• Kamis, 28 November 2024

Pringsewu Surplus Cabai, Petani Diharapkan Mampu Buat Cabai Olahan Bernilai Ekonomis Tinggi

Rabu, 08 Februari 2023 - 09.37 WIB
457

Firdaus Tarunajaya Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Pringsewu, Rabu (8/2/2023). Foto: Yudha/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Pringsewu - Kabupaten Pringsewu surplus cabai, maka dari itu melalui Lembaga Pemberdayan Masyarakat (LPM) yang tersebar di 126 Pekon, diharapkan petani mampu mengolah cabai agar bernilai ekonomis lebih, harga jual lebih tinggi, dan tidak cepat membusuk.

Menurut data Dinas Ketahanan Pangan setempat, penduduk Pringsewu konsumsi cabai merah besar 0,02 Kg per hari dan per orang, dan cabai rawit hijau sebanyak 0,04 Kg pe rhari per orang.

"Kebutuhan cabai besar per minggu kita sebanyak 9 ton dengan ketersediaan 301 ton. Lalu cabai rawit kebutuhannya sebanyak 17 ton per minggu dengan ketersediaan 166 ton, oleh karenanya kebutuhan cabai surplus dan banyak terdistribusi ke Kota Bandar Lampung," kata Firdaus Tarunajaya Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Pringsewu, Rabu (8/2/2023).

Menurutnya, petani cabai di Kabupaten Jejama Secancanan itu, masih menjual cabai hasil pertanian tanpa melakukan pengolahan, hal ini tentunya menyebabkan harga cabai menjadi turun drastis saat masa panen karena jumlah cabai melimpah. Belum lagi soal cabai yang cepat membusuk apabila tidak dijual segera.

Oleh karenanya, pengolahan cabai hasil pertanian menjadi cabai bubuk dianggap sebagai solusi dari harga cabai yang selalu berubah-ubah drastis atau fluktuatif.

"Jika cabai hasil pertanian tersebut diolah menjadi cabai bubuk maka akan bisa bertahan selama 1 tahun tanpa kulkas, apalagi bila disimpan di kulkas tentunya bertahan lebih lama, dibandingkan dengan cabai tampa olahan sekitar 2 Minggu sudah terlihat tanda-tanda kebusukan," ujarnya.

Berkaitan dengan tingkat kepedasan, ia mengklaim cabai kering yang telah diolah tanpa adanya campuran bahan lain akan tetap pedas, dan akan cenderung lebih pedas jika dicampurkan dengan tangkai dari cabai, hal ini juga tentunya menambah bobot cabai kering tersebut.

Namun ia tidak menampik, pengelolahan cabai hasil pertanian menjadi cabai kering  belum berjalan secara maksimal di Pringsewu, para LPM yang telah terbentuk belum maksimal melakukan pengolahan cabai kering.

"Sebenarnya pengolahan cabai kering tidak sulit, hanya dilakukan penjemuran selama 3 hari lalu dilihat kadar airnya sudah dibawah 10 persen atau belum, jika sudah dilanjutkan dengan sterilisasi, kemudian dijemur kembali, lalu terakhir dilakukan penggilingan cabai dan dikemas," tandasnya.

"Harga cabai kering ukuran 100 gram apabila dilakukan ekspor bisa mencapai 28 dolar, atau sekitar Rp420.000. Oleh karena itu, proses mengubah pola pikir dan kebiasaan masyarakat guna mengolah cabai kering kemasan membutuhkan waktu secara bertahap, tidak dapat berubah cepat," terangnya. (*)