• Sabtu, 20 April 2024

Harga Kopi Melambung Tinggi, Petani Kopi di Tanggamus Kok Galau?

Minggu, 26 Februari 2023 - 20.13 WIB
574

Petani kopi di Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus melakukan petik merah buah kopi. Foto: Sayuti/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Tanggamus - Petani kopi di Kabupaten Tanggamus galau di tengah tingginya harga biji kopi di kisaran Rp26.000-Rp 27.000 per kilogram, mengapa tidak, kenaikan harga itu dibarengi juga dengan kenaikan bahan pokok lainnya.

Iyus (45) Petani kopi di Kecamatan Pulaupanggung, mengaku, membaiknya harga biji kopi saat ini belum memuaskan petani, dan belum bisa memperbaiki ekonomi petani.

Penyebabnya adalah, naiknya harga kopi bersamaan melambungnya harga kebutuhan pokok, harga obat-obatan, ongkos angkut dan ongkos petik.

"Jadi idealnya dengan kondisi serba mahal ini, harga biji kopi minimal Rp30 ribu per kilogram. Bayangkan saja harga beras saat ini Rp13 ribu per kilogram. Itu artinya 1 kilogram biji kopi hanya dapat 2 kilogram beras, belum harga lainnya," ungkapnya.

Misno (42), petani kopi di Kecamatan Airnaningan mengibaratkan harga biji kopi saat ini bisa membasuh keringat petani yang sudah memfokuskan waktu, tenaga, pikiran dan uang untuk tanaman kopi.

Dikatakannya, pada musim kopi sebelumnya para petani menangis sedih karena dihadapkan pada anjloknya harga biji kopi.

"Musim kali ini pun kami tidak begitu gembira, karena membaiknya harga tidak dibarengi produksi yang bagus. Produktivitas panen kali ini turun hingga 40 persen," katanya.

Meski demikian para petani kopi disentra penghasil kopi robusta di Bumi Begawi Jejama seperti di Kecamatan Ulubelu, Airnaningan, Pulaupanggung, Talangpadang, dan Sumberejo mengaku senang mendapatkan keuntungan dari hasil kerja keras mereka.

Budi (31), salah seorang petani kopi milenial di Kecamatan Ulubelu mengatakan, saat ini harga biji kopi dibeli para pengepul dikisaran harga Rp26 ribu-Rp27 ribu per kilogram. Harga ini jauh lebih tinggi dari harga musim sebelumya sebesar Rp20 ribu per kilogram.

"Harga segini (Rp26 ribu-Rp27 ribu) sudah bisa menghibur kami, yang bekerja keras selama setahun. Bisa membantu kami," kata dia.

Nikmatnya cita rasa kopi Robusta asal Kabupaten Tanggamus, tidak hanya dinikmati pecinta kopi dalam negeri, tetapi juga hingga mancanegara. Tetapi nasib petani kopi di daerah ini masih terus berjuang untuk sejahtera dari budidaya kopi.

Untuk bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, para petani kopi di Tanggamus mulai melakukan diversifikasi (memvariasikan tanaman) utama kopi dengan alpukat, vanili dan sebagainya. Bahkan menggabungkan kopi dengan ternak kambing.

"Dengan pola diversifikasi kopi dengan tanaman lain bahkan dengan ternak, kehidupan kami mulai baik. Karena kami tidak hanya mengandalkan dari kopi yang setahun sekali," ujar Kasdi,  petani di Ulubelu.

Dikatakannya,  jika hanya mengandalkan kopi maka tidak ada nilai tambah bahkan petani selama ini hanya menjadi objek bagi para pemodal.

"Harga kopi ini tak menentu, tergantung maunya pemodal. Berbagai cara kami lakukan agar harganya tinggi, mulai dari proses semi basah, panen petik merah,menjemur dengan ubin, tetap saja tidak ada nilai tambah," katanya. (*)