• Selasa, 23 April 2024

Warga Sampang Turus Tanggamus Masih Terisolir Pasca Hanyutnya Jembatan Darurat

Rabu, 07 Juni 2023 - 16.49 WIB
129

Warga beramai-ramai menggotong sepeda motor yang akan melewati sungai akibat jembatan darurat hanyut. Foto: Sayuti/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Tanggamus - Ratusan kepala keluarga (KK) di Pekon (Desa) Sampang Turus, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus hingga Rabu (7/6/2023) sore, masih terisolir sejak jembatan darurat menghubungkan pekon tersebut dengan pekon lain hanyut diterjang banjir bandang pada Selasa (6/6/2023) malam.

Tidak hanya itu, tanggul penahan banjir sepanjang belasan meter di sisi sungai Way Sampang juga jebol diterjang air bah. Jalan kabupaten menuju Pekon Sampang Turus juga tertutup lumpur banjir bercampur air hingga licin dan sangat berbahaya dilalui.

Banjir bandang terjadi setelah hujan deras mulai pukul 20.00 hingga pukul 22.00 WIB. Air bah mulai menerjang sekira pukul 22.00 WIB menghanyutkan satu-satunya jembatan darurat yang dibuat secara swadaya antara warga dan BPBD Tanggamus pada awal tahun 2023 lalu atau enam bulan lalu.

Puluhan siswa SD, SMP dan SMA yang menimba ilmu disejumlah lembaga pendidikan di Kecamatan Wonosobo terpaksa libur karena sungai yang berair deras dan kedalaman hingga sepinggul orang dewasa sulit dilewati.

"Baru enam bulan kami menikmati jembatan darurat yang dibangun awal tahun 2023 lalu, selama enam bulan itu kami cukup terbantu karena tidak harus nyemplung ke sungai lagi. Saat ini jembatan hanyut, aktifitas kami kembali terganggu," kata Jahrani (37), warga Sampang Turus, Rabu (7/6/2023) sore.

Ia menjelaskan, putusnya jembatan darurat hasil gotong royong masyarakat dengan BPPD itu akibat derasnya arus sungai setelah hujan deras turun dengan intensitas tinggi pada Selasa (6/6/2023).

"Dampaknya, aktivitas warga terganggu bahkan terhenti serta terisolir beberapa hari ke depan karena debit sungai masih tinggi dan sangat deras untuk dilalui," kata dia.

Pantauan Kupastuntas.co, sejumlah warga nekat melintasi sungai karena keperluan mendesak seperti guru dan pedagang. Termasuk anak sekolah yang di gendang orang tuanya untuk sampai ke ujung sungai.

Anak-anak sekolah tidak hanya harus melepas sepatu, juga menanggalkan celana bahkan baju seragam sekolah agar tidak basah.

Rendi, salah seorang pelajar disalah satu SMA di Kecamatan Wonosobo yang memilih pergi pulang dari Sampang Turus ke sekolah berharap Pemkab Tanggamus melalui dinas terkait yakni BPBD dan PUPR dapat segera membangun jembatan darurat atau langsung membangun jembatan permanen untuk aktivitas warga setempat.

"Kami generasi muda selama ini memimpikan jalan ke desa kami mulus diaspal, jembatan juga dibangun permanen agar saat banjir sekalipun kami bisa sekolah dan warga bisa kerja," ujarnya.

Kepala Pekon Sampang Turus, Marhawi mengatakan, hanyutnya jembatan darurat yang dibangun BPBD bersama relawan dan warga itu memaksa warga dan anak sekolah kembali ke "tradisi" lama yaitu "nyemplung" berbasah-basahan dan menyeberangi sungai yang cukup dalam dan berarus deras, serta berbahaya karena bisa menghanyutkan orang dan kendaraan.

"Kalau air sungai lagi meluap, bukan hanya anak-anak dan lansia saja yang digendong, sepeda motor pun harus digotong rame-rame agar tidak hanyut atau mati mesin," katanya.

Marhawi berharap "suara" rakyat kecil yang katanya adalah "suara langit" ini agar diperhatikan pemerintah. Yakni membangun jembatan permanen diatas tiga aliran sungai yang menjadi jalan satu-satunya menuju Pekon Sampang Turus.

"Ada tiga sungai di jalan ini, dua belum ada jembatan sama sekali, hanya satu yang sudah dibuatkan jembatan darurat, itupun sudah hanyut, " katanya.

Dirinya menggambarkan, putusnya jembatan menggambarkan putusnya harapan masyarakat akan perhatian Pemerintah Kabupaten Tanggamus yang sudah bertahun-tahun menjanjikan pembangunan yang tak kunjung terealisasi.

"Sekarang sudah masuk tahun politik, kami sudah kenyang dengan janji-janji politik calon DPR, DPRD, maupun calon bupati hingga gubernur. Kami hanya butuh pembangunan jembatan dan jalan agar desa kami tidak menjadi desa yang terisolir dan tertinggal, " tegasnya. (*)