• Rabu, 02 Oktober 2024

Misi Mulia Pakde Wanto, Berjuang Budidaya Bawang untuk Ketahanan Pangan Nasional

Minggu, 26 Maret 2023 - 12.36 WIB
649

Laswanto alias Pakde Wanto (kaos loreng) bersama rekannya Sigit (kemeja hitam) saat menunjukkan Bawang Merah hasil budidaya di Kota Metro. Foto: Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Masalah ketahanan pangan internasional menjadi isu yang kerap disikapi sepele oleh kebanyakan masyarakat petani di Indonesia. Namun, berbeda halnya bagi Laswanto (54).

Petani asal Kota Metro ini justru memandang masalah ketahanan pangan merupakan isu serius yang harus disikapi dan menjadi perhatian pemerintah serta masyarakat petani di Indonesia.

Pria yang akrab disapa Pakde Wanto itu kini berjuang membudidayakan bawang dilahan yang dikepung pertanian persawahan. Tekad bulatnya dalam mengembangkan pertanian bawang merah di Bumi Sai Wawai tersebut demi ketahanan pangan nasional.

Kepada Kupastuntas.co, pria 54 tahun itu menceritakan awal mula niatnya melakukan budidaya bawang merah di Metro. Dari niat yang sebelumnya berorientasi pada keuntungan, berubah drastis setelah mengetahui persoalan ketahanan pangan dari informasi media massa.

"Awal mula saya membudidayakan ini sebetulnya hanya ingin cuan, cuma keuntungan yang saya kejar. Saya tidak mengerti jika seiring berjalannya waktu ini juga keterkaitan dengan ketahanan pangan. Setelah saya budidaya, saya baru tahu bahwa ini adalah upaya untuk ketahanan pangan nasional," kata dia, Minggu (26/3/2023).

Hal tersebutlah yang membuat Laswanto semangat membudidayakan bawang merah. Ia menilai, budidaya bawang merah di Metro sangat menjanjikan baik dari sisi keuntungan maupun upaya penyelamatan.

"Itulah yang menjadi ketertarikan saya untuk membudidayakan bawang merah di kota Metro. Karena saya nilai sangat menjanjikan. Awal mula Saya tidak mengerti hal itu, yang penting saya tanam dapat hasil yang maksimal kemudian kita jual juga mudah, itu yang jadi tujuan awalnya. Tapi, sekarang menanam bawang ini juga upaya kita menyelamatkan Indonesia dari krisis pangan," ucapnya.

Kakek yang merupakan warga Jalan Kelapa Muda, RT 05 RW 02, Kelurahan Ganjar Asri, Kecamatan Metro Barat itu menjelaskan bahwa budidaya bawang merah tergolong singkat.

"Dengan waktu 60 sampai 70 hari kita sudah bisa menikmati panen bawang merah ini. Kemudian pasarnya sangat jelas karena masyarakat sangat membutuhkan bawang merah itu sendiri sebagai salah satu bahan pangan," ujarnya.

Dari perjuangannya membudidayakan bawang merah di Kota Metro selama setahun terakhir, Pakde Wanto kini berhasil memperoleh dua kali panenan. Ia pun menamai bawang tersebut dengan nama Bawang Merah Metro (BMM)

"Untuk saat ini baru mau produksi yang ketiga kalinya, saya memulai budidaya bawang merah ini sejak tahun lalu, di Tahun 2022. Awalnya saya coba tanam di lahan seperempat hektar, Alhamdulillah hasil panennya itu mencapai 4,2 ton. Itu hasil panen dari lahan 2.500 meter atau seperempat hektar," bebernya.

"Kemudian dari hasilnya yang seperti itu saya semangat untuk meningkatkan lagi produksinya, dan tahun ini kita tanam di lahan seluas satu hektar. Kita targetkan bawang yang ditanam di lahan seluas 1 hektar itu dapat menghasilkan sebanyak 12 sampai 13 ton bawang merah," imbuhnya.

Meskipun begitu, perjuangan budidaya bawang merah di Metro bukan tanpa hambatan, Wanto kerap menjumpai sejumlah kendala khususnya persoalan cuaca.

"Budidaya bawang merah itu tidak asal tanam, peran cuaca sangat berpengaruh sekali apalagi ketika curah hujan yang tinggi, dan dapat menimbulkan hama serta kelembaban yang tidak stabil. Jadi ketika curah hujan tinggi maka akan berpengaruh pada hasil yang rendah," ungkapnya.

"Kalau kendala pasti ada tapi kita menganggapnya seperti biasa sajalah, karena semua masih bisa teratasi. Ya namanya usaha itu pasti ada tantangan dan resiko yang harus dihadapi," tambahnya.

Di Kota Metro, cuaca yang tidak menentu serta kondisi tanah yang harus diolah menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan budidaya bawang merah. Untuk itu, metode pengolahan calon lahan dan perawatan tanaman sangat perlu dilakukan.

"Kendala yang paling sering dihadapi di Metro ini adalah cuaca. Apalagi akhir-akhir ini cuaca lagi tidak menentu hujan dengan intensitas tinggi itu dalam satu hari bisa 2 sampai 3 kali. Kalau untuk kontur tanah ini mudah-mudahan masih cocok untuk ditanami bawang," terangnya.

"Jadi saya sering sampaikan kepada teman-teman bahwa tanah itu ibarat wayang, dan petani itu adalah dalangnya sehingga tanah itu mau dibuat apapun tergantung kita. Kalau lahan itu tandus kita berikan kompos, kita benahi lahannya supaya lahan itu bisa subur. Jadi masalah tanah itu tergantung bagaimana kita mengolahnya," sambungnya.

Pria yang sebelumnya bertani Porang di Ganjar Asri tersebut mengajak seluruh petani di Kota Metro untuk maju dan berkembang dengan komoditas pangan yang ditanamnya.

"Saya ingin mengajak petani di Kota Metro ini bangkit supaya bahasa-bahasa yang berkembang bahwa petani itu dikira miskin bisa terbantahkan. Jadi ketika kita budidaya salah satu komoditas tanaman pangan, ketika kita perlakukan dan rawat dengan benar maka hasilnya pun akan maksimal," harapnya.

"Mari kita sama-sama Tani, sukses bersama maju bersama melalui budidaya pertanian apapun bentuknya. Kemudian kita harus sama-sama memperkuat ketahanan pangan di Republik Indonesia," tandasnya. (*)