• Selasa, 08 Juli 2025

Kisah Supariah, Mengais Rupiah dari Tumpukan Sampah di TPA Bakung

Rabu, 18 Januari 2023 - 14.40 WIB
252

Supariah (55) saat memilah sampah di TPA Bakung yang berada di Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung, Rabu (18/1/2023). Foto: Ria/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Terik sinar matahari tepat berada diatas kepala, suasana itu menambah peluh seorang wanita yang tengah bekerja di lokasi Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Sampah Bakung yang berada di Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung.

Dengan menggendong keranjang, membawa tongkat besi lengkap dengan topi capingnya, berulang kali perempuan yang diketahui bernama, Supariah, mengobrak-abrik tumpukan sampah berharap menemukan barang yang bernilai.

Supariah sudah bekerja sebagai pemulung di TPA Bakung sejak puluhan tahun silam. Ia mengais rezeki di tempat pembuangan sampah terbesar di Bandar Lampung tersebut bersama dengan ketiga anak dan menantu nya.

"Saya kerja disini sudah bertahun-tahun dari umur 30 tahun sekarang umur saya udah 55 tahun lebih. Dulu sama suami saya tapi sudah meninggal karena sakit, jadi sekarang tinggal sama anak. Sama Amir, Herman sama istrinya terus sama Maah," kata dia saat ditemui kupastuntas.co, Rabu (18/1/2023).

Supariah tinggal tidak jauh dari TPA Bakung tepatnya di Kampung Bakung. Ia berangkat bersama anak-anaknya dengan berjalan kaki setiap pukul 7 pagi dan pulang lagi ke rumah pada pukul 5 sore.

Berbekal sayur kangkung dan secangkir kopi, setiap hari ia berharap dapat mengumpulkan rongsokan sebanyak-banyaknya. Rongsokan yang ia ambil seperti botol beling, botol plastik, kertas hingga kardus.

"Hari ini membawa bekal kangkung sama bawa kopi, setiap hari bawa bekal. Makannya ya disini campur sama sampah udah biasa. Jadi biar irit gak usah beli lagi maka nya bawa bekal," jelasnya.

Ibu tiga anak itu juga membuat gubuk yang ia bangun dengan kayu seadanya dan ditutupi banner bekas hasil ia memulung. Gubuk itu digunakan untuk berteduh ketika hujan atau ketika ia lembur.

"Kadang saya juga lembur kalau lagi banyak, istirahat nya di gubuk ini. Tapi sekarang hasilnya dikit kadang-kadang cuma Rp15 ribu sehari bahkan pernah cuma Rp10 ribu. Sekilo cuma dibayar seribu perak," katanya. (*)