati lahan seluas 10.000 meter persegi lebih atau sekitar 1 hektar.

"Saat ini ada 73 orang berada di panti jompo ini. Tahun ini kami punya kuota sebanyak 85 orang lanjut usia,” kata Zufrianto, Senin (26/6/23).

Penghuni panti bukan hanya dari Provinsi Lampung, namun juga dari luar daerah seperti Palembang, Padang, Jakarta dan wilayah lainnya. Tidak ada pungutan yang dibebankan kepada penghuni panti. Seluruh penghuni mendapatkan pelayanan gratis termasuk makan.

"Kebanyakan penghuni panti di sini sudah tidak mempunyai keluarga, hanya beberapa saja yang masih ada keluarganya. Tidak ada prosedur khusus dalam penitipan warga lanjut usia di panti jompo ini," katanya.

Zufrianto mengungkapkan, sebagian penghuni yang masuk ke Panti Tresna Werdha mendapat rekomendasi dari Dinas Sosial daerah dan kepolisian, dan warga lansia terlantar atau tidak diurus keluarganya. “Namun, ada juga lansia yang langsung diantar oleh keluarganya ke sini,” ungkapnya.

Ia menerangkan, biaya operasional dan memberi makan warga lanjut usia di Panti Tresna Werdha berasal dari anggaran Pemprov Lampung melalui Dinas Sosial.

"Kami dapat anggaran dari Pemerintah Provinsi Lampung melalui Dinas Sosial sebesar Rp1,4 miliar per tahun. Namun, kami tidak hanya mengandalkan anggaran tersebut. Kami juga menerima bantuan dari beberapa stakeholder di wilayah Lampung Selatan seperti Mall Chandra dan sebagian PT-PT yang ada di wilayah sini," jelasnya.

Menurutnya, jika hanya mengandalkan anggaran yang diberikan oleh Pemprov Lampung, belum mampu memaksimalkan pelayanan maupun infrastruktur di panti.

"Kami selalu berupaya semaksimal mungkin memberikan pelayanan terbaik. Warga yang ada di panti ini kami layani selayaknya orang tua kami sendiri. Namun berbicara cukup atau tidak, itu bisa dikatakan jauh dari cukup,” ujarnya.

Zufrianto menjelaskan, pemerintah hanya memberikan anggaran untuk pengurusan penghuni panti yang meninggal itu 1 orang per bulan. Sedangkan dalam setiap bulan terkadang lebih satu penghuni panti meninggal dunia.

Bahkan lanjut dia, awal-awal ia masuk di panti dalam satu bulan pernah ada 5 penghuni meninggal dunia. “Jadi jika anggarannya dalam satu bulan hanya untuk mengurus penguburan 1 penghuni, lalu sisanya dari mana dananya? Akhirnya kami berusaha mencari hutangan dulu," paparnya.

Ia melanjutkan, anggaran pemakaman untuk penghuni panti meninggal biasanya dipakai beli tanah untuk lokasi penguburan. Bahkan, untuk penghuni panti  non muslim masih ditambah biaya beli peti mati dan proses mengkremasi.

Zufrianto menerangkan, sejak bulan Januari hingga saat ini total penghuni panti meninggal dunia sebanyak 9 orang.

Ia mengungkapkan, kendala yang kerap dihadapi pengelola panti adalah adanya kecemburuan sosial antara satu penghuni dengan penghuni lain, dan perilaku sangat sensitif.

Menurutnya, merawat warga lansia ibaratnya sama halnya dengan merawat bayi. Semakin tua usianya maka perilakunya akan kembali seperti masa anak-anak dulu. Sehingga butuh perhatian dan kesabaran ekstra.

Pejabat Fungsional Madya Panti Sosial Tresna Werdha Natar, Gatot Irawan Gunadi menambahkan setiap penghuni panti diberikan jatah makan setiap hari dengan menu berganti-ganti.

"Setiap hari kita beri makan sebanyak 3 kali, itu dengan lauk yang berbeda dan sudah terjadwalkan. Misalnya hari ini telur, ayam dan ikan, lalu besok bisa sayuran dan daging serta lauk lainnya. Selain memberikan makan, kami juga memberikan susu kedelai, dan bubur kacang hijau secara terjadwal," kata Gatot.

Gatot mengatakan, penghuni panti juga melakukan aktivitas harian yang sudah terjadwal. Diantaranya, hari Senin ada pengajian untuk penghuni agama Islam, hari Rabu ada kegiatan kesenian seperti menyanyi bersama, Kamis ada kegiatan-kegiatan lain, dan Sabtu kegiatan keagamaan bagi penghuni non muslim.

Mbah Tatang, seorang warga lansia penghuni panti menuturkan, dirinya sudah 5 tahun berada di Panti Sosial Tresna Werdha. "Alhamdulillah di sini enak, nyaman, apa-apa serba siap. Saya di urus di sini," katanya. (*)

Berita ini telah terbit di SKH Kupas Tuntas edisi Selasa, 27 Juni 2023 dengan judul “Menampung 73 Warga Lansia, Terima Anggaran 1,4 Miliar”