• Selasa, 16 April 2024

Djarot Saiful Hidayat: Janganlah Opini Kita Menimbulkan Disrupsi Pada Kebhinnekaan

Jumat, 17 Maret 2023 - 13.43 WIB
111

Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat, saat menjadi narasumber dalam acara pelatihan influencer pengurus partai tingkat DPD dan DPC seluruh Indonesia di Sekolah Partai DPP PDI Perjuangan, Jalan Raya Lenteng Agung No.99 Jakarta Selatan, Jum'at, (17/3/2023). Foto: Donald Harris Sihotang/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Jakarta - Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat, menjelaskan materi tentang penguatan akar ideologi dan strategi beropini, pada acara pelatihan influencer pengurus partai tingkat DPD dan DPC seluruh Indonesia di Sekolah Partai DPP PDI Perjuangan, Jalan Raya Lenteng Agung No.99 Jakarta Selatan, Jum'at, (17/3/2023).

Dalam kesempatan itu, ia mengatakan sebagai pengguna medsos yang bijak, janganlah opini justru menimbulkan disrupsi pada kebhinnekaan, menimbulkan ancaman pada persatuan bangsa dan bahkan semakin menciptakan polarisasi masyarakat yang semakin melebar.

"Kita sebagai kader PDI Perjuangan harus menyadari bahwa medsos sebagai sarana penyampaian pesan politik, seharusnya memanfaatkan teknologi ini sebagai media pendidikan politik yang sehat kepada masyarakat," ujar Djarot.

BACA JUGA: Pesan Megawati di Sekolah Partai: Kader Partai Tak Boleh Lupa Diri

Tantangan Bangsa Indonesia di Era Internet of Things menurut Djarot, berkaitan dengan masalah separatisme, fanatisme, dan berita bohong (hoax) benturan-benturan agama.

"Masalah kebhinnekaan mengarah ke separatisme dan rasisme yang muncul merupakan tantangan persaudaraan bangsa. Lalu Fanatisme absolut terhadap keseragaman yang berbeda dengan keberagamaan, solidaritas gerakan masyarakat mengarah  kepada kelompok sendiri menciptakan dikotomi antara golongan," tandasnya.

Selain itu, mengatasnamakan kebebasan yang berlebihan dapat memicu perpecahan dan ketegangan masyarakat yang multikultural. Berita bohong mudah tersebar untuk mempengaruhi opini dan perilaku publik.

Menurutnya, konflik dunia maya dapat berkembang menjadi konflik SARA yang nyata, muncul aksi-aksi yang menggalang solidaritas kelompok tertentu, melawan  kelompok lain.

BACA JUGA: Hasto kepada Influencer Partai: Seluruh Kader Harus Melek Media Sosial

"Benturan antar-peradaban dan agama akan menjadi penyebab sebuah konflik. Konflik  sosial melalui isu etnik ataupun agama dalam hubungan antar masyarakat, nasional maupun global," katanya.

Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa harus menyadarkan kembali bahwa Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia Kebhinekaan merupakan kekayaan filosofi masyarakat.

Djarot mengungkapkan, saat ini rata-rata orang Indonesia menggunakan internet selama 7 jam  42 menit setiap harinya.

BACA JUGA: Ari Junaedi Beberkan Teknik 'Cetar' Berdebat dan Menjadi Narasumber

Dalam era ini katanya, masyarakat begitu mudah untuk mengakses, membaca, membuat bahkan menyebarkan berbagai informasi, sehingga saat ini  munculah istilah buzzer, influencer, selebgram, haters maupun content creator di  platform media sosial.

"Bahkan, media massa online pun sering mengangkat tema  berita dari isu medsos yang sedang trending, begitupun sebaliknya. Opini yang  muncul dalam medsos akan dianggap penting oleh masyarakat. Ditambah sifat  masyarakat Indonesia sendiri yang suka dengan narasi melodrama (mellodramatic)," tandasnya.

Dalam penguatan akar ideologi, Djarot mengatakan, setiap Kader harus memiliki pemahaman dan kesadaran ideologi, memiliki pengetahuan, pengabdian, kesadaran politik, memiliki kesadaran berpartai, kesadaran lingkungan dan sosial, dan budipekerti yang tinggi.

"Juga harus memiliki kesadaran untuk menyelesaikan masalah pokok rakyat, memiliki kesadaran untuk menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi terapan, dan menjadikan kegiatan penelitian dan  pengembangan untuk diabdikan kepada Partai," tuturnya.

Menurutnya, kader PDI Perjuangan harus memahami tiga perspektif utama yaitu historis atau kesejarahan PDI Perjuangan, Ideologis, dan kerakyatan.

"Historis atau kesejarahan, sejatinya PDI Perjuangan merupakan partai yang berakar dari rakyat dan ada sejak Bung Karno  mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang berjuang untuk Kemerdekaan Republik Indonesia. Pespektif historis ini  penting bahwa PDI Perjuangan bukan partai kemarin sore, partai ini masih tetap ada sampai sekarang karena dukungan rakyat," ujarnya.

Lalu Ideologis, di mana Bung Karno telah merumuskan Pancasila sebagai falsafah dasar yang digali dari rakyat sendiri. Ideologi Pancasila merupakan ideologi bangsa yang menjadi landasan untuk merancang kebijakan agar rakyat Indonesia dapat hidup  lebih baik, anaknya cerdas, menguasai ilmu pengetahuan, dan teknologi.

"Lalu kerakyatan, kader muda PDI Perjuangan wajib mengobarkan semangat kerakyatan. Semua harus mengingat bahwa PDI Perjuangan bisa menang dua kali berturut-turut di dua pemilu terakhir, karena dukungan rakyat dan bertekad mencatatkan rekor menang hattrick pemilu berturut-turut pertama semenjak  reformasi," tutupnya. (*)