Pasien Penyakit Tumor Asal Lambar Meninggal di RSUD Abdul Moeloek, Ini Kata Pihak Rumah Sakit
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - DM, ibu warga Pekon (Desa) Luas, Kecamatan Batu Ketulis, Kabupaten Lampung Barat (Lambar), harus menunggu selama 14 hari lamanya untuk bisa menjalani operasi penyakit tumor. Sebelum waktu operasi tiba, ia sudah dinyatakan meninggal dunia.
Saat dimintai keterangan, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Moeloek Lukman Pura, menjelaskan jika pasien rujukan dari RSUD Alimudin Umar Lampung Barat tersebut jika dipaksa dilakukan tindakan operasi dapat memperburuk kondisinya.
"Orang itu jangan berdasarkan dengan kemauan, mengadukan keahlian dengan kemauan keluarga. Karena kadang-kadang ada yang tidak layak dilakukan operasi yang disebabkan karena keadaan kondisi klinis," kata dia saat dimintai keterangan, Rabu (22/2/2023).
Ia mengatakan jika pasien asal Lampung Barat tersebut menderita tumor keganasan yang sudah multi fungsi. Sehingga jika dilakukan tindakan operasi maka dapat memperburuk kondisi pasien itu sendiri.
"Pasien ini keganasan dan ini sudah multi faktor yang memperngaruhi. Jadi ada ketidak mampuan tubuh kalau dia menghadapi operasi. Kalau dioperasi dia membuat buruk kondisi yang ada," jelasnya.
Namun Lukman mengakui jika sampai saat ini tim dokter yang bertugas di rumah sakit masih kurang dalam menjalin komunikasi baik dengan pasien dan juga keluarga pasien yang menunggu.
"Tapi ini kita cari kekurangan nya, karena saya juga merasa seperti kurang komunikasi karena tidak secara utuh keluarga mengetahui kondisi pasien secara klinis. Kemungkinan kurang memberikan keterangan secara holistik kepada keluarga pasien," katanya.
Sebelumnya, Pasien DM, warga Pekon (Desa) Luas, Kecamatan Batu Ketulis, Lampung Barat (Lambar) ini, harus menunggu selama 14 hari untuk bisa menjalani operasi penyakit tumornya. Sebelum waktu operasi tiba, ia sudah meninggal dunia.
Yuni, anak DM mengatakan, ibunya dirujuk dari RSUD Alimudin Umar, Lampung Barat menuju RSUD Abdoel Moeloek, Bandar Lampung, pada Selasa (24/1/2023)
"Ibu sempat dirawat dulu di kampung tepatnya di RSUD Alimudin Umar Lampung Barat beberapa hari. Lalu, pihak RSUD Alimudin Umar memutuskan merujuk ibu ke RSUD Abdul Moeloek di Bandar Lampung," kata Yuni, Selasa (21/2/2023).
Selanjutnya, berkas rujukan bersama pasien dibawa ke RSUD Abdul Moeloek pada Jumat (27/1/2023). Hari itu juga pasien langsung diperiksa oleh dokter. Setelah itu, pasien dipersilahkan pulang dengan tidak diberikan resep obat. Hanya diberitahu untuk datang kembali pada Senin (13/2/2023) untuk kontrol.
Sementara pelaksanaan operasi akan dilaksanakan pada Senin (27/2/2023). Saat itu, kondisi perut pasien sudah membesar. Selanjutnya, pada 13 Februari 2023, keluarga kembali membawa pasien ke RSUD Abdul Moeloek untuk melakukan cek darah dan ronsen.
“Keesokan harinya ibu saya dibawa kembali ke RSUD Abdul Moeloek untuk mengambil hasil cek darah dan ronsen. Berdasarkan hasil cek darah, dokter penyakit dalam meminta ibu untuk rawat inap,” kata Jamal, anak pasien DM lainnya.
Jamal mengungkapkan, selama menjalani perawatan di RSUD Abdul Moeloek, ibunya DM selalu mengeluhkan sakit di bagian perut. Kondisi perut ibunya juga semakin membesar dan terasa panas.
"Selama saya menjaga ibu di rumah sakit, ibu sering mengeluh sakit, gelisah dan serba salah. Perutnya juga semakin besar. Saat saya pegang perutnya terasa panas." ucap Jamal saat ditemui di rumah duka, Selasa (21/2/2023).
Jamal mengaku, serba bingung saat menjaga ibunya yang terus mengeluh sakit pada bagian perutnya. Saat itu, kondisi badan pasien DM semakin kurus. Bahkan, seperti tinggal tulang yang dibungkus kulit.
"Pokoknya ibu itu terus mengeluh sakit. Tidur susah. Badannya semakin kurus kayak tinggal tulang dibungkus kulit. Saya bingung karena belum ada tindakan. Apalagi jadwal operasi masih cukup lama," ujar Jamal.
Tidak tega melihat kondisi pasien DM, Ridwan yang ikut menemani Jamal berinisiatif menemui perawat untuk menyampaikan kondisi pasien yang terus kesakitan, dan sulit bernafas, pada Senin (20/2/2023).
"Melihat kondisi nenek DM yang sudah mengkhawatirkan begitu, saya langsung menemui perawat minta tolong supaya dimajukan operasinya. Biar nenek cepat diambil tindakan," kata Ridwan.
Namun, saat itu perawat mengatakan harus konfirmasi terlebih dahulu kepada dokter yang memberikan jadwal operasi. "Saat itu perawat bilang maaf harus konfirmasi dulu sama dokter, karena dokter yang kasih jadwal bukan dia,” ucap Ridwan sam menirukan jawaban perawat itu.
Jamal mengungkapkan, sebelum meninggal dunia, pasien DM sempat dinyatakan boleh pulang karena dan kondisinya sudah baik oleh dokter visit. Namun, belum sampai satu jam dari pernyataan dokter tersebut, pasien DM menghembuskan napas terakhirnya pada Senin (20/2).
“Kami kaget karena sebelumnya ibu dinyatakan sudah bisa pulang, dan bisa menunggu jadwal antrian operasi dari rumah. Namun tidak berselang lama ibu sudah terbujur kaku di atas tempat tidur rumah sakit,” kata Jamal.
Jamal berharap, pihak RSUD Abdul Moeloek bisa meningkatkan kualitas pelayanan kepada seluruh pasien, sehingga tidak ada lagi pasien yang harus menunggu antrian lama untuk menjalani operasi atau tindakan pengobatan lainnya.
"Kami berharap jangan sampai ada lagi kejadian pasien meninggal karena kelamaan menunggu jadwal operasi. Inikan nyawa orang. Keluarga pastinya sangat terpukul karena merasa tindakan pengobatan sangat lama,” ujarnya. (*)
Video KUPAS TV : Rumah di Belalau Lampung Barat Terbakar, Dua Penghuni Dievakuasi
Berita Lainnya
-
Debat Ketiga Pilgub Lampung 2024, Mirza-Jihan Usung Visi Sambut Indonesia Emas 2045
Selasa, 19 November 2024 -
Debat Terakhir Pilgub 2024, Ardjuno Usung Visi Lampung Sejahtera Sektor Pendidikan, Kesehatan dan Pertanian
Selasa, 19 November 2024 -
UKM Tapak Suci UIN RIL Borong Medali di Lampung Championship 8
Selasa, 19 November 2024 -
Unila Gelar FGD Dukung Pencapaian Visi Indonesia Emas 2045
Selasa, 19 November 2024