Mirisnya Kondisi Dua Sekolah di Lambar, Gedung Rusak, Hingga Guru yang Jarang Masuk

Kondisi memprihatinkan ruang belajar di SMP 2 Satu Atap, Pekon Ujung Rembun Kecamatan Lumbok Seminung. Foto: Echa/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co,
Lampung Barat - Mendapatkan fasilitas pendidikan yang layak nampaknya belum
sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat di Kabupaten Lampung Barat, pasalnya di
Pekon (Desa) Ujung Rembun, Kecamatan Lumbok Seminung siswa-siswi harus belajar
di ruang kelas yang kondisinya cukup memprihatinkan.
Berdasarkan pantauan
Kupastuntas.co di dua sekolah yang di kunjungi beberapa waktu lalu yaitu
Sekolah Dasar (SD) 1 Sukabanjar 2 dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2
Satu Atap Pekon Ujung Rembun Kecamatan Lumbok Seminung kondisi ruang kelas
sudah tidak layak untuk digunakan sebagai tempat belajar.
Seperti halnya di SD N
1 Sukabanjar, ruang kelas yang seyogianya menjadi tempat anak-anak menimba ilmu
tak ubahnya seperti gudang yang tidak terurus, plafon ruang kelas sudah banyak
yang hancur, kaca ada yang sudah pecah, serta meja dan kursi tidak tersusun
rapi seperti tidak pernah ada kegiatan belajar mengajar di dalam nya.
Kondisi lantai keramik sudah banyak yang hancur bahkan beberapa bagian atap sudah tidak ada akibat terbawa angin kencang, bukan hanya di ruang kelas bahkan di ruang guru pun hanya terlihat buku-buku lama yang sudah usang dipenuhi dengan debu layaknya ruangan yang sudah lama ditinggal penghuninya.
Gedung TU yang Baru
Kondisi yang sama juga terjadi di SMP N 2 Satu Atap yang berada di Pekon Ujung Rembun, banyak sarana prasarana yang rusak dan tidak terawat bahkan gedung laboratorium terbengkalai, parahnya lagi ketika di sambangi pada hari Sabtu lalu tidak ada kegiatan belajar mengajar yang terjadi di sekolah itu.
Sebab dengan kondisi ruang belajar yang sangat memprihatinkan itu, kegiatan belajar mengajar di dua sekolah itu menjadi tidak efektif, hal itu pun diakui oleh sejumlah orang tua siswa saat dikunjungi di kediaman masing-masing, bahkan mereka mengaku dalam seminggu kegiatan belajar mengajar bisa dilakukan hanya dua hari.
"Seminggu itu bisa hanya dua kali masuk karena kondisi ruang belajar nya seperti itu, ditambah guru-gurunya juga jarang masuk jadi anak-anak ada yang sudah berangkat sampai di sekolah pulang lagi karena gurunya enggak ada, ditambah gedungnya juga sudah kayak gitu jadi anak-anak jadi takut untuk ke sekolah," kata salah satu ibu siswa yang enggan disebut namanya.
Selama ini kata dia banyak anak-anak yang memilih sekolah di tempat lain yang lebih layak meskipun jarak yang ditempuh lebih jauh, sebab pertimbangan keselamatan dan efektifitas belajar mengajar yang dinilai kurang maksimal itu menjadi alasan masyarakat memindahkan anaknya untuk bersekolah di tempat lain.
"Kasian anak-anak kan dari pagi udah semangat mau belajar tapi sampai sana guru enggak ada, ditambah kondisi gedung yang katanya udah banyak rusak, kursi meja udah banyak yang rusak, jadi lebih milih di sekolah lain yang lebih jauh enggak apa-apa yang penting sekolah bener-bener," kata dia.
Dirinya juga berharap agar Dinas terkait lebih memprioritaskan pembangunan ruang belajar di banding pembangunan lain yang tidak ada manfaatnya bagi siswa-siswi yang bersekolah disana.
"Kalau guru ya namanya juga guru tugasnya mengajar mendidik siswa-siswi di sekolah, harusnya yang di prioritaskan adalah siswa-siswinya, kalau guru dibangunkan gedung apa urgensinya, apa memang guru lebih penting di banding anak-anak yang nyatanya sebagai generasi penerus bangsa ini," tegasnya.
Pembangunan Gedung TU Diduga Bermasalah
Ironisnya ditengah
kondisi ruang belajar serta fasilitas sarana prasarana yang sangat
memprihatinkan itu, Pemerintah Kabupaten Lampung Barat melalui Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan (Disdikbud) justru membangun gedung ruang Tata Usaha (TU) di
SMPN 2 Satu Atap yang dinilai masyarakat tidak terlalu urgent untuk dibangun.
Dilihat dari papan
plang proyek dilokasi, pembangunan gedung TU itu menelan anggaran yang cukup
besar yaitu Rp421.636.000. Namun anggaran yang cukup fantastis itu menimbulkan
banyak pertanyaan dari warga setempat, pasalnya pembangunan gedung yang tidak lebih
besar dari ruang kelas itu dinilai tidak sesuai dengan anggaran yang di gelontorkan
sehingga diduga kuat sarat korupsi, apalagi lokasi pembangunan yang sangat jauh
dari pantauan karena berada di daerah terpencil.
Pembangunan yang di anggarkan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) itu dikerjakan oleh CV Prima Mandiri dengan masa pengerjaan selama 150 hari kalender terhitung sejak 23 Juni 2022 lalu, dengan konsultan pengawasan CV. Mega Cipta Perkasa dan jika di hitung berdasarkan kontrak awal diperkirakan pekerjaan itu selesai pada November 2022.
Berdasarkan informasi
dari sejumlah warga sekitar, pembangunan gedung TU itu justru baru rampung pada
Januari 2023, artinya hal tersebut sudah menyalahi tahun anggaran, masyarakat
pun mempertanyakan pengawasan yang dilakukan oleh pihak terkait, dengan
anggaran yang begitu besar namun pengerjaan nya diduga sarat penyimpangan.
"Pembangunan nya
kalau enggak salah baru selesai awal tahun kemarin, karena saya kan tiap hari
cari rumput disini jadi seingat saya baru selesai Januari kemarin ini dibangunnya,"
kata warga setempat yang enggan di sebutkan namanya saat dikunjungi.
Selain diduga menyalahi tahun anggaran dalam pengerjaan nya, pembangunan gedung yang belum lama itu juga diduga kuat dari segi kualitas dan kuantitas atau volume fisik tidak sesuai dengan anggaran yang digelontorkan atau mark up, karena pada beberapa bangunan gedung juga terlihat sudah ada yang mengalami kerusakan padahal baru selesai dibangun, seperti pada bagian lantai banyak keramik yang sudah pecah.
Hal tersebut sangat di sayangkan pasalnya jika anggaran tersebut di alokasikan untuk pembangunan yang lebih prioritas seperti ruang kelas tentu manfaatnya lebih dirasakan masyarakat.
Ketika hendak dimintai
tanggapan, beberapa kali ditemui Kepala Bidang Pendidikan Dasar pada dinas
Pendidikan dan Kebudayaan setempat, Seno Susanto tidak pernah ada ditempat.
Dihubungi melalui sambungan selulernya belum merespon.
Ketika wartawan
mengunjungi ruang kerjanya pada Selasa (28/02/2023) kemarin, salah satu staf
nya mengatakan bahwa yang bersangkutan sedang tidak ada di ruangan, namun
ketika wartawan hendak keluar melihat yang bersangkutan sedang merokok di
ruangan lain tetapi ketika di hubungi dan di telepon berkali-kali tidak
memberikan respon. (*)
Berita Lainnya
-
Hapkido Lampung Barat Sabet 13 Medali di Ajang Kejurda 2025
Senin, 12 Mei 2025 -
20 Pejabat Eselon ll Pemkab Lambar Ikut Uji Kompetensi Jelang Mutasi, Ini Jadwalnya
Minggu, 11 Mei 2025 -
POPKAB II Lampung Barat Digelar Juli 2025, Jadi Ajang Seleksi Atlet Menuju Porprov
Kamis, 08 Mei 2025 -
Tiga Pelajar Asal Lampung Barat Lolos Paskibraka Provinsi, Satu Menuju Istana
Kamis, 08 Mei 2025