• Jumat, 26 April 2024

Antisipasi Penyebaran Paham Radikal, Pendiri NII Beri Penguatan Pancasila di UMM Metro

Selasa, 14 Maret 2023 - 13.40 WIB
360

Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Kurniawan alias Ken Setiawan saat memberikan materi Pancasila kepada puluhan mahasiswa di Metro. Foto: Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan memberikan materi penguatan Pancasila ke puluhan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Metro (UMM) yang berlangsung di aula lantai 2 gedung HI kampus setempat, Selasa (14/3/2023).

Hal tersebut sebagai upaya mengantisipasi ancaman paparan paham radikalisme dan terorisme ke kalangan pemuda.

Dari pantauan Kupastuntas.co, kegiatan yang digelar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Metro tersebut juga menggandeng Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Kementerian Agama (Kemenag) dan Duta Damai Provinsi Lampung.

Pendiri NII Crisis Center, Kurniawan alias Ken Setiawan mengungkapkan, ancaman paham selain Pancasila di Indonesia bagaikan virus Covid-19. Yang mana setiap orang dapat terpapar paham tersebut tanpa gejala apapun.

"Bukan hanya covid, tapi juga Pancasila dikepung oleh virus intoleransi, radikalisme dan bahkan virus terorisme. Menariknya adalah ada juga orang yang terpapar seperti covid yang sebenarnya anti Pancasila, tapi mereka OTG atau orang tanpa gejala. Jadi orang-orang itu terpapar tanpa gejala, dia sudah ada jiwa intoleransi dalam dirinya," ungkap Ken dalam materinya.

Pria kelahiran Kebumen pada 10 September 1979 silam tersebut juga mengungkapkan bahwa ancaman kelompok radikal yang dapat merongrong kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah menyebar di berbagai aspek kehidupan.

"Bahkan bukan hanya masyarakat umum, pejabat kita, bahkan mohon maaf di aparat kita itu juga banyak yang terpapar. Dan untuk melihatnya kita ada namanya antigen atau PCR, mudah sekali sebenarnya. Jadi kalau kita memahami Pancasila jangankan lima sila, satu sila saja kita aplikasikan pada sila pertama, kita jamin kita akan menjadi orang yang damai. Untuk melihat orang itu intoleran atau tidak dengan sila pertama pun kita dapat melihat," bebernya.

Pria yang pernah bergabung dalam organisasi terlarang di Indonesia tersebut juga menceritakan, dirinya dahulu adalah seorang penganut anti Pancasila, namun setelah mengenal dan mempelajari Pancasila dirinya memutuskan untuk hijrah.

"Jadi pada waktu itu Pancasila itu hal yang sangat kita musuhi, tapi alhamdulillah bisa keluar dan saya tidak menyangka tahun 2019 saya diundang menjadi narasumber di kongres Pancasila. Saya juga kaget, Saya orang yang anti Pancasila kok disuruh bicara soal Pancasila," terangnya.

"Alasan saya kenapa keluar, dulu orang yang anti Pancasila sekarang berani mengkampanyekan Pancasila sebagai alat pemersatu. Menarik memang jika berbicara tentang Pancasila, karena hari ini jujur Pancasila dikepung oleh banyak sekali ancaman," imbuhnya.

Ia juga mengaku pernah mendapatkan penghargaan dari Gubernur NII atas capaiannya merekrut banyak pengikut. Namun kini, dirinya bersyukur telah keluar dari organisasi terlarang tersebut.

"Sayang di KTP nama saya Kurniawan, nama Ken Setiawan itu nama saya yang ke-11. Saya itu dapat piagam penghargaan dari Bupati dan gubernur sebagai perekrut terbaik pada saat itu tapi bukan pejabat NKRI, dari gubernur NII, Negara Islam Indonesia," ceritanya.

"Dulu bangga karena merasa menyelamatkan banyak orang tapi sekarang menyesal. Saya sudah banyak ketemu dengan senior-senior mantan alumni teroris di Lampung, mantan teroris Afghanistan yang meminta saya untuk memperbaiki diri dan mempelajari Pancasila agar menjadi orang yang damai," lanjutnya.

Pendiri pusat rehabilitasi korban jaringan NII maupun organisasi radikal sejenis lainnya yang diberi nama NII Crisis Center tersebut mengaku akan terus memberi penguatan dan pengamalan Pancasila kepada masyarakat dan generasi muda penerus bangsa.

"Saya banyak dipertemukan dengan orang-orang yang berbeda agama, untuk mengenal perbedaan ini yang menjadi kehendak Tuhan. Jadi founding father kita itu sangat luar biasa termasuk para ulama yang merumuskan Pancasila ini, lalu bagaimana menyikapi perbedaan ini dengan bhinneka tunggal Ika walaupun berbeda-beda kembali pada sila pertama yang tidak perlu kita perdebatkan," tandasnya.

Dalam kesempatan itu, Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Lampung, Puji Raharjo yang diwakili H. Syahro sebagai pemateri menerangkan soal ideologi bangsa Indonesia adalah Pancasila.

"Negara kita adalah negara Pancasila, yang sejak awal berdirinya sudah mengambil Darussalam yang artinya Nagara damai, bukan Darulislam. Yang Islam dan agama lainnya terwakili oleh pancasila yang pertama adalah Ketuhanan yang Maha Esa, dan ini sudah disepakati secara nasional," ujarnya.

"Baik itu Muhammadiyah maupun Nahdlatul ulama yang mayoritas ada di Indonesia ini sudah sepakat tidak menjadi kendala kita menjadi bangsa. Oleh karenanya tentu kita sebagai generasi penerus hari ini, kita perlu bersyukur dan bangga dengan para pendiri bangsa kita. Kemudian kita bersyukur negara Indonesia yang bukan negara agama tetapi menempatkan agama sebagai sesuatu yang sangat penting," lanjutnya.

Sementara itu, Ketua IMM Fakultas Hukum, Fiko Mahardika Putra menerangkan, target dari kegiatan Forum Diskusi Masyarakat (Fodim) ke-2 bertema Adakah Pancasila Didirimu? ialah untuk memotivasi anak muda dalam upaya menangkal faham radikal.

"Target dalam kegiatan ini adalah untuk memotivasi anak muda supaya mereka bisa mengantisipasi ancaman terorisme dan menanamkan nilai Pancasila di dalam diri, karena untuk saat ini anak muda harus tetap semangat untuk mengamalkan Pancasila itu. Karena ancaman terorisme itu ada namun memang pergerakannya senyap, itu yang kami nilai sangat perlu sekali diantisipasi oleh mahasiswa," ucapnya.

Fiko mengaku banyak mendapatkan pemahaman tentang upaya mencegah beredarnya faham radikal dilingkungan kampus.

"Dalam penyampaian materi ini kami banyak mengetahui tentang bagaimana pergerakan dan perekrutan yang perlu kita tangkal. Ini sangat penting agar mahasiswa itu paham bagaimana cara pencegahan dan cara mengatasinya," kata dia.

"Karena persoalan terorisme ini sudah sangat urgen sekali karena menyangkut bela negara juga kan, jadi Pancasila ini memang harus diterapkan dalam diri mahasiswa agar dapat menjaga kedaulatan NKRI," tandasnya. (*)