Kisah Supariah, Mengais Rupiah dari Tumpukan Sampah di TPA Bakung

Supariah (55) saat memilah sampah di TPA Bakung yang berada di Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung, Rabu (18/1/2023). Foto: Ria/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar
Lampung - Terik sinar matahari tepat berada diatas kepala, suasana itu menambah
peluh seorang wanita yang tengah bekerja di lokasi Tempat Pemerosesan Akhir
(TPA) Sampah Bakung yang berada di Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar
Lampung.
Dengan menggendong
keranjang, membawa tongkat besi lengkap dengan topi capingnya, berulang kali
perempuan yang diketahui bernama, Supariah, mengobrak-abrik tumpukan sampah
berharap menemukan barang yang bernilai.
Supariah sudah bekerja
sebagai pemulung di TPA Bakung sejak puluhan tahun silam. Ia mengais rezeki di
tempat pembuangan sampah terbesar di Bandar Lampung tersebut bersama dengan
ketiga anak dan menantu nya.
"Saya kerja
disini sudah bertahun-tahun dari umur 30 tahun sekarang umur saya udah 55 tahun
lebih. Dulu sama suami saya tapi sudah meninggal karena sakit, jadi sekarang
tinggal sama anak. Sama Amir, Herman sama istrinya terus sama Maah," kata
dia saat ditemui kupastuntas.co, Rabu (18/1/2023).
Supariah tinggal tidak
jauh dari TPA Bakung tepatnya di Kampung Bakung. Ia berangkat bersama
anak-anaknya dengan berjalan kaki setiap pukul 7 pagi dan pulang lagi ke rumah
pada pukul 5 sore.
Berbekal sayur
kangkung dan secangkir kopi, setiap hari ia berharap dapat mengumpulkan
rongsokan sebanyak-banyaknya. Rongsokan yang ia ambil seperti botol beling,
botol plastik, kertas hingga kardus.
"Hari ini membawa bekal kangkung sama bawa kopi, setiap hari bawa bekal. Makannya ya disini
campur sama sampah udah biasa. Jadi biar irit gak usah beli lagi maka nya bawa
bekal," jelasnya.
Ibu tiga anak itu juga
membuat gubuk yang ia bangun dengan kayu seadanya dan ditutupi banner bekas
hasil ia memulung. Gubuk itu digunakan untuk berteduh ketika hujan atau ketika
ia lembur.
"Kadang saya juga
lembur kalau lagi banyak, istirahat nya di gubuk ini. Tapi sekarang hasilnya
dikit kadang-kadang cuma Rp15 ribu sehari bahkan pernah cuma Rp10 ribu. Sekilo
cuma dibayar seribu perak," katanya. (*)
Berita Lainnya
-
Komisi II DPRD Lampung: Salurkan Bantuan yang Menjangkau Petani dan Masyarakat Kecil
Senin, 07 Juli 2025 -
Universitas Saburai Sosialisasikan Program Studi di Polres Pesawaran
Senin, 07 Juli 2025 -
Peneliti ITERA Temukan Senyawa dari Murbei Berpotensi Sebagai Obat Antikanker Serviks
Senin, 07 Juli 2025 -
Dukung Program Tiga Juta Rumah, Pemkot Bandar Lampung Bebaskan BPHTB untuk Warga Kurang Mampu
Senin, 07 Juli 2025