• Sabtu, 23 November 2024

HNSI Bandar Lampung: Cuaca Ekstrem Hingga Limbah Perusahaan Faktor Penyebab Tangkapan Nelayan Minim

Minggu, 12 Maret 2023 - 20.51 WIB
382

Sejumlah nelayan di pesisir kota Bandar Lampung. Foto: Dok/Kupastuntas.co

Sri

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) kota Bandar Lampung, Kusaeri Suwandi menyebut, minimnya hasil tangkap nelayan disebabkan banyak faktor. Selain saat ini cuacanya ekstrem, tapi limbah rumah tangga maupun limbah perusahaan juga turut mempengaruhi.

Informasi yang ada dari nelayan, memang saat ini teluk Lampung hasil tangkapannya minim, sehingga nelayan Bandar Lampung melakukan penangkapan di luar zona tangkap mereka.

"Mereka banyak ke pesisir timur Lampung, yaitu di labuhan Maringgai, Kuala Penet dan sekitarnya sampai ke Mesuji," kata Suwandi, saat dihubungi kupastuntas.co, Minggu (12/3/2023) malam.

Lanjut Suwandi, bahwasanya kondisi teluk Lampung untuk tumbuh kembangnya biota laut dan ikan sudah dikategorikan darurat. 

Hal itu dibuktikan dengan banyaknya sampah yang mengotori teluk Lampung, lalu dipenuhi limbah rumah tangga maupun limbah perusahaan yang dibuang secara ilegal atau diam-diam.

Dengan kondisi pesisir laut tersebut, pihaknya telah berupaya berkoordinasi dengan dinas lingkungan hidup (DLH) kota maupun provinsi. "Namun jangankan terkait sampah laut, terkait sampah darat saja mereka sudah kewalahan," ujarnya.

"Laut kewenangannya di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi. Sedangkan provinsi sendiri belum pernah ada tindakan untuk bagaimana berupaya, atau minimal mengkampanyekan lah terhadap bagaimana menjaga kebersihan laut dari sampah-sampah yang ada," ungkapnya.

Akan tetapi kata Suwandi, pihaknya tidak tinggal diam dan berupaya meminta bantuan pada BUMN Pelindo untuk meminta bagaimana membersihkan sampah menggunakan kapal mereka.

"Tapi itu juga terbatas, karena pembersihan sampah hanya di lalu lintas dermaganya saja. Namun maksud kita sampah ini kan banyak di zona yang lebih luas, seperti di zona konservasi dan juga tangkap nelayan. Sehingga kita juga minta CSR nya untuk bisa memberikan perahu untuk melakukan pembersihan laut," ucapnya.

Manager Advokasi dan Kajian Mitra Bentala Lampung, Mashabi mengaku, nelayan sulit mencari ikan lantaran kondisi pesisr yang telah terjadi kerusakan ekosistem nya. Sehingga biota laut seperti ikan terganggu untuk berkembang biak.

"Kondisi perairan yang tidak cocok dan tidak nyaman lagi untuk berkembangbiaknya biota laut karena terjadi pencemaran. Baik terumbu karang hancur serta sampah yang menumpuk," kata Mashabi.

Sementara Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Bandar Lampung menyebut kini nelayan semakin sulit menangkap ikan di perairan pesisir Bandar Lampung. Hal itu disebabkan di wilayah pesisir marak berdiri pabrik dan pemukiman penduduk. Ditambah kondisi terumbu karang yang sudah rusak.

Kepala DKP Bandar Lampung, Erwin mengatakan, saat ini di wilayah perairan pesisir Bandar Lampung sudah tidak ada lagi ikan besar yang bisa ditangkap oleh nelayan.

Kini para nelayan tidak bisa lagi mencari ikan besar di wilayah perairan laut Bandar Lampung. Sehingga para nelayan harus mencari ikan hingga ke perairan laut Pesawaran dan daerah lainnya.

"Ikan di perairan pesisir Bandar Lampung sudah jauh berkurang. Karena bisa dilihat sendiri di wilayah pesisir kita sudah banyak berdiri pabrik dan pemukiman penduduk serta terumbu karang sudah rusak. Ikan itu banyaknya di daerah perairan pedalaman yang jarang penduduknya. Sementara sebagian besar ekosistem ikan di perairan Bandar Lampung kini sudah rusak," kata Erwin.

Erwin mengungkapkan, saat ini nelayan di Bandar Lampung harus melaut semakin jauh agar bisa mendapatkan posisi ekosistem ikan.

"Namanya kita mencari ikan di alam bebas, tentu kita mencari tempat berkumpulnya ikan. Dan di pesisir Bandar Lampung sudah jarang bahkan tidak ada lagi," jelasnya. (*)


Video KUPAS TV : Limbah McDonald's Bandar Lampung Diduga Cemari Sumur Warga