• Sabtu, 27 Juli 2024

Cerita Mang Rasmi, Belasan Tahun Jadi Kuli Panggul di Pelabuhan Bakauheni

Senin, 23 Januari 2023 - 15.45 WIB
169

Mang Rasmi saat mengangkat barang bawaan penumpang di Pelabuhan Bakauheni. Foto: Handika/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Selatan - Seorang pria paruh baya tampak sibuk memanggul barang bawaan penumpang pejalan kaki di dalam kapal, yang akan menyeberang dari dermaga reguler Pelabuhan Bakauheni menuju Merak.

Pria itu adalah Rasmi atau biasa dipanggil Mang Rasmi, di usia yang menginjak ke 50 tahun tak terasa sekitar 19 tahun ia telah menggeluti profesi kuli panggul atau yang beken disebut porter pelabuhan.

"Saya masuk porter tahun 2004. Tahun 2000 memang sudah aktifitas di pelabuhan, dulu kita agen mobil di terminal pelabuhan lama-lama rekan sudah banyak kita pindah menjadi ojek. Karena situasi ojek sudah semakin banyak, ada rekan porter ngasih wacana ayolah mang masuk porter aja," ujar Mang Rasmi berkisah saat ditemui didepan loket pejalan kaki Pelabuhan Bakauheni, Senin (23/1/2023).

Pria kelahiran Desa Sidoluhur, Kecamatan Ketapang menyukai pekerjaan porter karena tidak terikat meski hari kerjanya tidak ada kata libur.

"Porter itu, full satu minggu. Cuma dalam satu minggu itu, diambil piket satu malam bergiliran. Jam kerja pagi dari jam 08.00 sampai jam 16.00 WIB, jam malam dari jam 17.00 WIB sudah masuk kerja. Sekuatnya masing-masing, ada yang sampai pagi kalau yang usia seperti kami ini sampai jam 22.00 WIB sudah pulang," lanjut kakek tiga cucu itu.

Pekerjaan mereka terbilang terorganisir, dengan dibekali seragam berwarna merah dan kartu pengenal yang harus di top up sebulan sekali.

"Kita ini termasuk organisasi dibawah naungan kemanan ASDP, baik yang di Bakauheni atau yang di Merak," cetusnya.

Dari jasa panggul itu, ia bisa meraup pundi-pundi rupiah dan cukup untuk menyekolahkan keempat anaknya termasuk nafkah sehari-hari serta bangunan rumah untuk berkumpul bersama keluarga.

"Penghasilan menurut saya tergantung yang Maha Kuasa, baik di porter maupun di usaha apapun. Kadang rejeki lagi bagus ya alhamdulillah bisa keangkat lah Rp200-300 ribu per hari. Tapi kalau pas lagi rejeki kita menurun paling 100 ribu sehari, ya tinggal kita mengaturnya dengan keluarga seperti apa. Kalau dipukul rata, minimnya Rp3 juta udah bisa nyimpen dalam sebulan istilah kata sisa makan," celotehnya sembari tersenyum.

Belasan tahun ia setia menjadi seorang kuli panggul, alasannya karena tidak ada kegiatan lain seperti berkebun ataupun bertani yang bisa Ia lakukan.

"Nggak ada lahan kita mau usaha lain, udah nggak sesuai dengan usia sudah tidak memadai. Yang penting cukup dari hari ke hari, ya di porter ini lah," timpal Mang Rasmi.

Meski begitu, suka dan duka sebagai seorang kuli panggul pernah ia lalui. Namun, Mang Rasmi lebih memilih ikhlas hari demi hari berjibaku dengan pekerjaannya.

"Selagi penghasilan memungkinkan, keluarga sehat, teman-teman nambah persaudaraan nambah ya senang. Namanya kita hidup tidak ada yang selalu mulus, tapi kalau kita mensyukuri semoga semua itu menjadi berkah," kata Mang Rasmi.

Bermodal ijasah SMP ternyata sudah lebih dari cukup untuk menjadi seorang kuli panggul seperti Mang Rasmi, tak banyak syarat jika ada yang berminat bekerja seperti dirinya.

"Nggak terlalu banyak syarat, yang penting niat dan kemauan ijasah nggak masalah," terusnya.

Tak terasa goresan di dahi penanda usia tak lagi muda, semakin meneguhkan tekad Mang Rasmi untuk tetap bertahan sebagai kuli panggul dan jauh dari kata untuk pensiun.

"Kalau wacana untuk pensiun, selagi kita masih mampu untuk berusaha ya jangan sampai kita bergantung kepada anak. Kebetulan anak masih bujang 2, masih tanggung jawab saya ya selagi kita masih diberikan kesehatan mungkin sepanjang itu juga kita masih tetap usaha," tegasnya.

Dicolek untuk memberikan wejangan kepada anak-anak muda yang belum memiliki pekerjaan, ini kata Mang Rasmi.

"Taatlah kepada pesan dan nasehat orang tua. Kalau kita masih muda, persiapkan diri untuk usaha jangan sampai bergantung kepada orang tua," pungkasnya. (*)