Antisipasi Penyebaran Paham Radikal, Pendiri NII Beri Penguatan Pancasila di UMM Metro

Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Kurniawan alias Ken Setiawan saat memberikan materi Pancasila kepada puluhan mahasiswa di Metro. Foto: Arby/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co,
Metro - Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan
memberikan materi penguatan Pancasila ke puluhan Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Metro (UMM) yang berlangsung di aula lantai 2 gedung HI kampus
setempat, Selasa (14/3/2023).
Hal
tersebut sebagai upaya mengantisipasi ancaman paparan paham radikalisme dan
terorisme ke kalangan pemuda.
Dari
pantauan Kupastuntas.co, kegiatan yang digelar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM) Kota Metro tersebut juga menggandeng Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme (BNPT), Kementerian Agama (Kemenag) dan Duta Damai Provinsi Lampung.
Pendiri
NII Crisis Center, Kurniawan alias Ken Setiawan mengungkapkan, ancaman paham
selain Pancasila di Indonesia bagaikan virus Covid-19. Yang mana setiap orang
dapat terpapar paham tersebut tanpa gejala apapun.
"Bukan
hanya covid, tapi juga Pancasila dikepung oleh virus intoleransi, radikalisme
dan bahkan virus terorisme. Menariknya adalah ada juga orang yang terpapar
seperti covid yang sebenarnya anti Pancasila, tapi mereka OTG atau orang tanpa
gejala. Jadi orang-orang itu terpapar tanpa gejala, dia sudah ada jiwa
intoleransi dalam dirinya," ungkap Ken dalam materinya.
Pria
kelahiran Kebumen pada 10 September 1979 silam tersebut juga mengungkapkan
bahwa ancaman kelompok radikal yang dapat merongrong kedaulatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) telah menyebar di berbagai aspek kehidupan.
"Bahkan
bukan hanya masyarakat umum, pejabat kita, bahkan mohon maaf di aparat kita itu
juga banyak yang terpapar. Dan untuk melihatnya kita ada namanya antigen atau
PCR, mudah sekali sebenarnya. Jadi kalau kita memahami Pancasila jangankan lima
sila, satu sila saja kita aplikasikan pada sila pertama, kita jamin kita akan
menjadi orang yang damai. Untuk melihat orang itu intoleran atau tidak dengan
sila pertama pun kita dapat melihat," bebernya.
Pria yang
pernah bergabung dalam organisasi terlarang di Indonesia tersebut juga
menceritakan, dirinya dahulu adalah seorang penganut anti Pancasila, namun
setelah mengenal dan mempelajari Pancasila dirinya memutuskan untuk hijrah.
"Jadi
pada waktu itu Pancasila itu hal yang sangat kita musuhi, tapi alhamdulillah
bisa keluar dan saya tidak menyangka tahun 2019 saya diundang menjadi
narasumber di kongres Pancasila. Saya juga kaget, Saya orang yang anti
Pancasila kok disuruh bicara soal Pancasila," terangnya.
"Alasan
saya kenapa keluar, dulu orang yang anti Pancasila sekarang berani
mengkampanyekan Pancasila sebagai alat pemersatu. Menarik memang jika berbicara
tentang Pancasila, karena hari ini jujur Pancasila dikepung oleh banyak sekali
ancaman," imbuhnya.
Ia juga
mengaku pernah mendapatkan penghargaan dari Gubernur NII atas capaiannya
merekrut banyak pengikut. Namun kini, dirinya bersyukur telah keluar dari
organisasi terlarang tersebut.
"Sayang
di KTP nama saya Kurniawan, nama Ken Setiawan itu nama saya yang ke-11. Saya
itu dapat piagam penghargaan dari Bupati dan gubernur sebagai perekrut terbaik
pada saat itu tapi bukan pejabat NKRI, dari gubernur NII, Negara Islam
Indonesia," ceritanya.
"Dulu
bangga karena merasa menyelamatkan banyak orang tapi sekarang menyesal. Saya
sudah banyak ketemu dengan senior-senior mantan alumni teroris di Lampung,
mantan teroris Afghanistan yang meminta saya untuk memperbaiki diri dan
mempelajari Pancasila agar menjadi orang yang damai," lanjutnya.
Pendiri
pusat rehabilitasi korban jaringan NII maupun organisasi radikal sejenis
lainnya yang diberi nama NII Crisis Center tersebut mengaku akan terus memberi
penguatan dan pengamalan Pancasila kepada masyarakat dan generasi muda penerus
bangsa.
"Saya
banyak dipertemukan dengan orang-orang yang berbeda agama, untuk mengenal
perbedaan ini yang menjadi kehendak Tuhan. Jadi founding father kita itu sangat
luar biasa termasuk para ulama yang merumuskan Pancasila ini, lalu bagaimana
menyikapi perbedaan ini dengan bhinneka tunggal Ika walaupun berbeda-beda
kembali pada sila pertama yang tidak perlu kita perdebatkan," tandasnya.
Dalam
kesempatan itu, Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Lampung, Puji Raharjo yang
diwakili H. Syahro sebagai pemateri menerangkan soal ideologi bangsa Indonesia
adalah Pancasila.
"Negara
kita adalah negara Pancasila, yang sejak awal berdirinya sudah mengambil
Darussalam yang artinya Nagara damai, bukan Darulislam. Yang Islam dan agama
lainnya terwakili oleh pancasila yang pertama adalah Ketuhanan yang Maha Esa,
dan ini sudah disepakati secara nasional," ujarnya.
"Baik
itu Muhammadiyah maupun Nahdlatul ulama yang mayoritas ada di Indonesia ini
sudah sepakat tidak menjadi kendala kita menjadi bangsa. Oleh karenanya tentu
kita sebagai generasi penerus hari ini, kita perlu bersyukur dan bangga dengan
para pendiri bangsa kita. Kemudian kita bersyukur negara Indonesia yang bukan
negara agama tetapi menempatkan agama sebagai sesuatu yang sangat
penting," lanjutnya.
Sementara
itu, Ketua IMM Fakultas Hukum, Fiko Mahardika Putra menerangkan, target dari
kegiatan Forum Diskusi Masyarakat (Fodim) ke-2 bertema Adakah Pancasila
Didirimu? ialah untuk memotivasi anak muda dalam upaya menangkal faham radikal.
"Target
dalam kegiatan ini adalah untuk memotivasi anak muda supaya mereka bisa
mengantisipasi ancaman terorisme dan menanamkan nilai Pancasila di dalam diri,
karena untuk saat ini anak muda harus tetap semangat untuk mengamalkan
Pancasila itu. Karena ancaman terorisme itu ada namun memang pergerakannya
senyap, itu yang kami nilai sangat perlu sekali diantisipasi oleh
mahasiswa," ucapnya.
Fiko
mengaku banyak mendapatkan pemahaman tentang upaya mencegah beredarnya faham
radikal dilingkungan kampus.
"Dalam
penyampaian materi ini kami banyak mengetahui tentang bagaimana pergerakan dan
perekrutan yang perlu kita tangkal. Ini sangat penting agar mahasiswa itu paham
bagaimana cara pencegahan dan cara mengatasinya," kata dia.
"Karena
persoalan terorisme ini sudah sangat urgen sekali karena menyangkut bela negara
juga kan, jadi Pancasila ini memang harus diterapkan dalam diri mahasiswa agar
dapat menjaga kedaulatan NKRI," tandasnya. (*)
Berita Lainnya
-
Antisipasi Keracunan, Disdikbud Wajibkan Sekolah di Kota Metro Awasi Jajanan Pelajar
Senin, 12 Mei 2025 -
Jaga Lingkungan Berkelanjutan, Remaja Metro Lampung Wakili Indonesia di Ajang Dunia
Minggu, 11 Mei 2025 -
Libur Waisak, Polres Metro Siaga Penuh dan Intensifkan Patroli Malam
Sabtu, 10 Mei 2025 -
Suasana Haru Warnai Pelepasan 320 Calon Jemaah Haji Asal Metro
Sabtu, 10 Mei 2025