Harga Kopi Melambung Tinggi, Petani Kopi di Tanggamus Kok Galau?
Kupastuntas.co, Tanggamus - Petani kopi di Kabupaten
Tanggamus galau di tengah tingginya harga biji kopi di kisaran Rp26.000-Rp
27.000 per kilogram, mengapa tidak, kenaikan harga itu dibarengi juga dengan
kenaikan bahan pokok lainnya.
Iyus (45) Petani kopi di Kecamatan Pulaupanggung, mengaku,
membaiknya harga biji kopi saat ini belum memuaskan petani, dan belum bisa
memperbaiki ekonomi petani.
Penyebabnya adalah, naiknya harga kopi bersamaan
melambungnya harga kebutuhan pokok, harga obat-obatan, ongkos angkut dan ongkos
petik.
"Jadi idealnya dengan kondisi serba mahal ini, harga
biji kopi minimal Rp30 ribu per kilogram. Bayangkan saja harga beras saat ini
Rp13 ribu per kilogram. Itu artinya 1 kilogram biji kopi hanya dapat 2 kilogram
beras, belum harga lainnya," ungkapnya.
Misno (42), petani kopi di Kecamatan Airnaningan
mengibaratkan harga biji kopi saat ini bisa membasuh keringat petani yang sudah
memfokuskan waktu, tenaga, pikiran dan uang untuk tanaman kopi.
Dikatakannya, pada musim kopi sebelumnya para petani
menangis sedih karena dihadapkan pada anjloknya harga biji kopi.
"Musim kali ini pun kami tidak begitu gembira, karena
membaiknya harga tidak dibarengi produksi yang bagus. Produktivitas panen kali
ini turun hingga 40 persen," katanya.
Meski demikian para petani kopi disentra penghasil kopi
robusta di Bumi Begawi Jejama seperti di Kecamatan Ulubelu, Airnaningan,
Pulaupanggung, Talangpadang, dan Sumberejo mengaku senang mendapatkan
keuntungan dari hasil kerja keras mereka.
Budi (31), salah seorang petani kopi milenial di Kecamatan
Ulubelu mengatakan, saat ini harga biji kopi dibeli para pengepul dikisaran
harga Rp26 ribu-Rp27 ribu per kilogram. Harga ini jauh lebih tinggi dari harga
musim sebelumya sebesar Rp20 ribu per kilogram.
"Harga segini (Rp26 ribu-Rp27 ribu) sudah bisa
menghibur kami, yang bekerja keras selama setahun. Bisa membantu kami,"
kata dia.
Nikmatnya cita rasa kopi Robusta asal Kabupaten Tanggamus,
tidak hanya dinikmati pecinta kopi dalam negeri, tetapi juga hingga
mancanegara. Tetapi nasib petani kopi di daerah ini masih terus berjuang untuk
sejahtera dari budidaya kopi.
Untuk bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, para
petani kopi di Tanggamus mulai melakukan diversifikasi (memvariasikan tanaman) utama
kopi dengan alpukat, vanili dan sebagainya. Bahkan menggabungkan kopi dengan
ternak kambing.
"Dengan pola diversifikasi kopi dengan tanaman lain
bahkan dengan ternak, kehidupan kami mulai baik. Karena kami tidak hanya
mengandalkan dari kopi yang setahun sekali," ujar Kasdi, petani di Ulubelu.
Dikatakannya, jika
hanya mengandalkan kopi maka tidak ada nilai tambah bahkan petani selama ini
hanya menjadi objek bagi para pemodal.
"Harga kopi ini tak menentu, tergantung maunya pemodal.
Berbagai cara kami lakukan agar harganya tinggi, mulai dari proses semi basah,
panen petik merah,menjemur dengan ubin, tetap saja tidak ada nilai
tambah," katanya. (*)
Berita Lainnya
-
Maling Bobol Rumah Warga Dusun Tegalsari Tanggamus, Dua Motor Dibawa Kabur
Jumat, 17 Januari 2025 -
Ribuan Tenaga Honorer di Tanggamus Gelar Aksi Damai Tuntut Jadi PPPK Penuh Waktu
Rabu, 15 Januari 2025 -
Sempat Rusak Rumah Warga, Kawanan Gajah Liar Tanggamus Berhasil Digiring Masuk TNBBS
Rabu, 08 Januari 2025 -
Pemkab Tanggamus Resmi Bentuk Empat OPD Baru, 29 Pejabat Ditunjuk Sebagai Plt
Jumat, 03 Januari 2025